Cinta Kasih Melalui Budi Pekerti
Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Lo Wahyuni (He Qi Utara)Christine Tjen sedang memberikan pengarahan kepada orang tua murid Kelas Budi Pekerti untuk pertemuan-pertemuan mendatang.
Hujan gerimis sejak dini hari, tidak menyurutkan semangat 24 orang anak kelas Budi Pekerti dan orang tuanya untuk datang ke acara Qing Zi Ban di Jingsi Pluit pada 28 Februari 2015, pukul 09.00 WIB. Puluhan relawan Tzu Chi yang bertugas sebagai relawan pendamping sudah berkumpul untuk mendampingi anak yang datang.
“Untuk hari ini Qing Zi Ban di Jing Si Pluit ini tidak ada pelajaran, tetapi hanya menjual seragam untuk anak-anak yang baru bergabung dan foto mereka untuk dijadikan kartu pengenal. Adapun batas usia untuk ikut dalam kelas Budi Pekerti ini adalah 5 – 8 tahun dan orang tuanya diharapkan juga sudah mengikuti sosialisasi Tzu Chi, sehingga dapat mengetahui visi dan misi Tzu Chi, jadi dapat mendampingi anaknya dengan baik,” kata Christine Tjen, penanggung jawab kegiatan yang diadakan setiap minggu ke empat setiap bulan.
Seorang relawan sedang mengarahkan Indrawati dan putrinya, Nessa untuk melakukan sesi foto.
Cherrylin tampak sukacita memakai seragam barunya.
Pelajaran budi pekerti hendaknya dapat diajarkan sejak usia dini, dengan tujuan untuk menanamkan moral baik dan kebajikan, seperti menghormati orang tua, berbuat kebajikan, melestarikan lingkungan, dan lain sebagainya. Kelas Budi Pekerti juga bisa dijadikan benteng untuk membentengi kepribadian anak dengan berbagai hal yang positif sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan negatif di luar.
“Wah senang ya, anak saya sejak gabung di kelas budi pekerti ini berubah menjadi lebih baik. Dulu Nessa makannya selalu ada sisa dan sering buang makanan, tetapi sekarang tidak lagi dan sifatnya juga lebih sopan dengan pengasuh dan juga lebih hormat kepada orang tua,” tutur Indrawati (34), orang tua Nessa (8). Sejak setahun lalu Nessa telah ikut kelas budi pekerti di Jingsi Pluit ini. Meskipun tinggal di wilayah yang cukup jauh, Nessa dan orang tuanya tidak merasa terbebani karena bagi mereka kelas ini bermanfaat dan memberikan nilai yang baru dalam menghargai kehidupan dan lebih bersyukur.
Artikel Terkait
Belajar dari Semangat Albert
04 November 2016 Divonis dengan talasemia tidak membuat Albert, seorang anak yang tengah beranjak remaja itu menjadi putus asa. Ia malah mencoba menjadi seseorang yang penuh semangat untuk menguatkan orang-orang di sekelilingnya.Mewariskan Cinta Kasih dan Rasa Syukur Melalui Pendidikan
06 Januari 2015Pertemuan Pertama Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Pekanbaru
19 Agustus 2016Kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru kembali dimulai seiring dengan proses belajar mengajar semester baru anak-anak di sekolah. Jumlah murid Kelas Teratai ini sebanyak 39 anak.