Cegah Stunting, Tzu Chi Sinar Mas Bagikan Makanan Tambahan

Jurnalis : Fithria Calliandra (Tzu Chi Cabang Sinar Mas), Fotografer : Dharmawanita 3 in 1 Xie Li Indragiri

Dokter Jupanri Siregar sedang memeriksa, mengukur berat badan dan tinggi badan Dika Pratama yang digendong oleh Siska.

“Sebutir benih dapat menghasilkan benih yang tidak terhingga, sebersit niat baik dapat menyebarkan kebaikan yang tidak terhingga.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

Selama enam bulan terakhir, relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas komunitas Xie Li Indragiri memberikan makanan tambahan bagi 8 anak stunting di 5 desa di Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Bantuan ini bermula dari permintaan Dudi Sumbari, Camat Batang Cenaku yang menginformasikan jika ada 8 anak dengan stunting di wilayahnya.

“Setelah menerima info itu, saya bersama relawan lain melakukan survei ke rumah masing-masing anak. Kami juga menimbang berat badan serta tinggi badan mereka, juga berkonsultasi dengan dokter hingga akhirnya sejak Oktober 2023 lalu, kami dapat memberikan bantuan makanan tambahan kepada 8 orang anak ini,” terang Achmad Yusuf, relawan pemerhati.

Di bulan suci Ramadan lalu (20/3/24), relawan Xie Li Indragiri dari PT. Meganusa Intisawit dan PT. Bumipalma Lestaripersada melanjutkan pemberian bantuan sekaligus kunjungan kasih kepada 8 anak Balita yang terdata stunting. Bantuan makanan yang rutin setiap bulan diberikan berupa satu kotak susu bubuk (1200 gr), 2,75 kg telur, 1 botol sirup vitamin anak, dan biskuit.

Ida Saragih, relawan yang hampir setiap bulan rajin berkunjung memberikan makanan tambahan ini menuturkan tidak semua orang tua tahu bahwa anaknya dinyatakan stunting, beberapa dari mereka kadang tidak menyadari dan menganggap anaknya normal-normal saja.

Meskipun sebagian besar sedang menjalankan ibadah puasa, para relawan terlihat bersemangat dan penuh keceriaan saat membawa bantuan makanan tambahan untuk 8 anak Balita di 5 Desa yang berbeda-beda.

“Saat pertama kami datang, ada salah satu ibu yang terlihat kaget, shock, seperti tidak mau anaknya dibilang stunting karena merasa anaknya selama ini aktif-aktif saja. Tetapi setelah kami pelan-pelan jelaskan, bahwa data ini diperoleh dari posyandu, sesuai KMS berat badan dan tinggi badan anak memang kurang dari pada anak seusianya. Ya akhirnya menerima,” tutur Ida, “beruntung ibunya mau mengerti dan memberi respon yang positif. Sekarang malah senang jika kami datang ke rumahnya untuk memberikan bantuan makanan tambahan jadi bisa membantu menaikkan berat badan serta tinggi anak. Selain itu juga supaya anaknya lebih sehat lagi.”

Dokter Jupanri Siregar yang memeriksa anak-anak ini juga mengaku prihatin karena sebetulnya akses ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan puskesmas pembantu (putsu) terhitung mudah dijangkau. “Tapi karena kondisi ekonomi sebagian orang tua dan anak-anak tersebut tidak punya BPJS kesehatan, ditambah sanitasi yang kurang dan makanan bergizi yang tidak terpenuhi, maka itu juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak-anak tersebut,” jelas dr. Jupanri Siregar.

Anak yang Masuk Kategori Stunting Berat
Kondisi yang diceritakan dr. Jupanri Siregar terpampang nyata sejak pertama kali relawan melakukan survei ke rumah masing-masing anak. Seperti salah satunya rumah orang tua Dika Pratama (1.8) yang sederhana, terbuat dari papan dan sudah mulai usang digerus waktu. Ruang tamunya terlihat kosong hanya terbentang karpet plastik, tidak ada kursi ataupun meja dan barang lainnya.

Di sana relawan disambut Siska (21) yang sedang menggendong Dika Pratama. Salah satu relawan terlihat menyapa, menanyakan kabar dan menyetuh tangan Dika, tiba-tiba Siska menangis.  “Beginilah anak saya, Bu,” suara Siska bergetar disertai linangan air mata.

Semua relawan yang hadir terdiam, salah satu relawan Dharma Wanita langsung memeluk Siska dan yang lain terlihat menguatkan. “Sabar Bu ya, yang sabar, Bu..,” ucap Ida Saragih sembari mengelus punggung Siska.

