Sebanyak 34 relawan mengikuti pelatihan relawan seragam abu putih Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Tampak para peserta membacakan 10 sila Tzu Chi.
Dalam menapaki perjalanan sebagai seorang relawan kemanusiaan, sering kali kita menyaksikan betapa kuatnya dorongan cinta kasih dalam individu untuk berkontribusi bagi masyarakat yang membutuhkan. Namun, cinta kasih perlu diimbangi dengan kebijaksanaan. Kesatuan antara cinta kasih dan kebijaksanaan merupakan fondasi pelayanan kemanusiaan yang efisien dan tepat sasaran.
Tanpa adanya kebijaksanaan, upaya yang dilakukan berisiko tidak efektif, bahkan dapat menghambat kemajuan upaya kemanusiaan. Begitu juga sebaliknya, kebijaksanaan tanpa cinta kasih, tidak akan ada kehangatan dan inspirasi yang terkandung di dalamnya. Cinta kasih dan kebijaksanaan harus selalu berdampingan.
Oleh karena itu, pelatihan relawan menjadi suatu keharusan, yang mana para relawan dapat mengembangkan cinta kasih dan menumbuhkan kebijaksanaan melalui berbagai materi yang diperoleh. Relawan dibekali dengan pengetahuan mengenai sejarah dan nilai-nilai organisasi, serta mengasah kemampuan yang diperlukan untuk memberikan kontribusi maksimal dan berarti bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sukmawati memaparkan mengenai sejarah misi kesehatan Tzu Chi di Taiwan dan Indonesia, beserta kasus pengobatan yang ditangani Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.
Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan pelatihan relawan Abu Putih pada 26 November 2023 di Aula Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 WIB ini melibatkan tiga narasumber, Sukmawati, AA, dan Lissa. Sebanyak 34 peserta hadir dalam kegiatan ini, antusias dan semangat mengikuti berbagai rangkaian kegiatan.
Sukmawati selaku Ketua Harian Tzu Chi Tanjung Balai Karimun membuka sesi materi dengan memperkenalkan misi kesehatan di Tzu Chi. Dengan penuh semangat, ia berbagi kisah perjalanan panjang Tzu Chi dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan.
Sukmawati tidak hanya memaparkan sejarah misi kesehatan Tzu Chi secara umum, tetapi juga berbagi beberapa kasus pengobatan yang ditangani Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. “Selama ada kesempatan untuk menyelamatkan seseorang, genggamlah setiap peluang,” Sukmawati mengutip perkataan Master Cheng Yen dalam materinya. Perkembangan kondisi pasien dari sebelum berobat hingga sembuh total dijelaskan dan ditampilkan pada layar.
Relawan komite, AA sedang membimbing seorang relawan abu putih bagaimana tata cara mengangkat sumpit sebelum menyantap hidangan dalam praktik table manners Tzu Chi.
Praktik etika makan atau table manners dalam Tzu Chi dibawakan oleh relawan komite, AA. Para relawan abu putih melakukan praktik langsung, mulai dari cara duduk, memegang mangkuk dan sumpit, serta berbagai aturan etika makan lainnya dibimbing oleh AA. Table manners yang merupakan bagian dari budaya humanis Tzu Chi penting untuk dipelajari guna membentuk kebiasaan yang baik dan elegan pada relawan, serta menjaga kerapihan dan keteraturan organisasi.
Lissa, relawan komite membawakan materi mengenai misi amal Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.
Pemaparan materi tentang misi amal dibawakan oleh Lissa. Melalui sharing-nya, Lissa memaparkan beberapa kasus amal yang berhasil ditangani Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Misi amal menjadi inti dari keberadaan Tzu Chi, untuk membawa kebahagiaan dan menghapus penderitaan.
Melalui Tzu Chi, relawan memiliki kesempatan untuk membawa manfaat nyata kepada masyarakat yang membutuhkan. Lissa memaparkan berbagai jenis penderitaan yang dihadapi oleh penerima bantuan Tzu Chi, baik itu bawaan dari lahir maupun yang dihadapi dalam hidup, serta solusi yang ditawarkan dan dijalankan Tzu Chi.
Beberapa peserta pelatihan yang pernah mengikuti kunjungan kasih dan survei kasus diajak untuk sharing kesan mereka.
Pada pekan-pekan sebelumnya, sebagian relawan abu putih dan rompi telah mengikuti survei kasus, hingga ikut mengambil tanggung jawab dalam kegiatan kunjungan kasih. Sebelum kegiatan pelatihan relawan ditutup, para relawan dipersilahkan untuk berbagi kesan dari pengalaman tersebut.
“Harus banyak bersyukur, waktu kunjungan kasih melihat atap rumah yang berlubang-lubang, rumah yang tak layak, mengingatkan saya harus banyak bersyukur dengan apa yang saya miliki,” Lelywati, seorang relawan seragam abu putih berbagi cerita mengenai pengalamannya mengikuti kunjungan kasih.
“Gan En saya sudah diberi kesempatan untuk ikut kunjungan kasih, Gan En Sukmawati Shijie dan Ahe Shixiong yang sudah menemani dan bimbing saya dalam kunjungan kasih, menulis laporan,” ucap Rosa, yang juga merupakan relawan seragam abu putih.
“Orang yang dapat membantu orang lain adalah orang yang paling bahagia.”
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)
Editor: Khusnul Khotimah