Celengan Bambu Pulang ke Rumah

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

* “Di antara 3 akar kejahatan ini, yang paling gampang dihapus adalah keserakahan, yaitu (salah satunya) dengan celengan bambu,” jelas Hong Tjhin.

Mansjur Tandiono yang kala itu masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD), mengikuti saja anjuran orangtuanya untuk menabung. Sebenarnya ia tidak tahu untuk apa ia melakukan itu. Ia kemudian mengisinya dengan sisa uang jajan. Ia melakukannya hingga duduk di kelas 5 SD. Suatu ketika ia ingin memiliki sebuah meja pingpong. Pekarangan rumahnya ia rasa cukup untuk menaruh sebuah meja pingpong. Maka ia pun kemudian mengutarakan keinginan kepada orangtuanya.

Syukurlah, keinginannya dikabulkan, namun dengan catatan membelinya harus menggunakan uang tabungannya sendiri. Mansjur merasa uang tabungannya tidak mungkin cukup untuk membelinya. Ketika ia membuka celengan itu, ternyata memang benar, jumlahnya masih kurang sedikit. Orangtua Mansjur merasa gembira karena anak kesayangannya itu selama ini mau menjalankan kebiasaan baik menabung. Sebagai hadiah, mereka menambahi kekurangan uang tabungan Mansjur untuk membeli meja pingpong.

Contoh Baik
Mansjur adalah anak sulung. Jarak umurnya dengan adik sangat jauh, 10 tahun. Sementara orangtuanya sibuk mencari nafkah. Alhasil, ia tidak mempunyai lawan bermain pingpong. Akhirnya, “Saya kalau main tenis meja menghadap ke tembok, saya main sendiri,” tutur Mansjur. Ternyata keuletannya berbuah manis. Ketika masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia menjadi juara tingkat SMP. Pun ketika masuk Sekolah Menengah Atas (SMA), ia menjadi juara tingkat SMA. Kemudian ia ikut kejuaraan nasional yang membawanya terpilih menjadi pemain nasional, membawa bendera Indonesia mengikuti kejuaraan Asia. Itulah puncak prestasinya. Selain itu, ia juga pernah menjadi atlet golf.

foto  foto

Ket : - Mansjur Tandiono mengajak para staf DAAI TV untuk secara langsung ikut serta membantu orang lain
           melalui celengan bambu, bukan hanya melalui tayangan-tayangan yang menginspirasi. (kiri)
         - Celengan bambu yang disebar Tzu Chi kini telah pulang kembali ke Tzu Chi, membawa niat baik banyak
           orang untuk membantu orang yang membutuhkan bantuan. (kanan)

“Jangan kira (remehkan -red) uang kecil, tapi bisa beli meja pingpong, bisa jadi pemain nasional,” ujar Mansjur yang kini menjadi pengusaha kopi dan executive committee DAAI TV Indonesia kepada para staf DAAI TV dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Selasa pagi itu, 31 Maret 2009, di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Gedung ITC Mangga Dua Jakarta, sekitar 100 staf membuka celengan bambu mereka—yang telah mereka isi berbulan-bulan—untuk diserahkan kepada Tzu Chi. Tidak seperti orangtuanya dulu yang menganjurkannya menabung tapi tanpa memberitahu maksudnya, Mansjur memberi penjelasan kenapa para staf harus menabung. “Kita menabung bukan untuk diri sendiri, tapi untuk dana kecil amal besar. Kita ingin membantu masyarakat, orang yang tidak mampu,” jelasnya. Ya, uang yang terkumpul tersebut dipergunakan oleh Tzu Chi untuk membantu orang yang tidak mampu.

“Kita harus mulai kasih contoh yang baik dari staf TV, tidak hanya melalui tayangan kita, juga dalam aktivitas,” ajak Mansjur yang hari itu juga ikut membuka celengannya yang ia mulai isi sejak 6 bulan lalu.