Siska (21) bercerita tentang anaknya dengan terbata bata dan berlinang airmata, terlihat Yogi Martinah bersama dengan salah satu relawan Dhawa berusaha menguatkan serta menenangkan, sangat terlihat perhatian dari relawan kepada Siska.

Badan Dika kecil, kurang berisi, di kakinya banyak terlihat bekas luka, matanya sembab karena sering menangis, dan tidak mau digendong oleh orang lain. Setelah masuk ke dalam rumah, dokter segera memeriksa, mengukur berat badan, dan tinggi anak.

“Untuk anak usia 2 tahun, tinggi dan berat badan Dika terlihat kurang. Pada awal pemeriksaan tingginya hanya 74 cm dan berat badannya hanya 7 kg. Setelah 6 bulan berat badannya naik sedikit menjadi 8,2 kg dan tingginya 78 cm,” terang Dokter Jupanri Siregar saat selesai memeriksa Dika.

Siska (21) menikah dengan Suherman (24) pada usia 17 tahun dan beberapa bulan kemudian Siska dinyatakan hamil. Kehamilannya dirasa normal, hanya memang sering mual di trimester pertama. Ketika hamil, ia pun tidak terlalu banyak makan, sering mengkonsumsi nasi dengan sayur tanpa lauk pauk. Maklum lah pada saat itu pekerjaan suaminya tidak menentu, terkadang hanya membantu pekerjaan di kebun orang lain. Dika lahir secara normal dengan berat 2,8 kg dan langsung diberikan susu formula karena ASI dari sang ibu tidak keluar.

“Dika ini lahirnya sehat Bu, cuma dua bulan kemudian kena krumut (biang keringat) terus menerus gitu. Nanti sudah sembuh, kambuh lagi. Yang paling parah di kaki itu sampai bentol-bentol besar, kukunya juga pernah sampai hampir terkelupas,” ungkap Siska.

“Pernah dibawa ke puskesmas sekali, katanya alergi. Setiap makan ikan atau telur, badannya bentol-bentol jadi makanya pakai sayur saja. Habis itu kok umur 6 bulan belum bisa tengkurap, belum bisa duduk sendiri, bahkan belum bisa berjalan sampai sekarang ini. Kakinya jadi kaya kaku, kaya gini lah Bu,” lanjut Siska terbata bata, menangis sembari mengusap air matanya yang keluar.

Setelah menerima bantuan makanan tambahan untuk anaknya, Siska rajin memberikan susu dan telur untuk Dika, namun ia masih mencobanya dengan sedikit demi sedikit mengingat toleransi alergi pada tubuh anaknya. “Kalau sudah muncul bintik-bintik, saya hentikan dulu. Nanti saya kasih lagi,” kata Siska. “Saya sangat berterima kasih karena Bapak-Ibu sudah sangat perhatian kepada kami sekeluarga,” imbuh Siska masih dengan perasaan harunya.

Mengetahui perkembangan Dika, dr. Jupanri Siregar menyarankan keluarga untuk segera membuat kartu BPJS Kesehatan dan kemudian memeriksakan kondisi anak mereka ke RSUD untuk mengetahui dengan pasti kondisi Dika, “sehingga pengobatan dan perbaikan gizinya dapat berjalan bersama-sama.”

Perkembangan yang Signifikan
Berbeda dengan Dika Pratama, Pino Pebian (1.8), Alfino Aprilian (4.2), dan Alifa Nahda Aznel (4.8) justru sangat ceria dan senang sekali ketika menyambut kedatangan para relawan.

“Sudah biasa Pino sama bapak ini (menunjuk Achmad Yusuf) dan ibu ini (menunjuk Ida Saragih). Sudah sering kemari lihat Pino,” ucap Butet, ayah Pino.

Erika Gustira, Kristina Natalia P serta salah satu relawan Dhawa bermain mobil dan pesawat bersama Pino Pebian yang terlihat sangat ceria dan senang sekali.

Butet bercerita, Pino ada anak keempat mereka yang ketika lahir beratnya 2.9 kg. Kemudian ketika usianya 3 bulan, Pino demam tinggi dan kejang. “Semenjak itu pertumbuhannya kaya lambat gitu, Bu. Tapi alhamdulillah setelah diberi bantuan susu, telur, juga vitamin, berat badannya naik,” kata Butet antusias sambil tersenyum melihat Pino sedang bersendang gurau dan asyik bermain mobil-mobilan bersama para relawan.

Perasaan bahagia Butet juga dirasakan oleh Wiwik Lestari (30), ibu dari Alfino Aprilian (4.2), anak lainnya yang juga dibantu Tzu Chi Xie Li Indragiri. Dimana makanan tambahan yang diberikan relawan betul-betul membawa dampak yang positif untuknya. “Setelah dikasih bantuan makanan, berat badan Alfino agak naik. Haduh, perasaan seorang ibu pasti senang lah, Bu. Terima kasih untuk bapak-bapak dan ibu-ibu semua,” ujar Wiwik Lestari berbunga.

Azizah (31), ibu dari Alida Nahda Aznel (4.8), penerima bantuan makanan tambahan lain, bahkan menceritakan betapa anaknya menjadi suka makan setelah menerima bantuan dari Xie Li Indragiri. “Alhamdulillah dapat susu, telur, dan biskuit. Suka kali dia, habis dimakan semua, makanya berat badannya naik 2 kilo-an,” ungkap Azizah senang bukan main.

Yogi Martinah bersama relawan lainnya memberikan bantuan makanan tambahan kepada Alfino Aprilian.

Rasa Bahagia yang Menular
Berpindah-pindah rumah dan mendengarkan cerita dari masing-masing orang tua tentang perkembangan anak mereka, relawan sungguh turut merasakan kebahagiaan yang sama. Rasanya seperti mendengar perkembangan anak sendiri.

“Dari anak-anak pertama kali seperti masih takut melihat kami, sekarang sudah terbiasa bahkan mau diajak bermain dan berkomunikasi dengan kami. Puji Tuhan bisa juga melihat berkembangan anak anak setelah mendapatkan bantuan makanan ini, bahagia sekali,” cerita Ida Saragih.

Perasaan yang sama juga diungkapkan oleh Erika Gustira. “Bisa ikut memberikan bantuan dan juga bermain bersama anak-anak dengan karakter yang berbeda-beda, menambah pengalaman saya,” kata Erika yang baru pertama kali ikut kegiatan Tzu Chi. “Ditambah lagi kegiatan ini dapat mengisi waktu selama berpuasa dengan hal-hal yang bermanfaat, mendapatkan pahala, dan waktu puasanya jadi tidak terasa,” lanjutnya.

Achmad Yusuf bersama Dody Hermawan sedang asyik bermain bersama Alfino Aprilian.

Tak hanya dua relawan tersebut, relawan lain juga merasakan banyak hal baik yang mereka dapat selama 6 bulan mendampingi keluarga penerima bantuan. Seperti tentang kasih sayang tulus dari seorang ibu dengan penuh kesabaran merawat anak-anaknya, juga membangun rasa empati untuk lebih peduli lagi dengan keadaan anak-anak di sekitar perusahaan.

“Pertama kali datang sangat berempati melihat anak-anak yang beberapa diantaranya seperti menderita suatu penyakit. Setelah rutin berkunjung menjadi lebih dekat dengan anak-anak dan alhamdulillah sudah menunjukkan perkembangan yang lumayan baik,” ujar Achmad Yusuf dengan mata berbinar binar.

Relawan sangat bersyukur dengan jalinan jodoh Tzu Chi yang membawa berkah untuk bersumbangsih kepada 8 keluarga dengan latar belakang yang berbeda-beda. Semoga harapan relawan untuk menjadikan anak-anak ini menjadi penerus bangsa yang membawa nama baik orang tua, bisa terwujud.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Cegah Stunting, Tzu Chi Sinar Mas Bagikan Makanan Tambahan

Cegah Stunting, Tzu Chi Sinar Mas Bagikan Makanan Tambahan

18 April 2024

Selama enam bulan terakhir, relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas komunitas Xie Li Indragiri memberikan makanan tambahan bagi 8 anak stunting di 5 desa di Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

Dukungan Gizi Seimbang untuk Siswa- siswi PAUD-TK Ar Rohim

Dukungan Gizi Seimbang untuk Siswa- siswi PAUD-TK Ar Rohim

25 Januari 2024

Relawan Tzu Chi Xie Li Sumatera Utara mendukung pemenuhan gizi seimbang dengan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk siswa-siswi PAUD dan TK Ar Rohim di Desa Mampang, Kec. Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Cegah Stunting  dengan Pemberian Makanan Tambahan

Cegah Stunting dengan Pemberian Makanan Tambahan

26 Mei 2023

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas di Kutai Barat memberikan perhatian kepada Ibu-Ibu hamil di Desa Besiq, Desa Nilik, Desa Mantar, dan Desa Begai, Kecamatan Damai, Kutai Barat, Kalimantan Timur.  

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -