Cinta Kasih di Awal Ramadan
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Henry Tando (He Qi Utara) Relawan Tzu Chi membawakan beras warga yang sudah berusia lanjut. Ini merupakan salah satu budaya humanis Tzu Chi yang tidak hanya memberikan bantuan namun juga menghormati dan menghargai penerima bantuan. |
| ||
Bukti Cinta Kasih Universal Pembagian beras ini sendiri bertepatan dengan seminggu umat Muslim menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, di mana pada saat-saat seperti ini harga-harga kebutuhan pokok cenderung meningkat. Bantuan beras ini diharapkan dapat sedikit meringankan beban warga. Dalam sambutannya Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyampaikan rasa terima kasihnya atas perhatian dan bantuan yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi kepada warga di Jakarta, khususnya Pademangan. “Tzu Chi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat Jakarta. “Terlebih bantuan beras ini juga dilakukan di beberapa titik lokasi di Jakarta lainnya: Pejagalan dan Kapuk Muara (Jakarta Utara), Cengkareng (Jakarta Barat), serta pada hari Minggu (7 Agustus 2011) di wilayah Cilincing (Jakarta Utara) dan Penggilingan (Jakarta Timur). Mengutip dari perkataan Master Cheng Yen, Fauzi Bowo menyampaikan bahwa ia sangat setuju dengan pemikiran dari Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi yang mengatakan bahwa kita semua adalah bersaudara. “Ini merupakan bukti kepedulian kepada sesama dan keberagaman ini harus kita jaga demi persatuan dan kesatuan bangsa ini,” kata Fauzi. Menurut Fauzi, kondisi masyarakat Jakarta yang majemuk sangat membuthkan toleransi, menghormati, dan menghargai keberagaman. “Termasuk mejemuk dalam agama. Keberagaman ini merupakan anugerah dari Tuhan bagi bangsa Indonesia, dan kita harus hidup berdampingan demi perstauan dan kesatuan bangsa ini,” tegas Fauzi.
Keterangan :
Ibu Inem Di rumah berukuran 4x6 meter ini Inem hidup sendiri— tidak menikah. Ia menempati rumah yang dibelinya seharga 4 juta rupiah ini sejak tahun 2003. Entah resmi atau tidak, Inem tak begitu memedulikannya, baginya yang terpenting adalah ia bisa tinggal di rumah itu dengan nyaman. “Kalau ngontrak tiap bulan mana sanggup,” ungkapnya. Inem sehari-hari mengandalkan penghasilan dari berdagang minuman dan makanan kecil di sekitar Taman Impian Jaya Ancol yang berada persis di seberang jalan rumahnya. “Kalau sekarang bolehnya dagang sabtu dan minggu aja, hari biasa nggak boleh lagi,” keluh Inem. Setiap berdagang Inem mengaku bisa mengantungi 50 ribu rupiah. “Ya karena nggak setiap hari dagang ya jadinya paling buat nombokin makan sehari-hari,” ungkapnya. Sebelum tinggal di Pademangan, Inem sempat tinggal di Bogor dan menjadi buruh di salah satu pabrik mi instan. Namun karena produksi pabrik mi instan tersebut terus menurun maka jumlah karyawannya pun dikurangi, termasuk Inem salah satunya. “Saya kerja di sana sejak tahun 1988 dan kos di daerah Bogor,” kenang Inem. Jika sebagian teman-temannya memilih pulang kampung, Inem nekad tetap mencari hidup di Jakarta. “Di kampung dah nggak ada siapa-siapa lagi, kakak saya juga dah meninggal. Tinggal keponakan-keponakan aja. Kalau saya tinggal di sana juga nggak enak, nggak ada kerjaan,” terang Inem, “mendingan di sini, sedikit-sedikit masih bisa cari uang.” Di tengah keprihatinan hidupnya, Inem merasa sangat bersyukur memperoleh bantuan berupa beras dan minyak goreng dari Tzu Chi ini. “Beras ini bisa buat makan saya sebulan, bahkan lebih,” ujarnya sembar tersenyum. Dengan demikian maka uang yang seharusnya digunakan Inem untuk membeli beras dapat digunakan untuk keperluan lainnya. “Sangat membantu, apalagi harga-harga banyak yang naik,” tandasnya.
Keterangan :
Belajar Memahami Kesulitan Orang Lain Menurut Louise Sutanto, Kepala Bagian Pendidikan Budaya Humanis dari Sekolah Tzu Chi Indonesia tujuan dari berpartisipasinya para guru dari Sekolah Tzu Chi Indonesia ini adalah merupakan salah satu cara untuk menerapkan budaya humanis di lingkungan sekolah. “Kita mengajak guru-guru ini agar mereka juga dapat melihat dan merasakan penderitaan orang-orang di sekitar kita, sekaligus menumbuhkan rasa bersyukur atas berkah yang mereka miliki,” kata Louise yang beberapa kali juga tampak memanggul beras di pundaknya. Master Cheng Yen dalam salah satu ceramahnya mengatakan bahwa dengan melakukan langsung kegiatan kemanusiaan barulah dapat merasakan langsung penderitaan orang lain, karena hal ini juga bisa semakin mengasah kepekaan diri terhadap penderitaan orang lain. | |||
Artikel Terkait
Menggalang Hati Melalui Bazar Cinta Kasih
19 Oktober 2018Mendalami Dharma, Memupuk Kebijaksanaan
22 Maret 2019Mengapa relawan Tzu Chi disebut sebutir benih? Karena dari masing-masing relawan, masyarakat di luar bisa mengenal Dharma. Karena dengan menjadi relawan, orang lain di luar bisa ikut menjadi relawan. Bukan karena ajakan semata, tapi bisa juga karena mereka melihat perubahan positif dalam diri relawan Tzu Chi yang membuat mereka terinspirasi.