Perayaan hari ibu perdana yang digelar Xie Li Pati yang merupakan bagian dari Tzu Chi Cabang Sinar Mas memberikan rasa haru bagi para orang tua dan anak.
Hari Ibu adalah momen yang sangat spesial bagi setiap orang di Indonesia. Setiap tahun, hari yang jatuh pada tanggal 22 Desember ini menjadi kesempatan untuk menghargai pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu. Tidak hanya sebagai sosok yang melahirkan, seorang ibu adalah pelindung, pendidik, dan sahabat dalam perjalanan hidup.
Hari Ibu bukan hanya sekadar perayaan, lebih dari itu, adalah sebuah momen pengingat bahwa sosok ibu memiliki peran yang sangat penting. Sejak kecil, ibu adalah orang pertama yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan kasih sayang. Mereka berkorban waktu, tenaga, bahkan mimpi demi keberhasilan anak-anaknya.
Di hari istimewa itu, kita diajak untuk mengungkapkan rasa syukur dan kasih sayang kepada mereka. Dengan ucapan selamat, pelukan, bunga, atau sekadar sebuah pesan, kita bisa menunjukkan betapa berharganya mereka dalam hidup kita. Maka dari itu, pada 8 Desember 2024, relawan Tzu Chi di Xie Li Pati mengadakan peringatan Hari Ibu dan pembagian bantuan penerima beasiswa Tzu Chi di Vihara Asoka Maura, Cluwak, Pati, Jawa Tengah. Sebanyak 16 penerima bantuan beasiswa pendidikan datang bersama orang tua masing-masing. Bahkan ada adik-adik mereka juga ikut.
Dalam kegiatan ini anak asuh diajak untuk membasuh kaki, menyuguhkan teh, memijat, dan bersujud sebagai ungkapan bakti seorang anak kepada orang tua.
Santika Kumala Gitasari (baju hitam) merasa sedih karena kedua orang tuanya tidak ada yang bisa hadir mendampinginya.
Dalam kegiatan ini, anak-anak diajak untuk membasuh kaki, menyuguhkan teh, memijat pundak, dan bernamaskara (bersujud) di kaki ibu atau ayah mereka. Ada satu anak asuh yang sejak membasuh kaki ibu sudah terus meneteskan air mata.Ia terharu karena membayangkan sosok kedua orang tuanya yang seharusnya hadir dalam kegiatan ini. Dia adalah Santika Kumala Gitasari. Ia datang seorang diri. Seperti diketahui keluarga Sari sudah tidak berkumpul bersama karena masalah keluarga. Ibunya meninggalkannya, sementara sang ayah pergi merantau ke pulau Sumatra. Dia hidup sendiri.
Sari pun ditemani salah satu relawan. “Iya, ini pengalaman pertama saya. Saya merasa ini momen penting untuk mengingatkan semua orang tentang kasih sayang, pengorbanan, dan pentingnya ibu dalam kehidupan,” ungkap siswi kelas X SMKN 3 Pati ini. Sambil terisak ia mengikuti semua arahan relawan.
Salah satu hal yang selalu dirindukan adalah pelukan hangat dari seorang ibu. Pelukan ini tidak hanya memberikan rasa nyaman, tetapi juga menenangkan jiwa yang gundah. Dalam pelukan tersebut, segala kekhawatiran dan masalah seakan lenyap, digantikan oleh kehangatan dan kasih sayang yang tulus. Melihat teman-temannya yang bisa menunjukkan rasa bakti kepada orang tua dan bisa merasakan pelukan sang ibu, Sari merasa sedih. Air matanya pun terus mengalir.
“Saya sangat sedih, kecewa, minder, saya sendirian di sini. Kangen orang tua saat masih bersama di rumah,” ucap Sari yang banjir air mata. Ia mengaku akan belajar menerima keadaan supaya bisa menghargai waktu ketika bersama orang tuanya. Ia berharap di kesempatan yang akan datang ibunya bisa menghadiri acara serupa dan ia bisa menunjukkan rasa baktinya kepada sang ibu.
“Saya akan meminta maaf kepada ibu karena sewaktu masih tinggal bersama saya sering mengecewakan ibu, saya akan belajar dari kesalahan kemarin dan mengubah sikap saya agar dapat lebih menghargai waktu,” katanya tulus.
Kasemi merasa terharu melihat ketulusan anaknya. Ini merupakan pengalaman pertama baginya melihat anaknya mencuci kaki ibu.
Rasa haru juga dirasakan Kasemi, ibu dari Ida Ratna Dewi. “Saya sangat terharu ya, karena saya baru pertama kali ikut kegiatan seperti ini. Saya sebagai anak juga teringat orang tua saya yang sudah tiada. dan semoga anak saya nanti bisa menjadi lebih baik dan menjadi generasi muda yang lebih baik,” ucap Kasemi. Kasemi juga senang dan terharu karena melalui kegiatan ini, anaknya mengungkapkan maaf. Mereka pun saling berpelukan dengan bahagia.
Membasuh Kaki Orangtua: Tanda Bakti yang Tak Terhingga
Menghormati dan membahagiakan orang tua adalah salah satu nilai yang sangat ditekankan. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa hormat dan bakti kepada orang tua adalah melalui tindakan sederhana namun bermakna, seperti membasuh kaki. Membasuh kaki orang tua melambangkan pengabdian dan rasa syukur. Ungkapan cinta yang tulus, di mana kita menyadari betapa besar peran orang tua dalam hidup kita.
Tak terkecuali Legi, seorang ayah sekaligus ibu bagi anaknya menahan haru saat Setyono membasuh kakinya.
Dengan duduk bersimpuh di depan orang tua, dengan hati yang penuh rasa syukur, mengenang masa-masa sulit dan bahagia bersama. Saat kita membasuh kaki mereka, kita mungkin mendapatkan kembali pelukan hangat dari ibu yang membuat kita merasa aman dan dicintai. Melihat sang anak membasuh kaki mereka, tentu orang tua akan merasa terenyuh dan terharu. Demikian yang dirasakan Legi, ayah Setyono. Legi merupakan seorang ayah sekaligus ibu bagi anaknya. Istrinya sudah lama pergi. Ketika anaknya mencuci kakinya, ia tak henti-hentinya meneteskan air mata.
“Ini pertama kali mengikuti kegiatan basuh kaki. Semoga ini bisa menjadikan Setyono menjadi lebih berbakti kepada orang tua,” ujar Legi.
Anak-anak diajak untuk bersujud di depan ibu atau ayah. Relawan yang mewakili orang tua turut terharu merasakannya.
Dalam keseharian Setyono, sang ayah mengaku kalau anaknya sudah banyak menunjukkan rasa baktinya kepada orang tua dengan membantu pekerjaannya. “Saya bersyukur Setyono itu anak yang mengerti orang tua. Pulang sekolah nggeh bantu nyapu, nyuci (isah-isah), jaga warung,” ucap Legi lagi. Meski seorang lelaki, namun Setyono sudah lincah melakukan pekerjaan wanita. Setyono juga bukan tipe anak yang suka neko-neko.
Melihat begitu banyaknya rasa syukur dan haru orang tua kepada anak-anaknya, Suwardi yang merupakan koordinator kegiatan ini pun merasa bahagia. Meski baru pertama kali mengadakan kegiatan seperti ini tapi dampak yang diperoleh begitu besar. “Terharu sekali melihat anak dan orang tua saling berbakti dan mengasihi. Ikut tersentuh juga, mungkin selama ini kurangnya keterbukaan antara orang tua dan anak,” ucapnya.
Wakil Ketua Xie Li Pati ini juga berharap setelah kegiatan ini, anak-anak terus menjalankan salah satu sutra bakti anak terhadap orang tua dengan taat dan patuh, dan berbakti.
Kegiatan perayaan hari ibu disambung dengan pembagian bantuan beasiswa anak asuh.
Dari sini, kita bisa melihat bahwa tindakan sederhana ini memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada yang terlihat. Ini bukan sekadar membasuh kaki, ini adalah pendidikan moral dan spiritual yang akan membentuk kepribadian anak-anak kita di masa depan. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Ada dua hal yang tidak dapat ditunda dalam hidup ini yaitu berbakti kepada orang tua, dan berbuat kebajikan.”
Editor: Khusnul Khotimah