Dari Tzu Chi untuk Anak-anak Bhakti Luhur
Jurnalis : Sinta Febriyani (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Sinta Febriyani (Tzu Chi Bandung) Relawan Tzu Chi dan penghuni Panti Asuhan Bhakti Luhur, Mimin (kiri) bercengkeram dengan hangat. Sekilas ia seperti anak-anak, namun sebenarnya telah berusia 22 tahun. | “Mimin. Ini Mimin,” ucap seorang perempuan muda seraya menepuk-nepuk dadanya. Dengan genit, ia mengedip-ngedipkan matanya yang bulat besar di depan tamu-tamunya. Di sebelah Mimin, seorang gadis kecil terbaring tak berdaya di atas karpet. Tubuhnya begitu kecil dan kurus, dan hanya bisa menolehkan kepalanya saja. Di belakang Mimin, sesosok anak laki-laki duduk dengan mengapitkan kedua lengannya pada lutut. Dialah Andri yang hari itu tak hentinya menangis. Berbeda dengan mereka, Wachyu bukan main lincahnya. Ia berlari ke sana ke mari dan tidak mau diam. Meski begitu, hanya badannya saja yang bergerak aktif, tak ada kata-kata meluncur dari bibir anak itu. Mereka berempat hanya sebagian dari penghuni Panti Asuhan Bhakti Luhur yang memiliki kelainan fisik dan mental. |
Melayani dengan Ketulusan, Kesabaran, dan Kebesaran Jiwa Waktu menunjukkan pukul 09.30 pagi ketika para relawan Tzu Chi tiba di Panti Asuhan Bhakti Luhur pada 2 April 2009. Cuaca yang mendung di luar, ternyata tidak berpengaruh pada keadaan di dalam panti. Sepintas, dari luar panti itu layaknya rumah biasa. Namun ketika memasuki ruang tengah, tampaklah anak-anak yang terlihat istimewa. Di panti ini tinggal 18 anak, 11 di antaranya menderita kelainan fisik dan mental. Sebut saja Mimin. Rambutnya pendek dan badannya lumayan berisi. Ia pun terlihat menonjol di antara anak-anak yang lain. Dalam balutan t-shirt merah, Mimin mengulurkan tangannya pada setiap relawan Tzu Chi dengan memasang senyum lebar, ”Hai! Halo...” Selain menepuk-nepuk dadanya, ia pun menunjuk ke bingkai foto yang memuat dirinya. ”Mimin!” serunya sambil memasang gaya seperti di dalam foto. Meski tindak tanduk Mimin seperti anak-anak, sebenarnya ia telah berusia 22 tahun. Keterbelakangan mental yang dideritanya membuat tingkat kecerdasannya kurang sehingga ia memiliki kesulitan dalam proses belajar dan adaptasi. Menurut Zr Fransiska, penanggung jawab panti, Mimin yang telah empat tahun menjadi penghuni panti ini, sejak kecil memang sudah tidak memiliki keluarga. Oleh karena itu, sentuhan kasih dari para pengurus panti dan relawan Tzu Chi membuat Mimin merasakan kehangatan sebuah keluarga. Di panti yang beralamat di Kompleks Taman Kopo Indah II/3 C-1 No. 28-29 Bandung ini, tidak hanya tinggal anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental. Dalam kunjungan kasih kali ini, relawan Tzu Chi pun menjumpai anak-anak penderita autis, hydrosepallus, celebral palsy, pincang, dan menderita kebutaan sebelah. Ket : - Relawan Tzu Chi bersama penghuni panti bergembira bersama. Rasa kehilangan figur orangtua pada anak- Mereka yang bekerja di panti ini setiap hari telah terbiasa menghadapi anak-anak yang memiliki berbagai macam kasus istimewa. Tidak ada raut lelah di wajah mereka ketika mengurus anak-anak itu. Mereka begitu ramah, penuh kesabaran, penuh kasih sayang, dan cepat tanggap akan kondisi anak-anak asuhnya. ”Anak-anak yang berada di sini ada yang telah ditinggalkan orangtuanya di rumah sakit dan ada yang diantar langsung oleh keluarganya. Tetapi kebanyakan setelah itu mereka ditinggalkan di sini. Saya senang kalau mereka semua sehat. Kalau mereka sakit, kami sangat sedih karena mereka tidak bisa bicara atau mengatakan mana yang sakit, jadi kami yang harus tanggap,” tutur zr Fransiska. Sepasang Tangan, Senyuman Manis, dan Sapaan yang Ramah “Halo, siapa namanya?” sapa seorang relawan pada salah seorang anak. Di sudut yang lain, beberapa relawan terlihat menggendong anak-anak yang masih balita. Dan di sudut yang lain, dua relawan dari Ay-Ay Salon bergantian merapikan rambut anak-anak agar penampilan mereka terlihat lebih segar. “Ayo Kleopas, potong rambutnya ya biar cakep,” bujuk salah satu pengurus panti yang kemudian bersama relawan Tzu Chi memapah Kleopas ke tempat potong rambut. Saat rambutnya dirapikan pun, relawan dan beberapa pengurus menahan tubuh Kleopas dari beberapa sudut agar tidak terjatuh di kursi. Ket : - Relawan Tzu Chi dengan tulus dan kasih sayang melayani para penghuni Panti Asuhan Bhakti Luhur. (kiri) Memang tidak mudah untuk dekat dan mengajak anak-anak bergembira bersama. Namun, relawan Tzu Chi dengan penuh kehangatan dan pelan-pelan mengajak mereka bermain dan bernyanyi bersama. Noni misalnya. Ia baru pertama kali ikut dalam kunjungan kasih Tzu Chi seperti ini. Meski demikian, ia mengaku sangat terkesan dengan kegiatan seperti ini. Bersama relawan Tzu Chi yang lain, Noni mengajak anak-anak bermain slepdur, kereta-kereta apian, ular-ularan, tebak-tebakan, dan bernyanyi bersama. “(Tzu Chi) sering-sering ya (mengadakan) kunjungan seperti ini, dan (semoga Tzu Chi) lebih banyak mengajak orang lagi,” saran Noni di akhir kunjungan. Pada kunjungan kasih kali ini, relawan Tzu Chi memberikan bantuan beras sebanyak 40 kg dan membagikan boneka, bedak, samphoo, minyak kayu putih, handuk, makanan, dan buah-buahan untuk anak-anak. Kunjungan yang berlangsung sekitar 1,5 jam akhirnya diakhiri dengan lambaian tangan dari anak-anak, “Dadah... Dah...” | |
Artikel Terkait
Senyum Lebar Iqbal dan dr. Tonny
19 Januari 2017dr. Tonny Christianto begitu bahagia dan bersyukur melihat Iqbal Ramdani (17 tahun), pasien yang dulu pernah dirawatnya terlihat sangat sehat. Saat dr. Tonny, dr. Siska, perawat Yanto serta relawan Tzu Chi sampai juga di rumahnya, Iqbal bergegas mencium tangan mereka.
Bukit Plastik Menjadi Bukit Intan
20 September 2017Teriknya matahari tak menghalangi semangat para relawan mengumpulkan botol plastik dari satu rumah ke rumah lainnya di pondok-pondok warga. Tidak sampai di sini saja, setelah plastik terkumpul, relawan langsung memilah dan membersihkan botol-botol itu bersama-sama.