Make It Simple
Menabung dalam celengan bambu bukan hanya bermanfaat bagi orang lain, namun juga bagi kita yang melakukannya. Menurut Hong Tjhin, CEO DAAI TV Indonesia, dalam agama Buddha yang dianutnya, diyakini ada 3 akar yang menyebabkan manusia melakukan perbuatan jahat, yaitu ”keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin”. “Di antara tiga akar kejahatan ini, yang paling gampang dihapus adalah keserakahan, yaitu (salah satunya) dengan celengan bambu,” jelasnya. Dengan berdana melalui celengan bambu, kita belajar untuk mengurangi harta kita disisihkan untuk kepentingan orang lain. Ini akan mengurangi sifat serakah.

foto  foto

Ket : - Staf DAAI TV yang selama ini lebih sering berada di belakang layar dalam tayangan-tayangan yang inspiratif,
           kini mewujudkannya dalam tindakan nyata melalui celengan bambu. (kiri)
         - Ilham (kiri), salah satu staf DAAI TV yang selama ini dikenal cukup kocak, ternyata bisa menampilkan isyarat
           tangan 'Kembali ke Masa Celengan Bambu' dengan serius namun tetap indah. (kanan)

Walaupun tanggung jawab jabatannya tidak ringan, Hong Tjhin adalah orang yang simpel. Begitu juga dalam memandang celengan bambu. Ia memberi analogi, “Seperti ketulusan orangtua kepada anak.” Orangtua mendidik anaknya langsung dengan tindakan tanpa perlu menjelaskan panjang lebar apa maksud tindakannya. Begitu juga, ia menjelaskan, ketika kita menabung dalam celengan bambu. Ketika kita sudah mengetahui bahwa celengan bambu itu baik, lakukan saja. Jangan terlalu banyak berpikir. “Make it simple,” tandasnya.

Ia bahkan menantang para staf DAAI TV dan Tzu Chi. Jika dalam suatu hari ada orang yang menanyakannya apakah sudah menabung dalam celengan bambu, dan ternyata ia lupa belum melakukannya, maka ia akan mengisi celengan dengan uang bernominal terbesar yang ada di dompetnya. Ide tersebut terinspirasi dari seorang polisi yang bertugas di Kalijodo, Jakarta Barat, suatu daerah yang cukup rawan. Menurutnya, polisi tersebut jika bertemu pengemis pasti akan memberinya dengan uang bernominal terbesar yang ada di dompetnya. Selama ini kita cenderung mengisi celengan bambu dengan uang recehan, Hong Tjhin mengajak kita untuk membiasakan sebaliknya, yaitu menabung uang bernominal besar. Namun ia berharap itu tetap dilakukan dengan perasaan bahagia dan ikhlas. “Tiap hari akan menarik jika kita dengan sukacita bersumbangsih. Kita bisa melakukan hal yang sederhana dan simple dengan happy tapi bisa bermanfaat,” pungkas Hong Tjhin.

 

Artikel Terkait

Penuh Berkah, Juga Penuh Syukur

Penuh Berkah, Juga Penuh Syukur

15 Desember 2023

Para relawan Tzu Chi Bandung mengunjungi Panti Asuhan Bhakti Luhur Alma yang berada di Jalan Taman Kopo Indah II, Kabupaten Bandung. Kunjungan kasih ini sekaligus dalam rangka menyambut Natal 2023.

Internasional : Bantuan Banjir di Australia

Internasional : Bantuan Banjir di Australia

11 Februari 2011 Tanggal 23 Januari 2011, 100 orang relawan membawa obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari dalam skala besar untuk dibagikan kepada 282 warga di Brisbane, Australia yang terkena bencana banjir paling parah dalam kurun 50 tahun terakhir.
Pelita Harapan Masa Depan

Pelita Harapan Masa Depan

09 Maret 2013 Master Cheng Yen  mengatakan bahwa dalam kehidupan ini kita harus senantiasa beraktivitas, jangan menyia-nyiakan waktu dengan hidup tanpa tujuan dan kita harus mengembangkan kebijaksanaan dan kemampuan untuk menciptakan berkah bagi masyarakat.
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -