Cinta Kasih Menghapus Duka

Jurnalis : Rahma Mandasari (DAAI TV Medan), Fotografer : Rahma Mandasari (DAAI TV Medan)

fotoPara relawan membagikan bantuan kepada korban bencana di Tapanuli Utara.Melihat banyaknya warga mengalami kerugian materil, maka bantuan yang diberikan berupa bantuan dana tunai.

Gurat kesedihan masih terlihat di wajah warga desa Sarulla, Pahae Jae setelah gempa mengguncang tanah Tapanuli Utara pada hari Selasa 14 Juni 2011 lalu. Gempa pertama berkekuatan 5,5 skala Richter yang terjadi dua kali telah menghancurkan bangunan rumah penduduk serta berbagai fasilitas umum seperti: kantor pemerintahan, rumah ibadah, klinik, sekolah, dan jalan raya. Warga yang masih merasakan rangkaian gempa susulan terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat yang didirikan PMI, Departemen Sosial atau tenda buatan sendiri.

 

Sebagian warga telah kembali ke rumah mereka setelah ada anjuran dari pemerintah desa. Meskipun demikian, masih banyak pula warga yang tetap tinggal di tenda darurat karena kondisi fisik bangunan tempat tinggal mereka tidak layak lagi untuk ditempati. Kondisi warga korban gempa yang memprihatinkan mengundang perhatian besar berbagai pihak termasuk para relawan Tzu Chi Medan. Sebanyak 12 orang relawan yang terbagi atas 3 tim terjun langsung menyusuri lokasi untuk melakukan survei kerusakan bangunan serta menyerahkan bantuan tunai. “Kita hanya membawa dana tunai karena menurut informasi yang dibutuhkan di sini adalah dana tunai. Supaya masyarakat di sini bisa berusaha membangun kembali rumahnya yang rubuh,“ ujar Sofyan Ciawi, relawan Tzu Chi Medan.

Segmen Sarulla
Kawasan Sarulla Pahae merupakan zona merah terjadinya gempa akibat adanya pergeseran segmen Sarulla. Gempa di daerah ini merupakan gempa siklus yang terjadi setiap 20 – 30 tahun. Rata rata penduduk lokal tinggal di rumah tua dan bangunan semi permanen yang rentan terkena gempa. Tidak ada korban jiwa pada saat terjadinya gempa namun kerugian materi diperkirakan cukup besar. Kecamatan Pahae terdiri dari beberapa desa. Salah satu desa yang terkena dampak gempa terburuk adalah desa Tordolok Nauli. Desa ini terletak di kawasan perbukitan dan terdiri dari beberapa dusun. Relawan didampingi Kodim 0210 Taput serta kepala desa menyerahkan bantuan tunai langsung kepada 78 keluarga. Suasana haru tercipta pada saat warga menerima bantuan dari para relawan yang tak kenal lelah menebarkan benih cinta kasih di tengah puing puing bangunan yang rusak.

foto  foto

Keterangan :

  • Medan yang sulit bahkan ancaman bahaya gempa susulan sekalipun tidak menyurutkan tekad relawan untuk menolong para korban gempa, meringankan beban mereka serta menebarkan benih cinta kasih di bumi Tapanuli. (kiri)
  • Kondisi bangunan yang tak kokoh, membuat banyak rumah dan gedung sekolah rubuh. Di tempat ini gempa menjadi siklus setiap 20 tahunan. (kanan)

Kondisi fisik bangunan sekolah juga sangat memprihatinkan. Gempa terjadi saat ujian semester sedang berlangsung. SMA Negeri 1 Pahae Jae bangunan utamanya hampir rubuh total serta SD Negeri 173234 Sarulla yang seluruh ruangan kelasnya rubuh dengan lantai dan dinding yang retak. “Jam 10.15 terjadilah gempa yang lebih dahsyat daripada jam tujuh itu, akhirnya delapan ruangan itu rubuh total, anak-anak ada yang mau ambil tas, kami larang. ‘jangan nanti kamu kena batu’,“ ungkap M. Panggabean guru SD tersebut. Berkat kesigapan dan kerjasama Kodim 0210 Taput dengan organisasi kemanusiaan dan pemerintah, kepanikan warga dapat diminimalisir. Tenda-tenda darurat pun didirikan di halaman sekolah sehingga murid-murid dapat melaksanakan ujian.

foto  foto

Keterangan :

  • Kondisi fisik bangunan sekolah yang hancur pascagempa. SMA Negeri 1 Pahae Jae Tapanuli bangunan utamanya hampir rubuh total serta SD Negeri 173234 Sarulla yang seluruh ruangan kelasnya rubuh dengan lantai dan dinding yang retak.
    (kiri)
  • Mengingat proses belajar mengajar harus tetap berlangsung, maka relawan bersama anggota TNI mendirikan tenda darurat untuk belajar murid-murid. (kanan)

Pada menit terakhir pembagian bantuan, pada hari Sabtu, 18 juni 2011, sekitar pukul 19.00 WIB, gempa susulan berskala 5,2 skala Richter kembali mengguncang kawasan ini. Seketika warga yang masih trauma berhamburan ke luar rumah. Mereka kembali mengungsi ke tenda darurat ataupun halaman rumah mereka. “Allahhu Akbar….Allahhu Akbar…, selamatkan kami ya Allah!“ seru wanita paruh baya sambil memegangi ibunya yang sudah tua. Anak-anak kecil menangis sepulang dari masjid dan berlari mencari orang tuanya. Kendaraan yang sedang melaju di jalan raya serta tiang listrik turut berguncang. Para lansia yang tidak berdaya dipapah sanak saudara mereka di pinggir jalan. Suasana mencekam meliputi kawasan ini selama beberapa menit. Relawan yang masih melakukan survei pun begitu kaget, di tengah terjadinya gempa kecil susulan, mereka pun tetap membagikan bantuan.

Berbuat kebajikan tidak perlu ditunda. Medan yang sulit bahkan ancaman bahaya gempa susulan sekalipun tidak menyurutkan tekad relawan untuk menolong para korban gempa, meringankan beban mereka serta menebarkan benih cinta kasih di bumi Tapanuli. Hal ini membuktikan betapa kekuatan cinta kasih mampu menembus ruang dan waktu, bahkan rintangan berat sekalipun.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Memiliki Hati yang Murni dan Cinta Kasih Berkesadaran

Suara Kasih: Memiliki Hati yang Murni dan Cinta Kasih Berkesadaran

30 Desember 2013 Kita dapat melihat cinta kasih yang murni dari anak-anak itu. Mereka juga mengambil kotak cinta kasih dan menggalang dana dari para penonton untuk membantu korban bencana di Filipina.
Berbuat Kebajikan Sejak Dini

Berbuat Kebajikan Sejak Dini

07 Juli 2014
Sebanyak 40 Bodhisatwa Kecil dari Vihara Budhi Bhakti datang berkunjung ke Yayasan Buddha Tzu Chi, Batam. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengenalkan Bodhisatwa Kecil  mengenai Tzu Chi. Bodhisatwa Kecil tak lupa memberikan hormat pada Master Cheng Yen, selanjutnya mereka mengikuti rangkaian kegiatan dengan tertib dan teratur.
Yang Berharga dari Dalam Tubuh

Yang Berharga dari Dalam Tubuh

28 Juni 2010
Mochtar, relawan Tzu Chi yang sudah 18 kali donor darah mengatakan, “Sejak 2006 hingga sekarang, saya selalu rutin donor darah. Selain lebih bugar secara fisik, (donor darah juga) bisa menolong orang lain yang membutuhkan.” Ketika ditanyakan apakah ia akan terus berkomitmen untuk rutin donor darah, dengan tegas Mochtar menjawab, “Ya.”
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -