Cinta Kasih dan Kebenaran
Jurnalis : Mei Hui (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)Pada hari Kamis, 29 Maret 2012, Bedah Buku He Qi Utara mengundang Oey Hoey Leng Shijie untuk membawakan topik “Membuang Cinta Kasih Hanya Untuk Menjadi Benar". |
| ||
Pada hari Kamis di penghujung bulan Maret 2012, seperti biasanya pukul 7 malam kegiatan bedah buku dimulai. Malam itu, bedah buku diisi dengan sharing dari salah seorang relawan komite, Oey Hoey Leng Shijie, yang juga seorang dosen di universitas ternama di Jakarta. Yang sangat spesial kali ini adalah judul yang unik, yaitu “Membuang Cinta Kasih Hanya untuk Menjadi Benar”. Judul ini sempat mengundang tanda tanya bagi para peserta bedah buku. Apakah ada kesalahan penulisan judul, mengapa menggunakan istilah “membuang cinta kasih”, bukankah seharusnya “menebarkan cinta kasih”? Rasa ingin tahu ini justru menyemangati 44 orang peserta dan tidak perlu menunggu lama karena Oey Hoey Leng Shijie langsung memberikan sharing-nya yang mencerahkan. “Kalau dua atau tiga orang bertengkar, adakah yang benar? Kebenaran itu sangat relatif karena setiap orang punya sudut pandang yang berbeda dikarenakan latar belakang yang berbeda,” kata Oey Hoey Leng Shijie memulai. Apa Maksud “Membuang Cinta Kasih Hanya untuk Menjadi Benar”?
Keterangan :
“Master Cheng Yen pernah mengatakan, ‘Kalau orang sudah datang ke Tzu Chi, sudah merupakan jodoh yang baik, sehingga sudah sepatutnya kita menyambutnya dengan penuh cinta kasih.’ Jadi, apa yang seharusnya dilakukan ? Seharusnya kita berwelas asih, menyambut baik, dan menjelaskan bahwa baksos ini diperuntukkan untuk orang yang tidak mampu, dokter pun beramal. Walaupun orang itu tetap bersikeras, kita tetap memperlakukan dengan baik dan mungkin suatu hari ia akan sadar. Di sini baksos merupakan salah satu tempat untuk melatih diri. Dengan menggunakan welas asih, kita bersyukur orang tersebut telah datang menjadi bagian dari kita, dan kita bantu mencari solusi masalah tersebut,” jelas Oey Hoey Leng. Setelah mendengarkan contoh yang diberikan, peserta mulai memahami makna sharing Oey Hoey Leng Shijie dan menyadari bahwa dalam keseharian kita sering membuang cinta kasih kita hanya untuk menjadi benar. Peserta pun antusias berbagi pengalamannya. Bambang Shixiong mengatakan bahwa hal ini terjadi setiap kali tanpa kita sadari, seperti dalam keluarga dan hidup bertetangga, di kala menemukan hal yang tidak sesuai, kita bicara atau menegur dengan suara keras, berarti kita membuang cinta kasih. ”Di Tzu Chi, kalau sering ikut gong xiu, bedah buku, mendengarkan sharing, kebijaksanaan kita akan semakin meningkat,” katanya. Berapa seringnya kita membuang cinta kasih kita hanya untuk menjadi benar? Terhadap siapa kita sering melakukannya? Keluarga, sahabat, orang tua, atasan, bawahan, pasien, tamu undangan? Mengapa kita membuang cinta kasih hanya untuk menjadi benar? Akar dari konflik adalah sudut pandang yang berbeda. Seringkali kita percaya bahwa gagasan dan pandangan kita adalah kebenaran mutlak. Sesungguhnya kebenaran mutlak adalah hal yang membawa ketenangan, kedamaian, harmoni, dan kebaikan. Kebenaran dan Kesabaran
Keterangan :
Stephen Ang Shixiong memberikan sharing bahwa seringkali masalah utama lebih ke emosi, batin kita mudah terpengaruh dan terpancing. Ketika berusaha menasehati orang tua yang sakit, untuk berpantang makan makanan tertentu untuk menjaga kesehatan sempat terpancing marah. Setelah marah, timbul perasaan tidak nyaman, merasa bersalah. Setelah mengikuti bedah buku, sekarang ia terus berusaha untuk belajar melatih diri, tidak lagi memaksakan hasil. Apapun hasilnya, tetap bersabar. Djohan Kurnia Shixiong juga memberikan pandangannya, “Untuk merasa benar, sangat subjektif. Tidak ada yang paling benar, harus ada toleransi. Dalam Buddha Dharma, para Bodhisatwa selalu menjaga jodoh baik. Karena kalau terlalu kaku dan pecah tidak ada kebaikan yang bisa ditanam.” Dalam pandangan Buddhis, ada enam paramita. Dana paramita merupakan paramita tertinggi, kedua yaitu mempraktikkan kebenaran hidup. Paramita ketiga adalah Shanti paramita yaitu kesabaran. “Ilmu kesabaran lebih tinggi daripada kebenaran. Kesulitan kita adalah sabar, setelah kita benar, harus tetap sabar. Dengan berlatih kesabaran kita memberi ruang cinta kasih. Meskipun kita merasa sudah benar, kita beri ruang untuk melihat, tidak menutup menjadi buntu. Sabar lebih tinggi ilmunya daripada benar. Yang sabar lebih mudah menangkap kebenaran,” tutur Djohan Kurnia Shixiong. Waktu dua jam berlalu tanpa terasa, karena peserta bersemangat mendengarkan dan memberikan sharingnya berhubungan dengan tema yang dibawakan. Di penghujung acara, Posan Shixiong (koordinator bedah buku He Qi Utara) memberikan kata penutup, “Kita datang ke Tzu Chi, tempat melatih diri. Melatih diri bukan berarti mengubah diri orang lain, melainkan diri sendiri. Masing-masing orang mempunyai pandangan, tidak ada kebenaran yang mutlak. Semua sesuai jodohnya.” Ia pun berpesan, “Jangan hanya bangga menjadi insan Tzu Chi, tetapi jadilah insan Tzu Chi yang membanggakan.” Bedah buku malam itu menjadi bedah buku yang amat sangat berkesan. Dengan judul yang unik, Oey Hoey Leng Shijie menyampaikan pesan mendalam mengenai cinta kasih dan kebenaran. Jangan sampai karena merasa benar, kita membuang cinta kasih kita. Bagaimanapun kehidupan kita, dalam situasi apapun, terhadap siapapun, sepatutnya dihadapi dengan kesadaran batin yang hening dan jernih. Dengan kesadaran batin tersebut, kita dapat menyikapi segala sesuatu dengan bijaksana, toleransi, cinta kasih, dan kesabaran. | |||
Artikel Terkait
Sembako Cinta Kasih Bagi Warga Dayeuhkolot
26 Mei 201618 Mei 2016, Tzu Chi Bandung membagikan kebutuhan berupa 1000 paket sembako (beras, minyak goreng, gula dan mie instan) bagi warga Dayeuhkolot dan sekitarnya yang mengikuti karya bhakti dengan membersihkan anak sungai Citarum dari sampah