Dari Pademangan untuk Jakarta
Jurnalis : Sutar Soemithra, Susi, Fotografer : Sutar Soemithra * Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo memperhatikan kompos organik yang diproduksi oleh Komposcing di Pademangan Barat yang baru saja diresmikan olehnya. Komposcing (Kompos Cacing) adalah depo pembuatan kompos organik dengan menggunakan cacing. | Mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pernah berpesan kepada penerusnya, Gubernur DKI Jakarta saat ini, Fauzi Bowo, “Tugas pemerintah ini membangun manusia secara utuh, yang paling penting diantaranya (adalah) kesehatan dan otaknya. Kalau tempat tinggalnya kumuh, mana bisa dia sehat, mana bisa jadi orang pinter.” Sebuah pesan yang sederhana sebenarnya. Gubernur DKI Jakarta silih berganti, namun masalah pemukiman kumuh tidak pernah tuntas. |
Fauzi Bowo pun tahu betul bagaimana susahnya mewujudkan pesan sederhana almarhum Bang Ali tersebut. Dan tidak berlebihan jika ia merasa beban berat yang diembannya menjadi sedikit terbantu ketika Tzu Chi meluncurkan program bantuan renovasi rumah Bebenah Kampung. “Langkah yang diambil Buddha Tzu Chi ini mudah-mudahan membawa masyarakat Pademangan untuk menjadi masyarakat yang sehat, masyarakat yang cerdas di waktu-waktu yang akan datang,” harapnya ketika meresmikan program Bebenah Kampung di Pademangan Barat, Jakarta Utara pada Minggu, 10 Mei 2009. Rawat Rumah Baik-baik Pademangan adalah sebuah ladang berkah yang telah ditanami cinta kasih oleh Tzu Chi. Sebagai daerah penyangga kawasan niaga Mangga Dua dan kawasan industri Ancol-Sunter, Pademangan banyak dihuni oleh pekerja kelas rendah maupun pekerja sektor informal. “Banyak orang melihat kekurangan seperti ini langsung prihatin. Banyak yang tidak hanya prihatin namun juga mengungkapkan rasa keprihatinan itu, concern mengenai keadaan yang ada di sini (Pademangan Barat –red). Tapi kawan-kawan kita dari Yayasan Buddha Tzu Chi tidak hanya prihatin, tidak hanya mengungkapkan rasa keprihatinan itu dan concern, tapi mereka bekerja keras untuk membantu saudara-saudaranya yang ada di Pademangan,” puji Fauzi. Banyak penerima bantuan yang kehidupannya telah berubah setelah menempati rumah baru yang manusiawi. “Sebelumnya rumah saya hancur lebur istilahnya, banyak penyakit dan binatang masuk ke rumah. Tapi setelah dibedah Buddha Tzu Chi, tempat kami sekarang layak dipakai dan bersih. Kami sekarang sudah bahagia sekeluarga,” tutur Sajiman, salah satu penerima bantuan. Fauzi Bowo pun berpesan kepadanya mewakili penerima bantuan yang lain, “Tulung dirawat rumahnya. Jangan cuma rumahnya, keluarganya juga mudah-mudahan jadi keluarga yang sejahtera. Kemudian yang lebih penting lagi tolong rawat lingkungannya.” Ket : - Tiga warga penerima bantuan rumah Bebenah Kampung Pademangan menceritakan kebahagiaan mereka Pademangan Berahmat Komposcing berdiri bermula dari ide untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi yang lebih berguna, yakni kompos. Menurut Yopie Budiyanto, relawan Tzu Chi, saat ide tersebut disampaikan kepada Purnomo, Lurah Pademangan Barat, mendapatkan sambutan yang antusias. Bahkan untuk mendukung program kompos ini Purnomo menyediakan sebidang lahan yang bisa digunakan sebagai tempat untuk pengolahan kompos. Atas dukungan dana dari Tzu Chi, maka sebidang tanah itu kini telah berubah menjadi rumah kompos, lengkap dengan mesin pencacah sampah dan palet-palet untuk memfermentasikan kompos. Disebut kompos cacing karena proses pembuatan kompos menggunakan perantara berupa cacing. Wagirun, koordinator depo Komposcing menjelaskan, dengan menggunakan cacing, maka kompos yang dihasilkan akan jauh lebih berkualitas daripada pupuk kompos biasa yang diurai tanpa bantuan cacing. Sebab lendir dan kotoran cacing yang menyatu dalam pupuk akan mampu menyuburkan tanah, bahkan mampu mengembalikan derajat keasaman (pH) tanah yang telah mengalami kerusakan. Cacing yang digunakan untuk proses komposter ini adalah cacing Lumbricus rubellus yang berasal dari Eropa dengan sifatnya yang khas mampu menetralisir zat-zat kimia yang terkandung dalam limbah dan mengubahnya menjadi mineral yang berguna bagi kesuburan tanah dan tanaman. Warga Pademangan yang juga ketua Asosiasi Vermi Indonesia ini menjelaskan proses pembuatan kompos dengan bahan baku sampah organik yang dikumpulkan dari masyarakat. Setelah sampah digiling, lalu ditampung dan diendapkan selama semalam. Endapan akan menghasilkan air. Air ini tidak dibuang karena bisa digunakan sebagai pupuk cair. Hasil gilingan yang telah diendapkan, kemudian dimasukkan ke karung untuk difermentasi selama 5 hari. Sesudah itu baru ditaburkan di palet untuk umpan cacing. Dalam 3 minggu, pupuk telah siap dipanen. Saat ini seluruh orang yang terlibat dalam Komposcing sedang berdebar menunggu panen pertama kompos. Ket : - Inisiatif warga Pademangan untuk mandiri direspon oleh Tzu Chi dengan memfasilitasi mendirikan depo Hasil akhir kompos berupa serbuk. Pupuk serbuk untuk menetralisir zat kimia yang tertanam puluhan tahun di dalam tanah sehingga tanah menjadi subur kembali. Ada juga yang dibentuk menjadi seperti kapsul kecil yang diberi nama pelet. Pelet ini untuk memupuk tanaman yang ada airnya, misalnya padi. Sedangkan pupuk cair berfungsi untuk merangsang pertumbuhan daun, bunga, dan buah. “(Ini) memang sudah cita-cita kami, setelah rumah dibedah atau dibenahi, maka kami harus bersih, tertib, aman, dan sehat. Setelah kampung kami bersih, maka akan hijau, dan kampung ini langitnya menjadi biru. Itulah pengharapan kami warga Pademangan,” ujar Ustad Agus Yatim, salah satu penerima bantuan Bebenah Kampung yang menjadi koordinator relawan untuk Komposcing. “Saluran (penyaluran –red) kompos yang paling utama ke masyarakat dulu karena tujuan kompos untuk penghijauan di masyarakat Pademangan. Cita-cita kami adalah agar Pademangan bersih sesuai moto Pademangan Barat “Berahmat” (Bersih, Tertib, Aman, Hijau, Madaniah, dan Sehat),” ia menambahkan. “Kalo Jakarta setiap kelurahan berdiri depo seperti ini, alangkah indahnya, terutama bersih, tenteram, damai, subur tanah kita. Kita (juga) bisa merekrut tenaga kerja untuk orang-orang yang paling bawah/yang tidak berpendidikan,” Wagirun berandai-andai. Menurutnya, depo kompos semacam ini bisa mengatasi masalah sampah yang selama ini seperti benang kusut bagi kota besar seperti Jakarta, selain menyuburkan tanah. “Insya Allah akan terealisasi masalah sampah yang ada di DKI asal semua kelurahan berdiri depo seperti ini,” ucapnya yakin. | |
Artikel Terkait
Baksos Kesehatan untuk Warga Gasing, Banyuasin
18 Desember 2017Perhatian Relawan Tzu Chi kepada Para Penerima Bantuan
30 April 2021Okari Sabtari (54) merasa sangat senang dikunjungi para relawan Tzu Chi di rumah kontrakannya, di Kamal, Jakarta Barat, Kamis, 29 April 2021. Meski hanya bisa terbaring di kasur karena stroke yang menyebabkan anggota badan bagian bawah lumpuh, suaranya lantang mengutarakan isi hatinya.
Wajah-Wajah Baru Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Selatpanjang
19 Agustus 2024Relawan Tzu Chi Selatpanjang kembali mengadakan tahun ajaran kelas Budi pekerti di tahun 2024. Di mulai pada bulan Agustus 2024 ini relawan pendidikan Selatpanjang meneriima 40 orang murid-murid dengan wajah-wajah baru.