Cinta Kasih Sekolah Tzu Chi
Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Feranika Husodo, Aping Rianto, Adi, Thio Verna (He Qi Utara)Guru-guru Sekolah Tzu Chi menampilkan isyarat tangan pada acara peresmian Sekolah Tzu Chi. |
| ||
Susan telah mendaftarkan Marvel sebagai murid kelas 3 SD di sekolah yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk ini karena ia ingin memberikan pendidikan terbaik untuk putra kesayangannya. Sekolah Tzu Chi yang menempati lahan seluas 2.2 Ha ini tampak megah dan asri dikelilingi pohon-pohon nan rindang, sesekali masih terdengar kicauan burung bernyanyi di pepohonannya. Suasana yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota Jakarta ini memang sangat ideal untuk lokasi sebuah sekolah. Saya masih terus mengagumi barisan indah dan rapi dari relawan Tzu Chi yang menyapa dengan ramah di pintu masuk area lokasi acara ini. “Selamat Pagi ShijieI,” suara merdu dengan senyuman menawan ini menyambut para tamu yang hadir. Saya senang dapat duduk bersebelahan dengan Susan dan Marvel di tenda yang disiapkan di depan pintu Sekolah Tzu Chi yang memiliki ciri khas berdinding batu sikat sebagai lambang perwujudan cinta kasih universal dari berbagai pihak. Tepat pukul 09.05 WIB, acara pun dibuka oleh Franky O. Widjaja sebagai wakil ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Beliau menjelaskan tujuan penyelenggaraan sekolah yang merupakan cabang dari Sekolah Tzu Chi yang berpusat di Taiwan ini. Bukan semata karena partisipasi dari para insan Tzu Chi saja, tetapi merupakan partisipasi para donatur, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak seperti para kontraktor bangunan dan lainnya. Ia mengatakan visi dari Sekolah Tzu Chi adalah menjadikan 4 sifat mulia, “Welas asih, belas kasih, sukacita dan bersumbangsih tanpa pamrih” sebagai motto sekolah.
Keterangan :
Sekolah ini memberikan pendidikan akademik dan pendidikan budi pekerti secara bersamaan, membina di bidang keilmuan dan moralitas berlandaskan budaya kemanusiaan agar siswa menjadi tenaga profesional yang memiliki kasih sayang, berbudi luhur. Menjadikan budi pekerti dan ilmu pengetahuan sebagai landasan serta budaya kemanusiaan dan pengabdian dalam pelaksanaannya. Berusaha dengan sungguh–sungguh dan giat untuk terus meningkatkan kemampuan agar sasaran dalam membentuk manusia seutuhnya dapat tercapai. Adapun misi Sekolah Tzu Chi adalah mengembangkan pendidikan untuk membentuk manusia seutuhnya yang berhati nurani, memiliki kebajikan, memiliki pikiran dan pandangan yang benar, meletakkan dasar bagi sebuah pendidikan berjenjang lengkap, menyelenggarakan pendidikan kehidupan dengan pengelolaan yang berpegang pada cinta kasih dan sistem berlandaskan aturan moralitas, menyelenggarakan pendidikan berbudaya humanis dengan menerapakan ajaran 4 sifat mulia dan menerapkan pendidikan yang berwawasan luas agar tekad luhur untuk menjernihkan hati manusia juga menciptakan masyarakat yang damai dan tentram dapat terus berlanjut. “Sekolah Tzu Chi dibangun mulai dari tingkat TK dan SD,” ucap Franky O.Widjaja, sebab Tzu Chi sangat peduli dengan bibit yang baik yang bisa berakar kuat sehingga kelak mereka dapat menjadi manusia yang berkepribadian baik, memiliki prinsip Kebenaran, Akhlak yang mulia dan Perilaku penuh tata karma. Kepala Sekolah SD Tzu Chi di Taiwan, Yang Yue Feng mengatakan bahwa Master Cheng Yen sangat peduli dengan pendidikan di Indonesia, sehingga dari Taiwan diutus pula 7 orang guru untuk memberikan pengajaran dan berbagi pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti Shen Huo (Praktek kehidupan sehari-hari), Kata Perenungan, Shou Yu (Isyarat Tangan) dan lainnya. Ia mengatakan bahwa Sekolah Tzu Chi memberikan pendidikan bagi murid-muridnya sesuai dengan budaya humanis yang berlandaskan Gan en (Bersyukur), Zhun Zhong (Menghormati) dan Ai (Cinta Kasih). Beliau juga memaparkan bahwa di Sekolah Tzu Chi ini memiliki 22 ruang kelas untuk TK dan 85 ruang kelas SD dengan jumlah pengajar sebanyak 51 orang guru dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti Taiwan, Amerika dan Philipina. Sekolah ini mengajar dengan tiga bahasa, yaitu: bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan bahasa Indonesia.
Keterangan :
Kemudian acara dilanjutkan dengan penampilan dari guru-guru Sekolah Tzu Chi. Para guru Sekolah Tzu Chi ini kemudian berbaris memperagakan Shou Yu (Isyarat tangan). Lagu tersebut bermakna “Adanya harapan dengan cinta kasih dapat menambah kebijaksanaan”. Memang benar, seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, ”Cinta Kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain”. Sungguh Luar biasa, Dharma Master Cheng Yen yang diperagakan oleh para guru sehingga dapat menambah keyakinan banyak orang tua murid akan ketulusan cinta kasih yang akan dibagikan kepada murid-murid sekolah ini. Sebelumnya anak-anak kelas budi pekerti Tzu Chi juga dengan cekatan memperagakan isyarat tangan berjudul Sinar Fajar yang mencerminkan bahwa sistem pendidikan di sekolah ini dapat memberikan secercah sinar harapan bagi terciptanya pendidikan yang baik dan berbudi luhur. Duduk di barisan depan tampak beberapa tamu kehormatan seperti Menteri Pendidikan, Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan perwakilan Gubernur DKI Jakarta, serta beberapa tamu undangan penting lainnya. Menteri Pendidikan memberikan sambutan yang baik, “Pemerintah sangat apresiasi atas diresmikannya Sekolah Tzu Chi yang akan turut memberikan kontribusi bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia,” ucap Prof. Dr.Ir.KH. Mohammad Nuh. Tepat pukul 10.35 WIB, ia menandatangani batu prasasti sekolah Sekolah Tzu Chi yang akan menjadi catatan sejarah bagi Tzu Chi dan dunia pendidikan atas peresmian sekolah ini. Papan nama Sekolah Tzu Chi yang terpasang gagah di depan anak tangga pintu masuk, selama ini tertutup kain merah, 10 menit sebelumnya juga sudah dilepaskan tirai kain merah penutupnya secara bersama-sama oleh ketua/wakil ketua yayasan, komite, dan tamu kehormatan lainnya. “Shijie, kita sama-sama meninjau ke dalam,” ucapku mengajak Susan dan putranya menaiki anak tangga masuk ke gedung sekolah. Di depan kami terlihat Susie, Wakil Kepala SD Tzu Chi yang membawa pengeras suara memandu para tamu yang mengelilinginya. Kami diperkenalkan bahwa di seberang gedung ada Gan En Lou ( pusat budaya Tzu Chi), ruang perpustakaan 3 bahasa, taman kupu-kupu yang digunakan untuk belajar siklus hidup para binatang, ruang untuk melakukan daur ulang dan terakhir kami diajak bernapak tilas mengenai sejarah pencapaian Tzu Chi melalui poster-poster cantik yang terpasang di sepanjang koridor sekolah. Yang menarik adalah informasi bahwa Perumahan Cinta Kasih Cengkareng telah dijadikan proyek percontohan oleh pemerintah untuk pembangunan rusun sejenis di Indonesia. Gambar Master Cheng Yen yang penuh welas asih mengingatkanku akan kata perenungan, ”Keberadaan cinta kasih di dalam hati akan membangkitkan kekuatan yang tidak terhingga. Setelah berikrar untuk bersumbangsih, maka tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan.” Sekolah Tzu Chi telah berhasil terwujud karena kekuatan cinta kasih yang tidak terhingga. Kami pun mengakhiri tur singkat Sekolah Tzu Chi menjelang tengah hari. | |||
Artikel Terkait
Menunjukan Kepedulian di Bulan Ramadhan
08 Juni 2018Bulan Tujuh Penuh Berkah: 1.000 Paket Makanan Sehat di Muara Angke
14 September 2022Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 membagikan 1.000 paket makanan vegetaris di RT 006/022, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. Kegiatan ini bertujuan untuk melanjutkan program kegiatan Bulan Tujuh penuh Berkah.
Ada Sentuhan Hangat dan Perhatian untuk Setiap Penerima Bantuan
01 Maret 2024Sembilan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pluit berbagi berkah dan kebahagiaan dengan para penerima bantuan Tzu Chi yang merayakan Imlek. Mereka merupakan keluarga besar Tzu Chi yang rutin dikunjungi oleh relawan tiap bulannya.