Cinta Kasih di Bulan Suci

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Mulyono
 
foto

Meski donor darah dilaksanakan saat bulan suci Ramadan, tetap tidak mengurangi minat para pendonor untuk berbuat kebajikan menolong sesama. Tercatat 86 orang mendonorkan darahnya. Setetes darah yang disumbang, bisa menjadi penyelamat jiwa bagi manusia lainnya.

Berperawakan tegap, dengan mantap Imron Kuswoyo maju saat namanya dipanggil petugas dari Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta. Pria yang bertugas sebagai petugas keamanan di Perumahan Taman Palem ini tak sedikit pun menampakkan rasa khawatir saat petugas bersiap-siap memasukkan jarum ke lengan kirinya. Meski sedang berpuasa, Imron tetap segar dan bugar setelah mendonorkan darahnya. “Selagi bisa dan untuk kebaikan, kenapa tidak?” jawabnya ketika ditanyakan alasannya mendonorkan darah di saat menunaikan ibadah puasa. Meski baru pertama kali, Imron mengaku tidak khawatir ataupun cemas. Baginya, bisa berbagi dengan sesama di bulan suci Ramadan merupakan sebuah berkah tersendiri.

Tetap Ramai Pendonor
Imron tidak sendirian, dari 86 pendonor darah di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat pada hari Sabtu, 13 September 2008, banyak di antaranya yang juga sedang menjalankan ibadah puasa. Salah seorang lainnya adalah Hartono. “Walaupun puasa, nggak ada kendala,” tutur pria yang bertugas di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi bagian properti ini. Donor darah kali ini merupakan yang ke-15 kali baginya, dan 3 di antaranya dilakukan Hartono di bulan suci Ramadan tanpa pernah membuatnya batal berpuasa. “Ya untuk membantu PMI juga, soalnya kalau bulan puasa, jumlah pendonor nggak sebanyak biasa. Lagi pula, berbuat kebaikan di bulan suci itu sangat baik dan berlimpah pahala,” kata Hartono. Dengan cadangan darah di PMI yang berkurang, sementara kebutuhan akan darah tetap sama, membuat kegiatan-kegiatan seperti ini menjadi sangat bernilai.

Selain karena alasan kemanusiaan, hal lain yang melatarbelakangi keinginannya untuk mendonorkan darah adalah untuk kesehatan sendiri. Pria yang sudah bekerja di Tzu Chi sejak awal pembangunan Perumahan Cinta Kasih dimulai tahun 2002 ini menuturkan bahwa donor darah sudah menjadi semacam “candu” baginya. “Kalau nggak donor darah, badan kayaknya nggak enak gitu, seperti ada yang kurang,” kata ayah 2 anak ini. Meski awalnya berniat coba-coba saat mendonorkan darahnya –belum tahu manfaatnya untuk diri sendiri dan orang lain– pertama kali, kini Hartono tak pernah luput dari kegiatan donor darah sejak tahun 2004. “Selama saya masih bisa dan sehat, saya akan terus donor,” janji Hartono mantap.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi mempersiapkan tempat untuk pelaksanaan donor darah di lantai 2 RSKB Cinta Kasih
           Tzu Chi pada hari Sabtu, 13 September 2008. (kiri)
         - Meski sedang menjalani ibadah puasa, tidak menghalangi Imron untuk mendonorkan darahnya
           untuk menolong mereka yang membutuhkan darah. (kanan)

Pengalaman Pertama
Bagi sebagian orang, mendonorkan darah merupakan hal yang menakutkan. Bayangan akan jarum besar yang menusuk lengan, sangat mengkhawatirkan bagi yang belum terbiasa. Seperti yang dialami Huang Hui-chen, wanita berumur 56 tahun yang juga relawan Tzu Chi ini terlihat pucat ketika petugas dari PMI mulai mencari pembuluh darah di lengan kanannya. Wajahnya semakin tegang tatkala petugas menyerah –pembuluh darah tidak tampak– hingga harus pindah ke lengan sebelah kanannya. Untunglah, di lengan kanan, petugas PMI segera menemukannya. Sedikit menahan sakit pada mulanya, Huang Hui-chen pelan-pelan mulai tersenyum ketika darah mulai mengalir dari tubuhnya ke kantong plastik khusus penyimpanan darah yang disediakan petugas PMI. “Awalnya sakit, tapi lama-lama nggak,” ujarnya tersenyum seusai mendonorkan darah. Meski Hui-chen sendiri mengidap tekanan darah rendah, namun tidak menghalangi tekadnya untuk menolong sesama. “Dah dua kali gagal karena tekanan darah rendah, tapi kali ini bisa,” katanya menceritakan pengalamannya saat ditolak petugas dari PMI.

foto  

Ket : - Akibat pembuluh darah di lengan kirinya tidak juga terlihat, petugas dari PMI berpindah ke lengan kanan
           Huang Hui-chen (56). Setelah 2 kali gagal mendonorkan darah (tekanan darah rendah), akhirnya Hui-chen
           dinyatakan layak sebagai pendonor.

Menurut Tio Wi-tjong, koordinator kegiatan ini, donor darah ini merupakan kegiatan rutin –tiga bulan sekali– yang digelar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) sejak dua tahun lalu. “Kebetulan kali ini jatuhnya di bulan puasa,” kata Wi-tjong. Meski jumlah pendonor mengalami sedikit penurunan, namun Wi-tjong tetap senang dan bangga melihat animo masyarakat, warga Perumahan Cinta Kasih, karyawan Tzu Chi (RSKB dan pengelola) serta relawan Tzu Chi dalam berbuat kebajikan. “Senang, banyak yang datang dengan sukarela dan senang hati mau donor. Meskipun ada yang puasa, tapi tetap ada yang mau donor,” ungkap Wi-tjong bangga. Jika biasanya jumlah pendonor bisa mencapai 100-120 orang, kali ini sampai kegiatan donor darah ini berakhir jumlah yang tercatat sebanyak 86 pendonor. “Mudah-mudahan ini bisa membantu PMI yang sering kekurangan stok darah di bulan puasa,” sambung Wi-chong.

 

Artikel Terkait

Lebih banyak Lagi Masyarakat yang Peduli Lingkungan

Lebih banyak Lagi Masyarakat yang Peduli Lingkungan

27 Juli 2022

Perubahan Iklim yang semakin ekstrem mengingatkan relawan untuk mempercepat langkah dalam mensosialisasi pelestarian lingkungan. Salah satu langkah tersebut ialah kegiatan sosialisasi (Ai Sha) yang diadakan di Perum. Villa Sempurna I, Tiban Indah, Batam.

Membina Kebijaksanaan Lewat Pelatihan Relawan Abu Putih

Membina Kebijaksanaan Lewat Pelatihan Relawan Abu Putih

08 Juli 2022

Relawan Tzu Chi Medan mengadakan pelatihan relawan Abu Putih ke-2 di tahun 2022. Pelatihan dilakukan untuk mengenalkan Visi dan Misi Tzu Chi kepada relawan, serta membina kebijaksanaan menjadi Bodhisatwa dunia.

Suara Kasih: Mengukir Sejarah

Suara Kasih: Mengukir Sejarah

26 Januari 2012 Insan Tzu Chi mengubah kehidupan setempat dan membantu anak-anak di wilayah pegunungan agar berkesempatan untuk mengenyam pendidikan guna meningkatkan taraf hidup mereka. Akan tetapi, daerah di sana sangat luas.
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -