Celengan Bambu Pulang ke Rumah
Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Anand Yahya![]() * “Di antara 3 akar kejahatan ini, yang paling gampang dihapus adalah keserakahan, yaitu (salah satunya) dengan celengan bambu,” jelas Hong Tjhin. | Mansjur Tandiono yang kala itu masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD), mengikuti saja anjuran orangtuanya untuk menabung. Sebenarnya ia tidak tahu untuk apa ia melakukan itu. Ia kemudian mengisinya dengan sisa uang jajan. Ia melakukannya hingga duduk di kelas 5 SD. Suatu ketika ia ingin memiliki sebuah meja pingpong. Pekarangan rumahnya ia rasa cukup untuk menaruh sebuah meja pingpong. Maka ia pun kemudian mengutarakan keinginan kepada orangtuanya. |
Syukurlah, keinginannya dikabulkan, namun dengan catatan membelinya harus menggunakan uang tabungannya sendiri. Mansjur merasa uang tabungannya tidak mungkin cukup untuk membelinya. Ketika ia membuka celengan itu, ternyata memang benar, jumlahnya masih kurang sedikit. Orangtua Mansjur merasa gembira karena anak kesayangannya itu selama ini mau menjalankan kebiasaan baik menabung. Sebagai hadiah, mereka menambahi kekurangan uang tabungan Mansjur untuk membeli meja pingpong. Contoh Baik ![]() ![]() Ket : - Mansjur Tandiono mengajak para staf DAAI TV untuk secara langsung ikut serta membantu orang lain “Jangan kira (remehkan -red) uang kecil, tapi bisa beli meja pingpong, bisa jadi pemain nasional,” ujar Mansjur yang kini menjadi pengusaha kopi dan executive committee DAAI TV Indonesia kepada para staf DAAI TV dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Selasa pagi itu, 31 Maret 2009, di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Gedung ITC Mangga Dua Jakarta, sekitar 100 staf membuka celengan bambu mereka—yang telah mereka isi berbulan-bulan—untuk diserahkan kepada Tzu Chi. Tidak seperti orangtuanya dulu yang menganjurkannya menabung tapi tanpa memberitahu maksudnya, Mansjur memberi penjelasan kenapa para staf harus menabung. “Kita menabung bukan untuk diri sendiri, tapi untuk dana kecil amal besar. Kita ingin membantu masyarakat, orang yang tidak mampu,” jelasnya. Ya, uang yang terkumpul tersebut dipergunakan oleh Tzu Chi untuk membantu orang yang tidak mampu. “Kita harus mulai kasih contoh yang baik dari staf TV, tidak hanya melalui tayangan kita, juga dalam aktivitas,” ajak Mansjur yang hari itu juga ikut membuka celengannya yang ia mulai isi sejak 6 bulan lalu. Make It Simple ![]() ![]() Ket : - Staf DAAI TV yang selama ini lebih sering berada di belakang layar dalam tayangan-tayangan yang inspiratif, Walaupun tanggung jawab jabatannya tidak ringan, Hong Tjhin adalah orang yang simpel. Begitu juga dalam memandang celengan bambu. Ia memberi analogi, “Seperti ketulusan orangtua kepada anak.” Orangtua mendidik anaknya langsung dengan tindakan tanpa perlu menjelaskan panjang lebar apa maksud tindakannya. Begitu juga, ia menjelaskan, ketika kita menabung dalam celengan bambu. Ketika kita sudah mengetahui bahwa celengan bambu itu baik, lakukan saja. Jangan terlalu banyak berpikir. “Make it simple,” tandasnya. Ia bahkan menantang para staf DAAI TV dan Tzu Chi. Jika dalam suatu hari ada orang yang menanyakannya apakah sudah menabung dalam celengan bambu, dan ternyata ia lupa belum melakukannya, maka ia akan mengisi celengan dengan uang bernominal terbesar yang ada di dompetnya. Ide tersebut terinspirasi dari seorang polisi yang bertugas di Kalijodo, Jakarta Barat, suatu daerah yang cukup rawan. Menurutnya, polisi tersebut jika bertemu pengemis pasti akan memberinya dengan uang bernominal terbesar yang ada di dompetnya. Selama ini kita cenderung mengisi celengan bambu dengan uang recehan, Hong Tjhin mengajak kita untuk membiasakan sebaliknya, yaitu menabung uang bernominal besar. Namun ia berharap itu tetap dilakukan dengan perasaan bahagia dan ikhlas. “Tiap hari akan menarik jika kita dengan sukacita bersumbangsih. Kita bisa melakukan hal yang sederhana dan simple dengan happy tapi bisa bermanfaat,” pungkas Hong Tjhin. | |
Artikel Terkait

Gempa Nepal : Tzu Chi Indonesia Mengirimkan Bantuan Ke Nepal
01 Mei 2015 Tim Tanggap Darurat dan Bantuan Medis Tzu Chi Indonesia yang beranggotakan 15 orang juga akan bertolak menuju Kathmandu, Nepal pada 1 Mei 2015, untuk ikut serta memberikan bantuan bagi para korban gempa bumi Nepal.Kamp 4in1: Mewariskan Keteladanan dan Membina Insan Berbakat
17 September 2023Usia 30 tahun Tzu Chi Indonesia adalah suatu perjalanan yang cukup panjang. Tentunya banyak sejarah yang telah diukir melalui sumbangsih dan kontribusi insan Tzu Chi di Indonesia, terutama dari Misi Amal.
