Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara diadakan untuk terus menjaga toleransi dan menyatukan banyak keragaman di Indonesia. Acara ini juga ikut dimeriahkan oleh murid-murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang menyanyikan lagu-lagu daerah di Indonesia dan juga penampilan dari relawan Tzu Chi yang menarikan tarian traditional dari DKI Jakarta yaitu Ondel-ondel.
Dalam upaya merawat toleransi dan merayakan keberagaman budaya di Indonesia, DAAI TV menggelar acara bertajuk Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara, Kamis, 9 November 2023 di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Acara ini berkolaborasi dengan berbagai komunitas Tionghoa di Indonesia, seperti Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Perhimpunan Tionghoa Kalimantan Barat (PTK Indonesia), dan Perhimpunan Jin Jiang.
Dimulai dengan makan siang bersama yang berlangsung hangat dan penuh keakraban diantara para tamu yang datang. Termasuk Hong Tjhin, Sekretaris umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang merasakan sukacita yang mendalam bisa berkumpul bersama dalam Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara.
Hong Tjhin, Ketua umum Eka Tjipta Foundation dan Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi menyampaikan rasa senangnya dan juga syukurnya atas acara yang bisa menyatukan persamaan dan perbedaan serta mengingat kembali tentang toleransi yang harus tetap kita lakukan untuk kesejahteraan dan perdamaian di Indonesia.
“Acara ini mengingatkan kita kembali bahwa kita itu memiliki suatu kesamaan. Kita perlu ingat banyak bagian kecil dari perjalanan waktu, perjalanan sejarah kita sebagai suatu bangsa untuk merajut toleransi, perdamaian dan bergotog royong membangun Negara kita Indonesia,” kata Hong Tjhin.
Di moment yang tepat ini juga diadakan peluncuran seri dokumenter terbaru DAAI TV yang berjudul “Jelajah Budaya Tionghoa Nusantara”. Film dokumenter ini dikemas dalam 15 episode yang mendokumentasikan jejak akulturasi Budaya Tioghoa yang tersebar di berbagai wiayah Indonesia. Di antaranya di Tegal, Demak, Kudus, Jepara, Yogyakarta di Jawa Tengah, Bangka di Kepulauan Bangka Belitung, Singkawang dan Monterado di Kalimantan Barat, Bali, Kupang, Makassar dan Belu di Nusa Tenggara Timur. Film ini akan ditayangkan setiap hari Kamis pukul 19.30 WIB di DAAI TV.
Edy Wiranto, BOD DAAI TV memberikan sedikit penjelasan tentang program baru DAAI TV yang berjudul ‘Jelajah Budaya Tionghoa Nusantara’ yang mana episode pertamanya tayang pada 9 November 2023 pukul 19.30 di DAAI TV.
“Dalam program ini kami ingin mengungkapkan tentang keindahan toleransi, dan persatuan di Indonesia. DAAI TV percaya bahwa kegeberagaman adalah harta yang sangat berharga bagi bangsa ini. Melalui tayangan ini kami ingin menyampaikan sebuah pesan penting kepada generasi muda, hidup berdampingan, menjaga keharmonisan dan menghormati perbedaan yang ada. Mari kita berkarya bersama memupuk rasa kesatuan dan toleransi untuk Indonesia kita tercinta,” kata Edy Wiranto, BOD DAAI TV dalam sambutannya saat peluncuran film dokumenter.
Dari sisi kanan; Edy Wiranto, Hong Tjhin, Siswanto, dan Sarpin Lie, meresmikan peluncuran program film dokumenter terbaru dari DAAI TV.
Dalam peluncuran program ini para hadirin diberi kesempatan untuk menyaksikan trailer film dokumenter yang setiap episodenya berdurasi 24 menit. Sapto Agus Irawan yang menjadi produser dalam program film dokumenter ini mengungkapkan rasa syukurnya ia dan timnya bisa terlibat dalam sebuah karya yang menunjukan dan memberikan informasi tentang sejarah Tionghoa yang menjadi salah satu kekayaan budaya di Indonesia. Sapto berharap film yang sudah mulai digarap dari bulan Maret ini bukan saja bisa disaksikan banyak penonton tetapi juga pesan yang ingin disampaikan yaitu toleransi, keberagaman dan persatuan bisa sampai ke hati semua orang yang menonton program ini.
Seluruh tamu undangan yang hadir juga diberi kesempatan untuk melihat trailer program film dokumenter Jelajah Budaya Tionghoa Indonesia.
“Selama sekian bulan ini kami memproduksi, kami pergi keberapa kota di Indonesia untuk merangkum sejarah Tionghoa, dan Alhamdullilah hari ini kami sangat bersyukur bahwa akhirnya film dokumenter ini bisa di launching,” cerita Sapto, Produser dari Jelajah Budaya Tionghoa Indonesia. “Ingin sekali program ini ditonton oleh banyak orang sehingga bisa mengingatkan kembali bahwa Indonesia sangat kaya, bangsa ini terbentuk dari akulturasi berbagai macam budaya termasuk di dalamnya adalah Tionghoa. Kami juga ingin nilai-nilai kebaikan yang ada di dalamnya bisa tersebar dan mudah-mudahan itu bisa memberikan dampak positif ke penonton,” harap Sapto.
Acara juga diisi sesi diskusi dengan tema yang sama yaitu Jelajah Budaya Tionghoa Nusantara dan juga membahas tentang pandangan terkait kiprah Tionghoa.
Acara ini juga semakin lengkap dengan adanya sesi diskusi dengan tema yang sama yaitu Jelajah Budaya Tionghoa Nusantara dan juga membahas tentang pandangan terkait kiprah Tionghoa di Indonesia. Dipandu oleh Candra Jap (Sekjen INTI), salah satu narasumbernya adalah Azmi Abubakar Pendiri Museum Peranakan Tionghoa yang lahir dari keturunan Aceh tetapi toleransi dan kekagumannya dengan budaya Tionghoa sangat tinggi. Menjalin akrab dengan banyak keturunan Tionghoa membuatnya semakin melekat dan merasa memiliki keluarga baru. “Saya punya marga itu anugrah dari PSMTI, saya punya sertifikat resmi ‘Lim’ jadi sekarang sering dikenal dengan Kode Azmi Lim,” cerita Azmi sangat bangga dan bersyukur.
Kekagumannya dengan budaya Tionghoa membuatnya semakin mendalami sejarah Tionghoa dan membagikannya kepada banyak orang dengan mendirikan Museum Peranakan Tionghoa pada tahun 2011 lalu dengan hasil kerjakerasnya sendiri. Azmi berharap kesetaraan budaya dan toleransi di Indonesia ini bisa lebih berkembang lagi yang nantinya membawa kehidupan yang rukun dan damai.
Azmi Abubakar Pendiri Museum Peranakan Tionghoa mengaku sangat kagum dengan sejarah dan kebudayaan yang dimiliki orang Tionghoa, ia ingin membagi rasa kagumnya itu kepada banyak orang.
“Kekaguman saya terhadap orang-orang Tionghoa di Indonesia ingin saya bagikan kepada masyarakat luas, kekaguman yang tidak boleh saya simpan sendiri dan saya merasa punya kewajiban untuk menyampaikan hal-hal luar biasa, jasa-jasa yang sudah dilakukan orang-orang Tionghoa selama ini, saatnya mengenang, mengapresiasi sekian lama kita tidak sadar ini harus segera diakiri ini yang mendorong saya untuk mendirikan museum,” ungkap Azmi.
Acara ditutup dengan segmen komitmen berkarya bersama untuk Indonesia dengan dinyanyikan lagu Indonesia Pusaka dan host membacakan sebuah puisi untuk memperkuat komitmen tersebut. “Sejak kemegahan Majapahit menyatukan Nusantara, nenek moyang kita telah mengajarkan arti toleransi, perbedaan itu indah setiap warnanya punya arti. Dan demi senyum sang Ibu Pertiwi mari kita jaga tradisi dengan harmoni, kita jaga komitmen berkarya bersama untuk Indonesia sebagai bukti bakti kita kepada negeri dan cinta kita kepada Ibu Pertiwi.” Isi Puisi yang begitu dalam menyadarkan kita semua untuk tetap berkomitmen menjaga toleransi sesama masyarakat Indonesia.
Editor: Khusnul Khotimah