Celsi Sudah Bisa Berjalan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoPerasaan Rian begitu bahagia setelah melihat operasi Celsi berhasil dengan baik.

Rian Rembulan sangat menyukai kehamilannya dan selalu menantikan kelahiran anak pertamanya. Setelah cukup lama menunggu akhirnya masa bahagia itu hadir.

 

Namun sebelum persalinan itu datang, Rian merasakan ada sesuatu yang salah pada rahimnya menjelang kelahiran. Saat itu Rian mengeluarkan banyak darah dan bidan yang menanganinya merasa Rian harus mendapat pertolongan segera untuk menjalani operasi caesar. Maka pada hari itu juga di pertengahan tahun 2010, Rian dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan melahirkan melalui persalinan bedah caesar.

Naluri Seorang Ibu
Namun sesaat setelah melahirkan, Rian dikejutkan dengan kondisi fisik bayinya yang tak sempurna. Bayi perempuan berwajah cantik itu memiliki betis yang melengkung ke belakang layaknya sebuah sayap unggas. Perasaan Rian antara bahagia dan sedih bercampur jadi satu hari itu. Tetapi naluri Rian sebagai seorang ibu telah mengalahkan semua kegundahan hati dan Rian pun telah menerima apapun kondisi bayi perempuannya. Bayi itu ia beri nama Celsi Ananda Risa.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Celsi yang semula bertubuh mungil kini telah tumbuh menjadi anak yang ceria dan lincah. Meskipun secara fisik Celsi tak memiliki kesempurnaan seperti anak-anak yang lain, tetapi ia memiliki semangat yang kuat untuk beraktivitas layaknya anak yang normal. Saat bayi-bayi yang lain mulai berlatih duduk,  merangkak, dan berjalan, Celsi pun mengikuti naluri alamiahnya untuk melakukan hal yang sama. Kendati demikian, usaha Celsi yang lebih keras dalam melakukan berbagai aktivitas fisik— dibanding anak-anak lainnya – membuat Rian tak henti-hentinya mengucurkan air mata. ”Saya setiap malam selalu menangisi keadaan Celsi. Meski Celsi tidak pernah mengeluhkan keterbatasan fisiknya, tetapi saya selalu memikirkan masa depan Celsi,” kata Rian.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi terus mendampingi dan memantau kondisi kesehatan Celsi setelah operasi. (kiri)
  • Setelah beberapa bulan pasca operasi, Celsi sudah bisa berjalan layaknya anak-anak normal lainnya. (kanan)

Ayah Celsi, Sarno adalah seorang pengamen, sementara Rian sendiri seorang ibu rumah tangga. Dengan kondisi demikian maka Rian merasa tak memiliki banyak harapan untuk mengobati Celsi. Maka, Celsi pun harus melalui hari-harinya dengan penuh kegetiran. Untuk bergerak ke suatu tempat Celsi harus merangkak karena kedua betisnya yang melengkung ke dalam hingga tak kokoh menopang berat badannya.

Tak sampai hati menyaksikan kegetiran putrinya, Rian mencoba untuk memeriksakan Celsi ke dokter ahli tulang. Tapi biaya pengobatan yang mahal dan ketidakmampuan ekonomi membuat Rian harus mengurungkan niatnya. Sampai akhirnya salah seorang tetangga menyarankannya untuk mengajukan bantuan pengobatan ke Tzu Chi. Sebelumnya Rian memang telah mengenal Tzu Chi, namun ia lebih mengetahui Tzu Chi sebagai organisasi kemanusiaan yang hanya memberikan bantuan bedah rumah, operasi katarak, dan sakit jantung. Setelah mengumpulkan kepercayaan dirinya dan mempersiapkan berkas, Rian mendatangi Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Gedung ITC Mangga Dua. Dan semua berada di luar dugaan Rian, Tzu Chi ternyata bersedia membantu biaya pengobatan Celsi. Sesudah menjalani pemeriksaan yang cukup panjang di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, pada pertengahan tahun 2009, Celsi siap menjalani operasi pembenahan tulang.

foto  foto

Keterangan :

  • Saat lahir Celsi (tengah) memiliki kelainan pada kedua tulang kakinya. Keadaan ini membuat Celsi tidak bisa berjalan dengan baik.  (kiri)
  • Dengan kondisi yang sehat dan normal, Celsi pun dapat bermain dan beraktivitas seperti teman-temannya. (kanan)

Akhirnya setelah seharian menunggu dan berharap, Rian mendapati Celsi dengan penampilan yang baru. Meski masih dalam balutan perban, Rian telah melihat bentuk kaki Celsi yang telah normal. Dan kebahagiaan ini semakin kental setelah Celsi diperbolehkan pulang dari rawat inap serta mampu berjalan dengan bantuan sepatu terapi.

Selama menjalani pengobatan di rumah sakit, ternyata Rian memetik banyak pelajaran dari relawan Tzu Chi, diantaranya adalah bersyukur dan rasa kekeluargaan yang kuat antara relawan dengan pasien. Rian masih ingat bagaimana saat pertama ia membawa Celsi ke rumah sakit dengan segala ketidaktahuannya, dimana saat itu ia dibimbing oleh Hok Chun, relawan Tzu Chi. Dan ketika kesedihannya mulai memuncak, Neneng Sofia, relawan Tzu Chi lainnya yang biasa bertugas di RSCM selalu menghibur dan membesarkan harapan Rian. Walhasil Rian menjadi lebih tegar dan merasa nyaman setiap kali berkunjung ke rumah sakit.

Ketika Celsi telah sanggup berjalan sendiri, Rian semakin terharu melihat berkah yang telah ia terima selama ini. Karena itu sejak bulan September 2009, Rian mulai menyisihkan pendapatan yang ia terima dari suaminya untuk didonasikan ke Tzu Chi. “Saya bangga menerima bantuan dari Tzu Chi. Saya terharu melihat putri saya bisa berjalan. Karena itu saya tak pernah lupa untuk mengingat kebaikan relawan Tzu Chi dan menyumbangkan sedikit uang saya,” kata Rian.

  
 

Artikel Terkait

Menciptakan Karma Baik

Menciptakan Karma Baik

09 April 2012 Para peserta yang datang untuk mendalami Dharma dalam kegiatan Bedah Buku He Qi Utara pada hari Kamis, 22 Maret 2012 di Jing Si Book & Café Pluit ini terlihat sangat antusias.
Menjadi Remaja yang Dewasa dan Bertanggung Jawab

Menjadi Remaja yang Dewasa dan Bertanggung Jawab

28 Agustus 2018
Di usianya yang kini menginjak 15 tahun, Tzu Ching Indonesia berupaya memantapkan tekad dan semangat mereka dengan mengadakan kamp selama tiga hari, dari 17-19 Agustus 2018, di Aula Jing Si Tzu Chi Center, PIK.
Pementasan Sutra Bakti Seorang Anak

Pementasan Sutra Bakti Seorang Anak

28 Agustus 2019

Tzu Chi Batam mementaskan Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak (SBSA). Acara yang diadakan pada hari Minggu, 18 Agustus 2019 ini dihadiri oleh 410 penonton.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -