Cinta Kasih dan Kekeluargaan di Manado

Jurnalis : Fitriyani.M (Tzu Chi Makassar), Fotografer : Robin Johan (Tzu Chi Makassar)

foto
Relawan menelusuri jalan yang rusak saat menuju rumah warga.

Rabu 15 Januari 2014 awan gelap menyelimuti langit Sulawesi Utara, banjir bandang mengalirkan amarahnya dan menimpa 4 wilayah di Sulawesi Utara, yaitu Manado, Tomohon, Minahasa, dan Minahasa Utara, dengan wilayah terparah terkena dampak banjir bandang  yaitu kota Manado. Banjir bandang ini menyebabkan puluhan ribu korban bencana lari mengungsi meninggalkan rumahnya, yang telah porak poranda bahkan hilang di terjang banjir bandang.

Ini semua terjadi bukan karena Tuhan marah kepada kita melainkan karena tidak keselarasan 4 unsur iklim yang ada di bumi, Master selalu berkata dalam keadaan aman dan tentram sekalipun kita harus tetap wapada.

Mendengar kabar duka tersebut dan setelah mendapat berita bahwa relawan dari Jakarta akan ke Manado relawan Tzu Chi Makassar langsung mengadakan meeting dan sepakat untuk berangkat tanggal 19 Januari 2014 dan keberangkatan kedua pada tanggal 03 Februari 2014.

Berbagi kasih di Manado memberikan setumpuk pembelajaran, kebersamaan dan rasa persaudaraan yang tinggi baik itu antara para relawan maupun relawan dan warga Manado.Semua lingkungan yang kami kunjungi dari Kelurahan Kumala,Kumaraka, Paal 4, Banjer, Tikala Ares  sampai  Tikala Baru menyambut kami dengan ramah. Relawan dan warga  tak mengenal lagi status sosial bergotong royong membersihkan lumpur yang di sekitar rumah warga, ini membuat kita sadar bahwa bencana tidak memandang kaya atau miskin, kulit hitam maupun kulit putih bencana akan menimpa kita semua dan sangat di butuhkan untuk hidup bertetangga rukun dan damai.

Selain membantu mengangkat lumpur para relawan juga berkeliling dari rumah kerumah mengunjungi warga dan memberikan semangat agar tidak terpuruk seperti ceramah Master “Kehidupan akan terasa damai apabila kita mampu menerima segala hal yang terjadi dengan lapang dada dan menyelesaikanya dengan hati yang tenang”, serta para relawan juga membagikan kupon kompor ± 5000 lembar. Sore hari saatnya penukaran kupon Cash for Work yang di bagikan pagi tadi, kami sadar dana solidaritas yang kami bagikan tidak seberapa dan akan habis, tetapi semangat dan motifasi yang membangun akan membuat para warga untuk bangkit dari keterpurukan.

foto   foto

Keterangan :

  • Sebelum melaksanakan kegiatan para relawan meeting terlebih dahulu (kiri).
  • Relawan membantu di tim medis (kanan).

Tak kalah sibuknya relawan yang membuka posko Medis dan tak lelah berpindah – pindah tempat karena pasca banjir begitu banyak warga yang terjangkit penyakit. Tetes keringat dan Lelah tak lagi terasa, semua itu karena kami percaya bahwa  bantuan yang diberikan tampa pamrih,akan disambut dengan sukacita oleh penerima bantuan. Rasa sukacita ini dapat menghilangkan kelelahan jiwa dan raga yang menghampiri. Persaudaraan dan sambutan luar biasa warga Manado yang selalu melayani kami, bahkan warga setiap hari membuatkan kami makanan dari bubur manado, jagung sampai pisang goreng khas Manado, tak kalah antusiasnya di kelurahan Tikala Baru pada hari terkhir, kelurahan tersebut disulap menjadi panggung konser dadakan dan ada seorang warga menyayikan lagu ciptaanya sendiri, dan lagu tersebut merupakan bentuk terimakasihnya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, mendengar lagu itu tak terasa kelopak mata saya meneteskan air mata, dan air mata itu tak tertahankan lagi ketika warga memberikan bendera yang berisikan ungkapan terimakasih yang tiada hentinya di ucapkan oleh para warga, tutur Weng Ak shixiong relawan Tzu Chi  Makassar. Rasa terimakasih yang tak hentinya juga di tuturkan oleh Ibu Joy selaku Lurah di Paal IV kami memang membutuhkan bantuan materi akan tetapi dukungan moril untuk membuat warga saya bangkit dari keterpurukan, juga sangat di butuhkan, dan kedua bantuan itu di berikan oleh  Yayasan Buddha Tzu Chi.

Para relawan juga menjelaskan sumber dana Yayasan Buddha Tzu Chi, serta memberikan kesempatan kepada warga untuk membantu sesama, dengan mengisi celengan bambu “Dana Kecil Amal Besar “ dan respon warga sangat luar biasa bukan uang koin yang mendominasi melainkan uang kertas, bahkan pecahan 50 ribu ikut mengisi celengan bambu tersebut, karena keberadaan cinta kasih di dalam hati para warga maka akan membangkitkan kekuatan yang tidak terhingga dan setelah berikrar untuk bersumbangsih, maka tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan.

Hari yang cerah sudah berganti menjadi gelap, kami langsung di arahkan ke Hotel Swiss Bell, untuk malam perpisahan dan dihadiri oleh seluruh relawan Tzu Chi dan relawan-relawan lokal yang telah membantu jalanya kegiatan Bakti Sosial selama di Manado. Setelah acara makan-makan di lanjutkan dengan penampilan warga Tikala Baru untuk menghibur para relawan dengan lagu yang sangat menyentuh hingga meneteskan air mata, tak mau kalah paduan suara dadakan Tzu Chi ikut tampil. Malam itu terasa sangat singkat tapi kami yakin ini bukanlah pertemuan terakhir akan tetapi jodoh baik akan mempertemukan kita lagi  dalam suasana kegembiraan dilain waktu.


Artikel Terkait

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -