Dapur Cinta Kasih

Jurnalis : Hadi Susanto (He Qi Utara), Fotografer : Hadi Susanto (He Qi Utara)
 
 

fotoRelawan Tzu Chi memasak di dapur Aula Jing Si untuk para seniman bangunan. Kegiatan rutin ini sudah berlangsung lebih dari satu tahun.

“Dapat melakukan apa yang mesti dilakukan merupakan kebijaksanaan, melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan merupakan kebodohan.”
(Dharma  Master Cheng Yen)

Pagi ini saya berkesempatan mengunjungi lokasi pembangunan Aula Jing Si di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Di sana saya melihat-lihat kegiatan di dapur umum. Di dapur ini setiap hari sejak dimulainya pembangunan Aula Jing Si, para relawan secara bergiliran mengkreasikan beragam makanan. Para relawan yang mayoritas  kaum wanita dibagi dalam beberapa  kelompok, dimana mereka bergiliran bertugas menyiapkan makanan untuk lebih dari 300 seniman bangunan.

Tanaman yang Bermanfaat
Hari Selasa (2 November 2010) merupakan giliran para relawan dari Hu Ai Jelambar bertugas menyuguhkan beberapa karya hidangan untuk para seniman bangunan Aula Jing Si. Semua tampak sibuk dalam menyiapkan semuanya, mulai dari peralatan masak sampai ke bahan-bahannya. Sementara itu, saya berkeliling melihat-lihat kondisi lingkungan di sekeliling dapur. Saya mulai menelusuri bagian luar dari dapur (kantin). Sekeliling bagian luar kantin banyak dipenuhi oleh tumbuhan hijau yang indah dan bermanfaat. Di beberapa sisi tumbuh subur berbagai jenis bunga-bungaan yang indah. Meski saya belum tahu jenis bunga-bunga tersebut, namun satu hal yang pasti semuanya sangat indah dan sangat terawat.

foto  foto

Keterangan :

  • Para seniman bangunan menyantap dengan nikmat hidangan dari para relawan Tzu Chi. (kiri)
  • Usai memasak, relawan kembali mengemasi alat-alat masak hingga bersih untuk dipakai keesokan harinya. (kanan)

Selain bunga-bunga yang indah, lahan di sekeliling kantin juga ditumbuhi tumbuhan yang sangat menarik perhatian saya. Pertama-tama yang saya kenali adalah tanaman singkong, lalu saya perhatikan sekitarnya lagi, ada tanaman jagung, ada juga cabe, terong dan puluhan jenis lainnya lagi. Saat saya telusuri ke dalam lahan saya menjumpai seorang pria yang sedang memetik buah tomat. Setelah diberitahu saya akhirnya tahu bahwa semua itu adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk dikonsumsi. Saat itu saya mulai sedikit mengerti tentang prinsip Tzu Chi untuk tidak memboroskan sesuatu, termasuk uang. Mereka memilih untuk memanfaatkan lahan tidur untuk menanam berbagai jenis sayur mayur yang digunakan untuk dikreasikan  menjadi santapan lezat dan bergizi, ketimbang membelinya di pasar. Selain menghemat uang, hal itu juga membuat lahan tidur tadi menjadi lahan yang berguna.

Cukup puas dengan pemandangan di luar, kini saya menelusuri bangunan kantin. Hampir disetiap sisi tembok terpampang kalimat-kalimat yang mengajak kita berlaku positif, baik pikiran kita, ucapan maupun perbuatan. Delapan lembar spanduk kata perenungan dari master Cheng Yen menghiasi ruang makan kantin. Di samping itu masih banyak kata-kata inspiratif lainnya dengan berbagai bentuk ukuran dan inspirasinya.

foto  foto

Keterangan :

  • Salah satu budaya humanis yang diterapkan Tzu Chi. Para seniman bangunan mencuci sendiri alat makan mereka.  (kiri)
  • Satu dari sekian banyak inspirasi yang ada di kantin Aula Jing Si. (kanan)

Saat menjelang pukul 12 siang, para relawan sudah siap dengan kreasi-kreasi hidangannya. Lalu saat jam istirahat dimulai berdatanganlah satu persatu, kelompok perkelompok, para seniman bangunan ke kantin. Porsi makanan mereka didapat dengan menyerahkan kupon makanan yang telah dibagikan. Barisan mereka sangat teratur dan rapi, tidak berdesak-desakan apalagi berebutan. Mereka tampak sangat menikmati santapannya. Mungkin hidangan tersebut terasa nikmat karena tidak mengandung rintihan dan erangan dari sebuah makhluk hidup. Disamping itu hidangan tersebut disajikan dengan cinta kasih sehingga siapapun yang menyantapnya akan merasakan kelezatan yang luar biasa.

Setelah semua seniman bangunan selesai bersantap, kini giliran para relawan yang menikmati hidangan makan siang. Mereka tidak menghiraukan seberapa banyak makanan yang tersisa untuk mereka, mereka hanya larut dalam keceriaan dalam menyantap berkah yang mereka dapatkan. Setelah selesai, para relawan mulai mengemasi peralatan-peralatan dapur yang masih belum rapi. Mereka juga membersihkan seluruh pealatan dapur yang masih kotor serta menyimpan peralatan makan. Selesai dengan semua itu akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing. Meskipun lelah tapi wajah para relawan tetap memancarkan raut wajah yang penuh sukacita.

  
 

Artikel Terkait

Pelestarian Lingkungan Plus di Taman Aries

Pelestarian Lingkungan Plus di Taman Aries

05 April 2017
Relawan Tzu Chi di Jakarta Barat terus menggalakkan berbagai kegiatan pelestarian lingkungan. Bahkan kali ini, ada empat kegiatan yang ditambahkan, seperti membuat suvenir dari bekas bungkus kopi, membuat Garbage Enzyme, dan merawat kebun.
Suara Kasih : Mengembangkan Welas Asih

Suara Kasih : Mengembangkan Welas Asih

03 Mei 2010
Kini saya berikrar di hadapan Kakek Guru bahwa saya akan menjadi insan Tzu Chi. Kebijaksanaan yang diwariskan ayah akan senantiasa kami sebarkan. Kami akan melanjutkan misi ayah dan giat belajar. Terima kasih, Kakek Guru,” kata salah seorang keluarga pasien.
Berbagi Berbagi Hasil Tanaman Obat Keluarga kepada Masyarakat

Berbagi Berbagi Hasil Tanaman Obat Keluarga kepada Masyarakat

11 Desember 2020
Para relawan Tzu Chi di Xie Li Kalimatan Timur 1 memanen kunyit yang merupakan hasil TOGA, Tanaman Obat Keluarga. Kunyit yang dipanen ini menghasilkan 150 botol jamu yang kemudian dibagikan pada masyarakat sekitar. Dalam kegiatan ini relawan juga membagikan 250 masker kain. 
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -