Cinta Kasih yang Tersebar
Jurnalis : Riani Purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas), Fotografer : Aulia, Riani, Tawang, Yudha (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas) Shijie Lutiana (kanan) dan dr. Noverma tengah berdiskusi tentang pasien yang harus istirahat dulu karena tekanan darahnya yang rendah. |
| ||
Kepekaan hati manusia untuk berjalan beriringan dengan masyarakat dapat terjadi kapan saja. Ketika kita sebagai manusia dapat mendukung semangat kemanusiaan maka kita akan menjalin jodoh sebanyak-banyaknya dengan orang di sekeliling kita. Itulah yang terjadi dengan para relawan di sekitar perkebunan Sinarmas. Kepekaan mereka untuk peduli akan kesehatan masyarakat di sekeliling merekalah yang membawa 348 masyarakat di sekitar perkebunan untuk mengikuti Bakti Sosial Kesehatan yang diadakan oleh insan Tzu Chi Pekanbaru. Tiga Region yaitu Siak, Indragiri, dan Kampar telah melakukan kegiatan kepedulian terhadap masyarakat yang menderita katarak, hernia, bibir sumbing dan penyakit untuk dibedah minor. Hal ini sejalan dengan Program Kepedulian 5 Kilometer yang dicanangkan sejak tahun 2011 silam. Menggerakkan hati para relawan untuk peduli terhadap masyarakat yang sakit dan mendampingi pengobatannya hingga sembuh. Bersyukurlah untuk Mata Jernih Setiap Harinya Penyakit katarak bawaan mengerogoti keduanya. Telah diperiksakan di Bumi Sentosa Estate dan hasilnya membuat mereka mendatangi Baksos Kesehatan Tzu Chi Pekanbaru ini. ”Waktu di kebun memang sudah ketauan bahwa anak saya menderita katarak bawaan lahir. Sebelumnya kami sebagai orang tua tidak tahu sama sekali mengenai penyakit yang diderita anak saya. Nah waktu di Taman Kanak-Kanak, si Maulida nggak bisa lihat dan nyebutin angka yang ditanya oleh gurunya, mata mengernyit. Guru pun di sekolah jadi curiga dan akhirnya dibawa ke dokter klinik, begitu pula dengan adiknya,” ujar Indra, orang tua keduanya yang sehari-hari bekerja sebagai petani penggarap di sekitar perkebunan Bumi Sentosa.
Keterangan :
Ketidakmampuan sang orang tua didengar oleh relawan dari kebun yang juga mendata peserta baksos. Setelah beberapa tes kelayakan operasi dilakukan, satu jawaban yang mereka terima, ”Ini tidak bisa dioperasi di aksos karena ini bawaan,” ujar Suster Suasana, salah seorang tim medis. Menghadapi kenyataan demikian, satu lagi harapan tumbuh dan berkembang dijawab oleh relawan. ”Kami akan ajukan lewat prosedur kasus. Kami akan urus sampai tuntas. Anak-anak ini perlu masa depan, dan kami sebagai orang terdekatnya, berharap dapat membantunya meraih cita-cita. Ini pun juga supaya benih cinta kasih yang sudah tumbuh tidak lepas begitu saja,” ujar salah seorang relawan Tzu Chi Pekanbaru. Nurma, seorang ibu berusia 68 tahun didiagnosa oleh dokter bahwa ia memang menderita penyakit katarak dan dapat dioperasi di baksos kesehatan ini. ”Setelah sembuh, cuma dua keinginan saya. Pertama, baca Yasin (Alquran-red) jadi tidak terbatas mata buram lagi. Kedua, dulu kalau salat suka pusing dan mual, nanti kan jadi tidak usah pakai kacamata lagi,” ujarnya. Begitu pula dengan Ngatini, ”Tiga kali Lebaran sudah saya menderita katarak,” ujar nenek berusia 89 tahun yang tinggal di SP2 Kota Bangun, Kebun Rama Bakti. Tinggal dan bekerja di perkebunan selama lebih dari 14 tahun, Ngantini sudah menjadi bagian dari keluarga besar Sinarmas. ”Kami sangat senang bekerja di sini. Perusahaan selalu membuat program yang dapat mengajak semua orang bekerja sama. Seperti baksos ini, semua orang turut mencari pasien-pasien dengan penyakit bibir suimbing, katarak, dan hernia. Bersatu padu,” ujar Ngantini yang berasal dari daerah Lubuk Pakam, Medan. Ekspresi Terindah Adalah Senyuman Cinta Kasih Adalah Berkah Kasih Tzu Chi tersebar ke seluruh penjuru bumi sampai lintas agama, ras, dan bangsa. ”Saya seorang Kristiani, namun saya merasa bahwa cinta kasih Tzu Chi itu terlihat nyata. Ajaran master Cheng Yen tertuang dalam buku-bukunya dan setelah membacanya, saya merasa bahwa ajarannya sangat baik. Di Kristen sendiri, yang paling penting adalah kasih, dan kasih tidak peduli agama apa pun. Hal inilah yang membuat Baksos Kesehatan Tzu Chi itu berbeda. Tzu Chi melakukan perbuatan baik namun bukan untuk ditunjukkan kepada media massa. Itulah yang saya senangi dari Tzu Chi,” ujar dr.Noverma.
Keterangan :
Akhyar Fuad, seorang ayah tiga anak yang menceritakan kisah hidupnya yang terjalin antara Sinarmas dan Tzu Chi. Jalinan jodoh yang begitu panjang terbangun sejak 6 tahun silam. Lutiana Shijie yang merupakan rekan kerja Akhyar Shixiong mengajak dr. Aurora, anak dari Akhyar shixiong untuk mengikuti baksos kesehatan massal di Pekanbaru. Saat itu, dr. Aurora masih belajar di Fakultas Kedokteran Padang. Ia pun menempati ruang tensi sebagai awal mula bergabungnya dr. Aurora di Tzu Chi. Sang ayah pun mendukung dengan luar biasa. "Kegiatan Tzu Chi saya lihat memang baik, maka dari itu saya mendukung Lutiana Shijie ketika mengajak saya maupun anak saya ikut kegiatan Tzu Chi," ujar Akhyar Shixiong. Setelah dr. Aurora lulus sekolah kedokterannya, dimulailah perjalanan hidupnya sebagai seorang dokter di Klinik Perkebunan Sinarmas. "Aurora adalah anak yang luar biasa. Dia anak pertama dan selalu punya pendirian. Jadi sejak Aurora di Taman Kanak-Kanak, saya bergabung dengan Sinarmas. Sudah lebih dari 20 tahun saya mengabdikan diri di Sinarmas. Cinta kasih anak-anak saya pun sangat besar kepada Sinarmas. Tumbuh dan berkembang di area perkebunan, menggalang hati Aurora untuk mendedikasikan dirinya untuk masyarakat perkebunan kelak. Pernah suatu kali, saya mendapat tawaran yang lebih baik untuk bekerja di perusahaan lain. Namun Aurora kemudian menentangnya, sampai ia dan adik-adiknya bilang, 'Bapak jangan sampai pindah. Kami tumbuh dari perusahaan ini'. Memang dari kecil sudah terlihat jiwa sosialnya yang tinggi," ujar Shixiong Akhyar kemudian. "Kami diajarkan untuk berbuat baik kepada sesama. Begitu pula dengan kegiatan Tzu Chi. Papa kasih ijin saya untuk ikut baksos, karena disinilah saya bisa membantu orang banyak. Bisa berbuat amal untuk sesama," ujar dr. Aurora. Keduanya, ayah-anak, Akhyar Shixiong dan dr. Aurora bersama bersumbangsih dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi Pekanbaru tahun ini. Selama dua hari, mereka bersama menjalin jodoh dengan banyak pasien yang datang dan berharap dapat memperoleh kesembuhan. Sebuah kisah yang berawal dari sebuah keluarga yang menyebarkan cinta kasih kepada sesama. Benih yang telah tumbuh sudah berkembang. Ketika orang tua mendidik anak untuk peduli kepada manusia lainnya, anak pun menyerap karakter humanis yang berguna di kemudian hari. Jodoh yang telah sampai | |||
Artikel Terkait
Kunjungan Kasih Tzu Chi Bandung di Bojong Kaler
16 Maret 2017Tzu Chi Bandung terus menebar cinta kasih pada sesama. Kali ini relawan mengunjungi Ipah Saripah, Atun, dan Titi Suprapti di Kawasan Bojong Kaler, Kel. Cigadung, Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung. Ketiganya mengidap penyakit Tuberculosis (TBC) dan perlu penangan khusus.
Suara Kasih: Kemurnian Bulan Penuh Berkah
30 Agustus 2010 ”Ini akan digunakan untuk sembahyang. Karena sekarang bulan 7 Imlek. Yang terpenting adalah kami berdoa agar diberi keselamatan dan kesehatan. Itulah doa kami. Ini semua dipersiapkan untuk menyambut Hari Cioko.Menjalin Jodoh Baik
15 Juli 2015Dalam kunjungan ini, relawan saling memberikan motivasi dengan berbagi pengalaman dan mendalami tentang semangat Tzu Chi. Melalui kegiatan ini diharapkan para insan Tzu Chi yang tinggal di Palopo bisa menjadi perpanjangan tangan untuk orang lain yang membutuhkan dengan menjadi relawan dan mengembangkanTzu Chi.