Dari Washington ke Margaguna
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
|
| ||
Kerja di Luar Negeri Umi yang kelahiran Jakarta ini awalnya memiliki seorang suami yang bekerja sebagai pegawai negeri di Departeman Perhubungan (dulu PJKA –red). Seiring berjalannya waktu, perkawinan mereka tetap langgeng meski tanpa kehadiran si buah hati. Tahun 1981, suami Umi meninggal dunia. Ia pun kemudian hidup dengan mengandalkan uang pensiun dari suaminya. “Orangtua saya nggak mampu, jadi saya kadang bantu dagang untuk bantu bayar biaya sekolah adik-adik,” katanya. Tahun 1997, salah seorang teman ayahnya mengajak ia untuk ikut bekerja di Amerika sebagai pembantu rumah tangga. Sang majikan adalah Atase Perhubungan Laut yang ditugaskan selama 3 tahun. Namun belum genap 3 tahun bertugas, salah satu anggota keluarga majikan Umi terkena musibah dan meninggal dunia. Akhirnya sang majikan dan keluarganya pun pulang kembali ke Indonesia. “Nah, Pak Fajar Sumarko (majikan Umi-red) itu kemudian menawarkan ke saya untuk bekerja pada temannya yang orang Amerika,” kata Umi mengenang. Karena sudah berniat untuk bekerja di luar negeri dan juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Umi pun akhirnya menerima tawaran kerja sebagai baby sitter di rumah seorang dokter. “Dokter ini baik, saya bahkan disekolahin sampe bisa bahasa Inggris,” terang Umi.
Ket : - Umi tengah berbincang-bincang dengan seorang anggota Tzu Ching yang mengunjunginya. (kiri) Gaji Dikirim ke Jakarta Tetapi harapan kadang tak selalu sesuai dengan keinginan. Sekembalinya dari luar negeri, janji sang adik pun tak terbukti. Adiknya beralasan bahwa ia juga telah merawat orangtuanya yang terkena stroke, sehingga tak ada tempat lagi di rumah untuk sang kakak. “Ngurusin Ibu aja dah susah,” kata sang adik beralasan. Akhirnya Umi pun menghubungi salah satu keponakannya untuk dicarikan tempat tinggal atau panti yang gratis. “Saya nggak enak, mau ikut saudara yang lain juga nggak tega, mereka juga hidupnya pas-pasan,” tegas Umi. Akhirnya Umi pun memperoleh informasi tentang Panti Sosial Tresna Wreda Budi Mulia 04 Margaguna. Berbagai persyaratan pun segera diurusnya. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Umi pun diterima untuk tinggal di panti milik Departemen Sosial ini – yang saat ini pengelolaannya di bawah naungan Pemda DKI Jakarta.
Ket : - Dengan penuh semangat, tanpa rasa benci dan dendam, Umi menceritakan kisah hidupnya yang pahit yang tak sesuai dengan apa yang sudah ia rencanakan sebelumnya. (kiri) Bersyukur dan Berterima Kasih Karena itulah, kunjungan dari relawan Tzu Chi menjelang perayaan Imlek 2561 kemarin membuatnya sangat berbahagia. “Senang sekali,” ujarnya lirih. Sembari menyeka kelopak matanya yang basah, Umi mengungkapkan keinginannya dan mungkin juga harapan seluruh penghuni panti lainnya, “Kalau bisa sering-sering datang kemari. Bukan saya pengin hadiah atau bingkisan, nggak bawa apa-apa juga nggak apa-apa, yang penting kita dikunjungin.” Di usianya yang menginjak 63 tahun, tak ada lagi keinginan Umi selain mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa. Umi pun berharap dapat menutup masa senjanya di panti dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. “Saya sudah pasrah untuk (menjalani) hidup, sakit, dan menutup usia di panti ini,” ucapnya tenang. | |||
Artikel Terkait
.jpeg)
Persiapan Baksos Kesehatan Tzu Chi di Tiga Pulau
22 September 2017Relawan dan Tim Medis Tzu Chi Indonesia ikut dalam Apel Khusus Pelepasan Tim Baksos Kesehatan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) TNI di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Kamis, 21 September 2017. Baksos kesehatan akan diadakan pada 22-24 September di tiga pulau: Panjang, Tunda, dan Ujung Kulon.

Baking Class: Belajar Bekerja Sama dan Bertanggung Jawab
26 Juli 2023Kelas Kata Perenungan (Jing Si Ban) di Tzu Chi Medan selalu menghadirkan materi yang tak pernah membosankan. Seperti kali ini, murid-murid belajar membuat kue klepon.
