Cinta Kasih Bagi Gan En Hu Luar Kota
Jurnalis : Virny Apriliyanty (He Qi Barat), Fotografer : Halim Ong (He Qi Barat)Relawan Tzu Chi membagikan bingkisan kepada Gan En Hu yang tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng pada tanggal 13 Juli 2014 yang menjadi rangkaian kegiatan buka puasa bersama para Gan En Hu.
Bulan Ramadhan telah tiba. Kegiatan buka puasa bersama banyak dilakukan bersama-sama ketika bulan suci umat Muslim ini datang. Begitu pun dengan relawan Tzu Chi, mereka juga ikut merayakan bulan Ramadhan dengan mengundang Gan En Hu (Penerima bantuan Tzu Chi) untuk berbuka puasa bersama.
Kegiatan yang diadakan pada tanggal 13 Juli 2014 ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antara relawan dengan Gan En Hu. Di hari itu, ada 46 orang Gan En Hu yang hadir. Selain itu, mereka juga mengajak anggota keluarganya, sehingga total yang hadir adalah 170 orang. Acara yang berlokasi di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat ini di mulai sejak pukul 3 siang dan berakhir setelah buka puasa. Sepanjang acara, Gan En Hu dan relawan berinteraksi dalam suasana hangat dan kekeluargaan sambil menyaksikan berbagai acara yang disiapkan relawan.
Ternyata, pada kesempatan itu hadir pula para Gan En Hu dari Rusun Cinta Kasih Blok B3, Cengkareng. Rusun Blok B3 ini adalah rusun yang khusus disediakan sebagai tempat tinggal bagi Gan En Hu luar kota yang datang berobat ke Jakarta dengan bantuan Tzu Chi. Salah satunya adalah Yacob Manase Mamaribo yang berasal dari Biak, Papua. Ditemani oleh Ibunya, Dina Womsiwor, Yacob berangkat ke Jakarta pada tanggal 29 Juni 2014 untuk mejalani pengobatan bagi kakinya. Perjalanan ini merupakan kali pertama Yacob dan Mama menginjakkan kaki di Jakarta. “Pertama kali keluar dari Biak ke Jakarta, mama merasa takut karena tidak pernah injak kaki di Jakarta, baru kali ini. Jadi pertama mama takut, tapi demi mama punya anak ini sembuh sehat, mama beranikan diri datang,” ujar Dina menceritakan kekhawatirannya.
Mama Jacob, Dina Wonsimor memberikan sharingnya pada acara buka puasa bersama dengan para relawan Tzu Chi di Sekolah Cinta Kaish Tzu Chi Cengkareng.
Dina juga mengaku tidak memiliki sanak saudara sama sekali di Jakarta. Namun, saat tiba di Bandara Soekarno Hatta mereka berdua disambut dengan hangat dan dijemput oleh relawan Tzu Chi. Mereka juga diantarkan ke Rusun Cinta Kasih untuk menetap di sana selama menjalani pengobatan. Dina juga mengaku sangat senang bisa tinggal di Rusun Cinta Kasih. Ia merasa hidupnya di kota asing ini menjadi lebih terjamin dengan bantuan dari Tzu Chi. “Mama tahu Tzu Chi ke Papua mengadakan pengobatan. Di situ Mama dengar bahwa Buddha Tzu Chi ada datang bantu banyak orang sakit. Di situ Mama antar anak Mama ke rumah sakit umum, disitu kami sudah bicara, diperiksa dari dokter dan dokter bilang ini harus dirujuk ke Jakarta,” tutur Dina menceritakan awal jodohnya bertemu dengan Tzu Chi.
Wanita berusia 51 tahun ini menjelaskan bahwa memang sedari kecil kaki kiri Yacob sudah lebih besar dari kaki sebelah kanannya. Jari-jari kaki Yacob juga berukuran lebih besar dari jari orang dewasa. Saat diperiksakan, dokter mengatakan bahwa hal tersebut hanyalah bawaan sejak lahir dan bukanlah sebuah penyakit. Namun, seiring dengan berlalunya waktu, kaki Yacob tumbuh semakin besar. Karena itulah, Dina berharap Yacob bisa segera dioperasi untuk mengembalikan kakinya keukuran normal.
Wanita yang sehari-hari bekerja sebagai petani di Papua ini mengaku sangat berterimakasih atas bantuan dan perhatian yang diberikan Tzu Chi. “Mama ingin berterimakasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi sehingga anak mama ini dari lahir sampai sudah 14 tahun mendapatkan bantuan dari yayasan ke (Rumah Sakit) Cipto untuk bisa dapat bantuan pengobatan. Mama juga sangat senang karena relawan ramah tamah,” ucapnya.
Kini anak ke tujuh dari sembilan bersaudara ini masih terus melakukan berbagai pengecekan kesehatan pre-operasi. Relawan berharap operasi yang nantinya akan dilakukan dapat membuat kaki Yacob kembali berukuran normal sehingga Ia dapat beraktifitas dengan lebih mudah dan lancar.
Sri Elidawati yang telah sembuh total setelah melakukan pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya dengan antusias datang mengikuti acara buka bersama. Ia pun mengisi formulir pendaftaran.
Selain Yacob, ada pula pasien dari Batam yang sudah 10 bulan tinggal di Rusun Cinta Kasih dan menjalani pengobatan. Ia adalah Sri Elidawati yang menderita sakit kanker rahim stadium akhir. Sri Elidawati kini tinggal di Jakarta ditemani oleh adik perempuannya Hastuti atau yang akrab dipanggil Hesti. Kini setelah menjalani pengobatan dan kemoterapi sebanyak enam kali, Sri Elidawati sudah sembuh total dari sakit kanker rahim yang dulu menggerogoti tubuhnya. Kini tubuhnya sudah semakin berisi dan Ia sudah dapat berjalan dengan lancar.
Selama tinggal di Jakarta, Hesti selalu merasakan pendampingan dan perhatian dari relawan Tzu Chi kepada kakaknya. Hal inilah yang menginspirasi Hesti untuk bergabung dalam barisan relawan. Setiap hari Ia membantu memasak di dapur Sekolah Cinta Kasih. Selain itu, Ia juga sudah mengikuti kegiatan sosialisasi relawan baru dan pelatihan relawan abu putih. Nantinya, ketika kembali ke Batam, Hesti berikrar untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi di Batam. “Karena terinspirasi. Kenapa orang Yayasan Buddha Tzu Chi bisa nolong semua orang. Kenapa kita yang orang awam, kita kan sama –sama orang awam. Tapi kenapa saya juga nggak bisa. Saya juga harus bisa dong menolong orang,” papar Hesti menjelaskan alasannya ingin menjadi relawan Tzu Chi.
Cinta kasih dan perhatian dari relawan Tzu Chi membuat Gan En Hu dari luar kota merasa memiliki saudara baru di Jakarta. Relawan merawat dan memperhatikan mereka bagaikan saudara jauh mereka sendiri. Tindakan ini sesuai dengan salah satu kata perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Sekalipun kita tidak punya hubungan dengan makhluk hidup lain, penderitaan mereka adalah penderitaan kita, rasa sakit mereka adalah rasa sakit kita. Apabila tubuh mereka sakit, hatiku merasa cemas. Apabila tubuh mereka terluka, hatiku merasakan sakitnya. Inilah yang dinamakan welas asih agung untuk semua.”