Cinta Kasih Bermekaran
Jurnalis : Suyanti (He Qi Selatan), Fotografer : Suyanti (He Qi Selatan)Kusniati (kanan) terkadang diminta untuk memotivasi sesama penderita gagal ginjal agar tetap optimis menjalani hidup.
Hiruk pikuk jalan raya dan lalu lalang kendaraan menemani perjalanan insan Tzu Chi saat mengunjungi para penerima bantuan pada Minggu, 16 Agustus 2015 di wilayah Sukamaja, Depok. Penerima bantuan pertama yang dikunjungi adalah Kusniati (46). Kusniati telah menjadi penerima bantuan Tzu Chi sejak enam tahun terakhir. Sejak dirinya berusia 12 tahun, Kusniati menderita gagal ginjal yang memaksanya untuk cuci darah dua kali seminggu. Meski begitu, Kusniati tetap menunjukkan optimisime dalam menjalani hidup.
Sesampainya di rumah Kusniati, insan Tzu Chi disambut ramah. Gelak tawa pun membahana. “Saya senang ketika datang ke kegiatan gan en hu (sebutan penerima bantuan Tzu Chi –red) karena serasa memiliki rumah kedua dan juga semua seperti keluarga,” ujarnya kepada para relawan.
Setelah beberapa saat berbincang, relawan pamit dan bertolak ke penerima bantuan kedua yang dikunjungi. Adalah Supratman (38) yang menderita kondisi yang sama dengan Kusniati. Perubahan domisili tak membuat para relawan mengurungkan niat untuk melakukan kunjungan. Istri Supratman, Liviliana, telah menunggu kedatangan para relawan di depan gang rumahnya.
Sama seperti Kusniati, Supratman juga harus melakukan prosedur cuci darah sebanyak dua kali seminggu. Keadaan ini telah berlangsung selama tiga tahun terakhir. “Alhamdulilah, walaupun harus cuci darah dua kali seminggu, akan tetapi, saya masih bisa tetap bekerja mencari nafkah demi keluarga,” pungkas Supratman penuh syukur.
Cinta Kasih yang Mengalir
Kondisi yang diderita oleh Kusniati dan Supratman tak membuat mereka mengalami keterbatasan aktivitas. Namun, mereka tak patah arang. Bertahun-tahun mereka melakukan cuci darah, namun, semangat untuk berjuang tak jua surut. Mereka justru bisa memotivasi sesama penderita penyakit ginjal.
Supratman (kedua dari kanan) tersentuh untuk ikut serta membantu sesama dan berencana bergabung menjadi relawan Tzu Chi.
Kusniati misalnya. Rutinitas mendengar ceramah Master Cheng Yen membuat Kusniati sadar bahwa masih banyak orang lain yang lebih susah keadaannya dari pada yang dia alami. Sehingga, dia memutuskan selama masih bisa bersumbangsih, dia ingin melakukannya dengan senang hati. Salah satunya dengan memberi semangat kepada sesama penderita gangguan ginjal. “Saya terkadang diminta oleh dokter untuk memotivasi pasien gagal ginjal yang lain untuk menjalani cuci darah,” cerita Kusniati.
Berbeda Kusniati, Supratman memiliki caranya tersendiri. Mulai timbul keinginan dalam dirinya untuk ikut serta menjadi insan Tzu Chi “ Tzu Chi tidak membeda-bedakan orang karena suku, agama, maupun ras mereka. Ini membuat saya kagum,” cerita Supratman menjelaskan alasannya.
Kisah para penerima bantuan ini juga menyentuh hati para relawan. Salah satunya dialami Then Jan Mie atau akrab disapa Ami. Dia sendiri pernah merasakan menderita penyakit hingga hampir meninggal. Akan tetapi, dengan pengobatan selama beberapa tahun ia pun bisa sehat kembali. Kini dia menggunakan kesempatan yang diberikan untuk membantu sesama dengan menjadi relawan Tzu Chi. “Sejak menjadi relawan Tzu Chi dan ikut kegiatan kunjungan kasih saya merasa bahwa ternyata masih banyak orang yang sakitnya lebih parah dan harus menjalani pengobatan seumur hidup. Salut kepada mereka bahwa mereka tidak putus asa untuk menjalani kehidupan ini,” cerita Ami.
Setiap insan pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tapi Kusniati dan Supratman menunjukkan bahwa di dalam hati setiap insan terdapat benih-benih cinta kasih yang selalu bisa dikembangkan. Meski dirundung masalah, cinta kasih dalam hati dapat tetap bermekaran.