Curahan Cinta Kasih di Pagarsih

Jurnalis : Sinta Febriyani (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Irvan (Tzu Chi Bandung)
 
foto

Setelah dijalankan di 2 tempat di Jakarta, program bantuan rumah "Beubeunah Kampung" dijalankan juga di Bandung. Seorang calon penerima bantuan berbincang dengan relawan Tzu Chi dan Muspida Jawa Barat.

Katmi masih tidak mempercayai apa yang terjadi hari itu. Semuanya bagaikan mimpi di siang hari. Seraya meninabobokan cucu laki-lakinya, wanita berkerudung itu dengan senyum yang khas, menyambut para tamu yang berkunjung ke rumahnya yang berupa bilik dan tiap bagian rumahnya hanya diberi sekat-sekat seadanya. Di ruangan itu, kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi berada di satu tempat. Hari itu, ia tidak banyak bicara dan hanya menjawab sekenanya ketika diajak berbincang oleh para tamunya. Namun, bukan berarti Katmi seorang yang angkuh. Saat itu, ia terlalu gembira sehingga tidak bisa bekata-kata.

“Nggak ngimpi, nggak apa, tahu-tahu didatengin Bapak-bapak mau bedah rumah,” ujar wanita penjual jamu itu pelan dan sedikit malu-malu. Bapak-bapak yang dimaksud wanita beranak tiga itu adalah para relawan Tzu Chi dan perwakilan Kodam III/Siliwangi yang melakukan survei untuk program “Beubeunah Kampung Jamika” sekitar sebulan yang lalu. Dan hari itu, tepatnya 1 Juni 2008, di Minggu pagi yang cerah, para relawan Tzu Chi Bandung, perwakilan Kodam III/Siliwangi, serta Pemerintah Kota Bandung, kembali berkunjung ke rumah Katmi dalam rangka Peletakan Batu Pertama Beubeunah Kampung Jamika.

Jika ditinjau dari kepadatan penduduknya, Pagarsih merupakan wilayah dengan jumlah penduduk yang tinggi. Saat ini, Pagarsih berada pada posisi ketiga wilayah terpadat di dunia, bahkan sebelumnya sempat menduduki posisi pertama di dunia. Kepadatan penduduknya ini, menyebabkan wilayah Pagarsih terlihat sesak dengan tingkat kebersihan yang kurang baik. Saat meninjau lokasi “Beubeunah Kampung”, para relawan harus melewati gang-gang yang sempit dengan kondisi rumah yang saling berhimpitan. Jarak sebuah rumah dengan rumah di depannya di gang-gang tersebut, tidak lebih dari 1 meter.

Selain Katmi, Endang dan Rusman pun diselimuti kebahagiaan hari itu. Ketiga warga Pagarsih itu memang terpilih sebagai wakil “Peletakan Batu Pertama Program Beubeunah Kampung Jamika” yang terselenggara atas kerjasama yang baik antara Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung dengan Kodam III/Siliwangi yang tengah memperingati hari jadinya ke-62, dan Pemerintah Kota Bandung. Adapun rumah yang akan direnovasi berjumlah 12 unit rumah. Sebagian besar, kedua belas warga ini merupakan warga Gang Sukapakir, Gang Marhadi, dan Gang Pesantren.

Herman Widjaja, ketua Tzu Chi Bandung dalam sambutannya pada pembukaan acara menuturkan, dalam melakukan berbagai kegiatan sosial dan misi kemanusiaan, Yayasan Buddha Tzu Chi sangat memegang teguh prinsip cinta kasih universal lintas agama, ras, suku bangsa, dan negara tanpa membuat  suatu perbedaan. Adapun program “Beubeunah Kampung Jamika” ini bertujuan untuk merenovasi rumah warga yang pada awalnya kurang layak huni menjadi rumah yang bersih, sehat, dan nyaman. Program ini pun sebagai wujud sumbangsih program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

Rumah Endang misalnya. Rumah berukuran sekitar 12x10 meter itu tenyata dihuni oleh tiga keluarga dengan total 22 orang. Keluarga Endang sendiri terdiri dari 9 orang dan 13 orang lainnya merupakan kerabat terdekatnya. Di keluarganya, Endang merupakan tulang punggung keluarga dan telah bermukim di tempat itu selama 50 tahun. Dari depan, rumah Endang terlihat seperti balok dengan dua pintu di samping kanan dan kiri rumahnya. Pondasi rumah berupa bilik, kayu-kayu, dan batu bata yang sudah mengeropos.

foto  foto

Ket : - Para relawan Tzu Chi memeragakan isyarat tangan 'Kita Satu Keluarga'. Keluarga besar Tzu Chi yang terjalin
           karena cinta kasih selalu membuka kesempatan kepada siapapun yang ingin menjadi anggota keluarga
           besar. (kiri)
         - Sosialisasi kepada masyarakat umum ibarat menyediakan lahan kepada siapapun untuk ikut menanaminya
           dengan benih-benih cinta kasih. (kanan)

Di sebelah kiri, tampak sebuah ruang berukuran kamar tanpa keramik. Ruang itu memiliki sebuah jendela kayu yang sekelilingnya telah rapuh dan hanya ditutupi oleh kain bercorak merah dan tidak berkaca dengan pintu kayu yang sudah koyak. Pintu sebelah kanannya pun hanya lebih kokoh sedikit, namun tetap saja kurang memadai. Ketika masuk melalui pintu sebelah kanan, kita dapat menjumpai dapur kecil dengan kompor minyak yang terbujur kaku di salah satu sudut rumahnya. Masih di tempat yang sama, terdapat kamar mandi yang hanya ditutupi oleh kain. Mengingat banyaknya penghuni yang tinggal di sana, Endang dan kerabatnya hanya menyekat bagian-bagian rumahnya sebagai wilayah kediaman mereka. Selama rumahnya direnovasi, Endang dan keluarganya mengungsi di masjid terdekat.

Sehari-harinya, pria berkumis dan berperawakan kurus ini berjualan bubur di daerah Pasir Koja. Kondisi pasar yang sedang lesu, menyebabkan Endang seringkali  tidak mendapatkan keuntungan. “Sepi sekarang mah,” ujar Endang ketika ditanya mengapa jarang berjualan bubur. Maka itu, ia begitu sumringah ketika Tzu Chi memberi kabar bahwa rumahnya akan direnovasi, “Atoh pisan! Atoh pisan! (Senang sekali! Senang sekali! –red) Alhamdulillah sekali!”

Rumah Rusman, meski kondisinya lebih baik dibanding kedua rekannya, tetap saja kurang layak huni. Di rumah kecilnya itu, ia tinggal bersama istri dan ketiga anaknya yang masih bersekolah di SMK, SMP, dan SD. Warna tembok rumah Rusman telah memudar seiiring dengan berjalannya waktu. Temboknya pun mengeropos karena tidak terawat. Ia dan istrinya bekerja sebagai buruh panggil yang tidak setiap hari mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu, selama ini mereka hidup seadanya. Begitu masuk ke dalam, di ruang tamu keluarga ini terdapat kamar mandi kecil dan tak ubahnya dengan kondisi rumah Katmi dan Endang. Sejak tahun 1992, Rusman dan istrinya, Nani tinggal di tempat itu dan bersebelahan dengan Totong, Kakak Ruman yang rumahnya juga dihuni 5 orang.

foto  foto

Ket : - Para relawan Tzu Chi memeragakan isyarat tangan 'Kita Satu Keluarga'. Keluarga besar Tzu Chi yang terjalin
           karena cinta kasih selalu membuka kesempatan kepada siapapun yang ingin menjadi anggota keluarga
           besar. (kiri)
         - Sosialisasi kepada masyarakat umum ibarat menyediakan lahan kepada siapapun untuk ikut menanaminya
           dengan benih-benih cinta kasih. (kanan)

Pada Minggu pagi yang berbahagia itu, Tzu Chi Bandung tidak hanya mengadakan acara peletakan batu pertama saja secara simbolis di kediaman Katmi, Endang dan Rusman, namun juga bakti sosial kesehatan umum dan gigi, tepatnya di Ruko Taman Senang Pagarsih, serta pembagian beras cinta kasih.

Sejak pukul 06.50 pagi, Ruko Taman Senang Pagarsih telah dikunjungi banyak warga. Suasana pagi itu terlihat begitu ramai. Para relawan Tzu Chi Bandung dan Kodam III/Siliwangi, dan pihak-pihak yang membantu begitu sigap pada keramaian tersebut. Para warga yang hendak berobat cuma-cuma, dipersilahkan mengisi tempat-tempat duduk yang tersedia, sementara para warga yang hendak mengambil beras cinta kasih, dimohon untuk menunggu di belakang.

Pada pukul 07.10 pagi, pengobatan umum dan gigi resmi dibuka. Masyarakat pun segera mendaftar dan sebelum dirujuk ke ruang pemeriksaan, para pasien pengobatan umum diperiksa tekanan darah terlebih dahulu. Rupanya, keharuan dan binar kebahagiaan tidak saja menyelimuti para keluarga yang tempat tinggalnya akan direnovasi. Di posko pengobatan ini pun banyak orang yang sumringah. Mama (73) misalnya. Wanita lansia itu datang ke baksos kesehatan Tzu Chi dengan langkah tertatih-tatih dan nyaris berkali-kali akan jatuh. Melihat kondisi itu, relawan Tzu Chi dengan sigap segera membantu dengan cara membopong nenek ini ke ruang pemeriksaan. Mama pun dibaringkan di ruang tindakan darurat. Di sana, ternyata Mama memang terkena darah tinggi, dan nyaris mengalami stroke kedua kalinya.

Selain Mama, Rahmat Sutejo (83) pun terlihat berbahagia, meski harus duduk di atas kursi roda. Semula, warga yang bermukim di Gg. Pak Oyon Pagarsih ini datang untuk menjalani pemeriksaan gigi. Namun, setelah diketahui ia tidak mendapatkan jatah beras cinta kasih, dengan penuh welas asih, Tzu Chi Bandung segera memberikan bantuan beras cinta kasih untuk kakek tersebut.

foto  foto

Ket : - Para relawan Tzu Chi memeragakan isyarat tangan 'Kita Satu Keluarga'. Keluarga besar Tzu Chi yang terjalin
           karena cinta kasih selalu membuka kesempatan kepada siapapun yang ingin menjadi anggota keluarga
           besar. (kiri)
         - Sosialisasi kepada masyarakat umum ibarat menyediakan lahan kepada siapapun untuk ikut menanaminya
           dengan benih-benih cinta kasih. (kanan)

Hari itu, sebanyak 778 pasien pengobatan umum dan 125 pasien gigi telah ditangani oleh sekitar 40 tenaga medis yang berasal dari Asosiasi Medis Tzu Chi (TIMA) dan dokter relawan, serta tenaga medis dari Kodam III/Siliwangi. Pada umumnya, pasien pengobatan umum yang datang ke baksos kali ini menderita ISPA, mialgia, dan tekanan darah tinggi. Selain mendapatkan pemeriksaan secara cuma-cuma, mereka pun mendapat obat cuma-cuma.

Di tempat yang sama, sejak pukul 09.00 hingga12.30 WIB, sebanyak 1140 karung beras cinta kasih dibagikan kepada warga yang tidak mampu. Pembagian kali ini berlangsung santai dan tertib. Masyarakat berharap, bakti sosial dan pembagian beras cinta kasih seperti Minggu pagi itu dapat terus berlanjut. Herman Widjaja berharap, acara ini dapat menjadi sarana terjalinnya tali persaudaraan, kesatuan, dan kasih sayang di antara berbagai pihak yang hadir saat itu, seperti salah satu kata perenungan Master Cheng Yen, “Rumput tidak akan mudah tumbuh di lahan yang ditanami sayur-sayuran. Hati tidak mudah timbul kebencian bila dipenuhi rasa persahabatan”.

 

Artikel Terkait

Baksos Makassar: Ungkapan Rasa Syukur

Baksos Makassar: Ungkapan Rasa Syukur

18 Mei 2010
Di pertengahan acara pembukaan baksos, Windy dan Jasnia maju ke depan. Mereka didaulat untuk menyerahkan suvenir dari Korem 132 Tadulako berupa sebuah miniatur kapal layar kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Ketika Tzu Ching Jakarta Berkumpul Kembali

Ketika Tzu Ching Jakarta Berkumpul Kembali

10 Maret 2014 Gathering Tzu Ching 2014 ini begitu seru dan bermakna dan penuh motivasi, Diharapkan Tzu Ching Jakarta dan Indonesia akan terus dan lebih bersemangat lagi pada tahun 2014 ini.
Ini Cara Relawan Tzu Chi Genjot Pertanian Ramah Lingkungan

Ini Cara Relawan Tzu Chi Genjot Pertanian Ramah Lingkungan

02 September 2021

Relawan Tzu Chi Tangerang menghadiri undangan panen raya padi bersama para kelompok Tani Suka Maju di Kampung Simpak Jagabaya karena beberapa petani di sana menggunakan eco enzyme sebagai pupuknya.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -