Cinta yang Selalu Tumbuh di Hati

Jurnalis : Lisda (He Qi Utara), Fotografer : Lisda (He Qi Utara)

fotoRelawan Tzu Chi mengantarkan beras dan minyak goreng Nenek Sopiah hingga ke rumahnya.

 


Hari Minggu 21 Agustus 2011, lagu Satu keluarga itu berkumandang indah sampai terdengar di pinggir jalan besar. Lagu yang diiringi gerakan isyarat tangan oleh para relawan Tzu Chi itu menarik banyak perhatian para warga penerima bantuan maupun pejalan kaki yang sedang lalu lalang. Matahari baru saja keluar dari persembunyiannya. Terlihat dari kejauhan antrian panjang para warga berbaris dengan tertib dan rapi.

 

 

 

Mereka adalah warga yang mendapatkan kupon beras cinta kasih pada hari minggu lalu, dengan sabar mereka menunggu dimulainya pembagian beras.

‘’Takut nggak kebagian,‘’ ucap Yana, salah seorang warga yang menunggu antrian beras sambil malu-malu. Relawan yang mendengar ucapan tersebut langsung memberikan penjelasan bahwa pada minggu lalu, data–data pembagian kupon sudah dicatat dengan baik oleh relawan Tzu Chi, jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan—semua yang memiliki kupon pasti akan mendapatkan beras. Adanya jalinan jodoh yang baik, pemilik sebuah kantor yang berlokasi di Jembatan lima, Jakarta Barat mengijinkan halaman kantornya yang cukup luas untuk digunakan relawan Tzu Chi sebagai tempat pembagian beras cinta kasih untuk warga Tanah Sereal .

Acara dimulai setelah kedatangan Gubenur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma beserta rombongan lainnya. “Mewakili seluruh warga Jakarta, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Yayasan Budha Tzu Chi yang telah mau peduli kepada warga yang masih dalam kesusahan.  Semoga Jakarta tetap aman dan tenteram selamanya,‘’ kata Fauzi Bowo berharap.

foto  foto

Keterangan :

  • Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma memberikan beras dan minyak sayur kepada warga di Tanah Sereal, Jakarta Barat.(kiri)
  • Alunan lagu Satu Keluarga terdengar hingga ke jalan besar. Relawan menyanyikan lagu ini sambil memeragakannya dengan isyarat tangan.(kanan)

Secara simbolis Fauzi Bowo, Sugianto Kusuma, daln Lurah Tanah Sereal Untung Hartono memberikan terlebih dulu kepada 9 korban musibah kebakaran yang terjadi pada beberapa minggu lalu, yaitu berupa 1 boks plastik berisi kebutuhan sehari-hari ditambah satu karung beras 20 kg dan 1 kantong minyak goreng berukuran 1000 ml.

Nenek Sopiah.
Seorang nenek dengan menggenggam selembar kupon beras di tangannya duduk termenung sendiri di sebuah bangku yang telah disediakan relawan. Dari wajahnya tersimpan banyak cerita sedih dan tampak  tetesan air  mata berlinang di pipinya yang sudah keriput. Sopiah (80), nama nenek itu, ia tidak memiliki anak dan hidup dalam kesepian selama ditinggal pergi suami tercinta untuk selamanya. Dalam kehidupan sehari-hari, Sopiah dibantu oleh  keponakan dan tetangganya untuk dapat bertahan hidup.

Keahlian Sopiah sebagai tukang urut dengan upah Rp 20.000 - 25.000, belum tentu di dapatnya dalam satu hari, apalagi dizaman sekarang banyak orang lebih memilih pijat refleksi modern yang ruangannya nyaman dan ber- AC. Pembagian beras cinta kasih ini merupakan pertama kalinya diterima oleh Sopiah. Kondisi tubuh yang sudah lemah karena usia dan langkahnya yang tertatih membuatnya kesultan dalam membawa karung beras ke rumahnya. Tidak terpikir dalam benak saya untuk membantu mengantar beras cinta kasih ini hingga ke rumah Sopiah, tetapi pada saat kegiatan pembagian beras di lokasi, timbul benih- benih cinta kasih di hati yang akhirnya membuat saya mengantar  Sopiah pulang ke rumahnya.

Dibantu Alung Shixiong yang mengangkat beras, dan Lydia Shijie yang selalu menuntun erat tangannya, kami pun    berjalan ke arah rumah Sopiah. Sopiah tinggal di  Gang  Songsi, di sebuah rumah berukuran 3 x 3 meter. Pemilik rumah memperbolehkan Sopiah tinggal di loteng atas yang  berlantai papan. Meskipun kondisi loteng yang sangat memprihatinkan bila musim penghujan tiba, namun Sopiah selalu bersyukur mendapat tempat berteduh. Hari itu pertemuan Sopiah dengan relawan tidak akan dilupakan olehnya. Kesedihan dalam hidupnya seakan terlupakan untuk sesaat  hingga membuat relawan turut merasakan kebahagiannya.

Pembagian beras berjalan tertib dan lancar. Menjelang siang hari sudah tidak lagi terlihat ada antrian panjang. Suasana hari itu dirasakan penuh syukur oleh para relawan dan warga. Memang beras itu akan habis pada masanya,  namun cinta kasih yang telah diberikan  akan terus tumbuh di hati setiap orang.  

  
 

Artikel Terkait

Makan Sehat, Hati Senang

Makan Sehat, Hati Senang

25 Oktober 2017

Yayasan Buddha Tzu Medan mengadakan “Festival Makanan Vegetarian” dengan berbagai menu olahan dan produk vegetaris  selama  tiga hari yang dimulai tanggal 20 Oktober 2017 dan berakhir  tanggal 22 Oktober 2017 di Cambridge City Square Medan.

Merapatkan Barisan Mendaki Gunung Sumeru

Merapatkan Barisan Mendaki Gunung Sumeru

09 Oktober 2012 Para relawan dan petugas lainnya bersama-sama bersatu hati dengan penuh semangat berlatih untuk menyambut acara Peresmian Aula Jing Si yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, 7 Oktober 2012.
Donasi Buku dan Penuangan Celengan di Hari Sumpah Pemuda

Donasi Buku dan Penuangan Celengan di Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober 2016

Bersamaan dengan Bulan Bahasa yang digelar Sekolah Budi Agung Jakarta, relawan Tzu Chi hadir meramaikan kegiatan tersebut dengan penuangan Celengan Bambu dan donasi buku. Pihak sekolah menyambut kehadiran relawan dengan semangat yang sama. 

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -