Cinta Untuk Ibunda Mulia
Jurnalis : Rahma Mandasari (DAAI TV Medan), Fotografer : Amir Tan, Lili Hermanto, Pieter Chang (Tzu Chi Medan) Dalam acara ini, para ayah dan murid kelas budi pekerti bersama-sama membuat sushi vegetarian. |
| ||
Di kelas budi pekerti Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, penghargaan atas jasa besar seorang Ibu diperingati dalam perayaan Hari Ibu Internasional atau lebih dikenali dengan istilah Mother’s Day yang jatuh pada tanggal 10 Mei setiap tahunnya. Bertempat di Restoran Paramount jalan Merak Jingga Medan, acara peringatan Hari Ibu tahun ini yang dilaksanakan pada tanggal 5 Mei, dihadiri oleh ratusan orang tua murid dari kelas budi pekerti Tzu Chi. Melalui acara ini, para orang tua murid dapat menyaksikan penampilan anak-anak mereka yang diwarnai dengan budaya humanis, salah satunya pementasan drama tentang peran Ibu dalam kehidupan mereka. Drama ini cukup menyentuh perasaan emosi para hadirin yang datang saat itu sehingga suasana ruangan menjadi penuh haru. Perjuangan seorang ibu dapat kita lihat melalui perjuangannya saat ia mengandung 9 bulan lamanya. Setelah beliau melahirkan kita, dengan kasih sayangnya yang begitu besar terhadap anaknya. Tanpa mengenal lelah,pamrih dan mengeluh, beliau tetap mengurus dan membesarkan anak-anaknya selama puluhan tahun lamanya. Selain pementasan drama, acara peringatan Hari Ibu juga diselingi dengan beberapa perlombaan, diantaranya lomba melukis wajah Ibunda dengan mata yang sengaja ditutup dan lomba membuat sushi vegetarian. Kedua lomba ini diikuti oleh anak dan ayah mereka, tanpa bantuan Ibunda. Tujuan dari lomba ini untuk menyadarkan anak-anak bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Ibunda mereka setiap hari tidaklah mudah. “Saya bertobat karena saya telah banyak marah pada Ibu dan saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya bicara kasar dengan Ibu. Para Shigu mengajarkan untuk banyak melakukan kebajikan,” ujar David, salah satu murid kelas budi pekerti dengan menahan tangis.
Keterangan :
Suasana haru juga tercipta di puncak acara saat para relawan dan murid kelas budi pekerti membasuh kaki Ibunda mereka, sebagai wujud terima kasih atas pengabdian Ibunda yang tulus bagi anak-anaknya. Acara membasuh kaki yang dilakukan dengan 2 generasi, yaitu dari anak ke Ibunda mereka, dari Ibunda mereka ke Ibu (nenek) bertujuan untuk menunjukkan bahwa kewajiban berbakti kepada Ibu harus ditanamkan ke anak-anak mereka, sebagai wujud keteladanan dari Sang Ibu ke anaknya. Mery Sudilan Shijie selaku relawan pendidik di kelas budi pekerti Tzu Chi mengatakan, ”Anak kambing bersujud sewaktu menerima air susu ibunya. Kita sebagai manusia kalau minum air hendaknya ingat akan sumbernya. Saya kira ini adalah prinsip dasar kita sebagai manusia mengingatkan kita pada budi luhur orang tua. Kita bisa melihat anak-anak sekarang setelah mengikuti kelas kami, ada perubahan dari yang kita katakan seperti perbaikan moral.”
Keterangan :
Cinta kasih dan kebajikan senantiasa diajarkan kepada para murid di kelas budi pekerti Tzu Chi, karena keberhasilan seorang anak tidak hanya diukur dari tingkat kecerdasannya saja tetapi juga moralitas dan akhlak yang baik. Ini terbukti dengan penuturan rasa penyesalan dan permohonan maaf dari salah seorang murid budi pekerti Tzu Chi, bernama Albert. “Saya ingin minta maaf kepada mama saya sendiri karena akhir-akhir ini saya sering mengganggu adik, sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dan tidak serius belajar menghadapi ujian,” ujarnya. Ibu merupakan sosok pahlawan tanpa tanda jasa dan tanpa pamrih. Seluruh tenaga dan pikirannya beliau curahkan bagi keluarganya, baik mengurus suami dan anak-anaknya hingga mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Dan semua itu dilakukannya dengan hati yang tulus dan kasih sayang yang begitu besar. Hanya dengan melihat kebahagiaan, kesehatan dan kesuksesan bagi keluraganya itu sudah merupakan kebahagiaan terbesar bagi Sang Ibu. Maka dari itu, seperti pesan Master Cheng Yen, bahwa ada 2 hal yang tidak dapat ditunda dalam hidup ini, yakni : “Berbakti kepada orangtua dan berbuat kebajikan.”
| |||
Artikel Terkait
Celengan untuk Kemanusiaan
07 Februari 2014 Bahkan dengan adanya SMAT ini ia diberi kesempatan untuk melakukan perbuatan amal setiap hari. “Kegiatan celengan ini tidak membebani saya, karena semuanya untuk kegiatan amal,” jelas Himawan.Inspirasi Tentang Dedikasi Bagi Masyarakat Luas
12 November 2018Donor Darah Untuk Sesama
06 Agustus 2024Relawan Tzu Chi Jambi bersinergi kembali dengan PMI Kota Jambi untuk mengadakan donor darah yang rutin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bank darah di Kota Jambi. Kegiatan donor darah ini berhasil mengumpulkan 226 kantung darah dari 246 peserta yang mendaftar.