Datang Meringankan Beban

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

Relawan Tzu Chi memberikan perhatian kepada ratusan warga yang terkena musibah kebakaran di daerah Senen, Jakarta Pusat  pada Kamis, 28 Mei 2015.

Si jago merah kembali mengamuk di kawasan padat penduduk di ibukota. Kali ini api melalap ratusan rumah warga di Pasar Senen Dalam, Keluarahan Senen, Jakarta Pusat pada Sabtu, 23 Mei 2015 sore hari. Sebagian besar warga tidak dapat menyelamatkan barang-barangnya lantaran sedang tidak ada di rumah dan juga akibat rasa panik karena api yang menyebar dengan sangat cepat. Akibat kebakaran ini ratusan warga harus mengungsi dan hanya bisa bergantung pada uluran cinta kasih para dermawan. Melihat kondisi demikian, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia turut andil mencurahkan perhatian kepada ratusan warga yang terkena musibah ini pada hari Kamis, 28 Mei 2015.

“Kita membagikan 121 paket kebakaran di RT 08, 09, 12, dan 14,” ucap Yopie Budiyanto, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator pembagian bantuan ini. Selain bantuan paket kebakaran, Tzu Chi juga membagikan 46 terpal kepada warga pemilik rumah. “Tenda yang ada di kelurahan ini besok harus dibongkar, jadi mereka bisa kembali ke rumah masing-masing. Kemarin mereka bingung kalau tenda (pengungsian) dipindahin mereka mau kemana,” tambahnya.

Kebakaran ini terjadi akibat hubungan arus pendek di salah satu rumah warga di RT 12. Melihat hal ini, Yopie juga mengusulkan kepada lurah setempat untuk memberikan sosialisasi pentingnya memperhatikan kondisi listrik. “Setiap kali kebakaran terjadi kalau tidak arus pendek ya kompor meledak. Kita minta disosialisasi tentang arus pendek, standar kabel, colokan, dan lain-lain. Bu Lurah juga sangat mendukung,” ujarnya.

Sebanyak 121 keluarga harus kehilangan tempat tinggal di Pasar Senen Dalam, Kelurahan Senen, Jakarta Pusat akibat amukan Si Jago Merah pada Sabtu, 23 Mei 2015 sore hari.

Tjoe Sin Choy, salah seorang warga membuka kontainer barang bantuan yang ia terima dari Tzu Chi untuk melihat isi bantuan tersebut.

“Perhatian yang Besar”

Di bawah tenda pengungsian, salah seorang pria membuka kontainer barang bantuan yang ia terima dari Tzu Chi untuk melihat isi bantuan itu. “Amithofo, terima kasih (yayasan) Buddha Tzu Chi,” ucapnya sambil menutup kembali kontainer miliknya. Tjoe Sin Choy harus kehilangan tempat tinggal yang dihuninya sejak kecil. Tragisnya ketika kebakaran terjadi justru Tjoe Sin Choy sedang tidak di rumah. “Jam tiga sore saya keluar (jalan-jalan), pulang-pulang sudah habis semua,” kenang pria 62 tahun ini. Ia pun tidak bisa menyelamatkan harta miliknya, hanya pakaian yang menempel ditubuhnya dan dompet yang dibawanya saja. Sementara itu, adik iparnya yang tinggal serumah dengannya hanya bisa menyelamatkan diri saja. Terlebih lagi Tjoe Sin Choy hanya tinggal berdua dengan adik iparnya. Tidak ada yang bisa diselamatkan, ia hanya pasrah dengan keadaan. “Saya merasa mengapa saya bisa tertimpa begini, setiap malam nggak bisa tidur. Bingung sudah nggak punya semuanya,” ucapnya sedih.

Tjoe Sin Choy yang sehari-hari berjualan makanan berupa nasi uduk, nasi tim, bubur ayam, dan aneka makanan lainnya harus berhenti karena semua peralatan masaknya hangus tak tersisa. Namun begitu, ia sudah bersemangat ingin segera berdagang kembali. “Dapat terpal, nanti pasang dulu dan saya mulai dagang lagi sedikit-sedikit,” ungkapnya dengan suara lirih. “Saya banyak mengucapkan terima kasih atas bantuannya,” tambahnya penuh syukur.

Ratusan warga mengungsi di tenda pengungsian selama sepekan pascakebakaran yang terjadi di kampungnya.

Buyung Gunawan (kiri) dengan Budi yang juga sama-sama Ketua RT berbincang-bincang  dan bercanda di bawah tenda pengungsian bersama warga lainnya.

Salah satu warga lainnya, Buyung Gunawan (47) yang juga ketua RT 09 merasakan hal yang sama seperti Tjoe Sin Choy. Ia juga kehilangan rumah yang ia tinggali sudah puluhan tahun bersama orang tua dan keluarganya. Buyung dan keluarganya pun tidak sempat untuk menyelamatkan barang-barang miliknya. “Saya pulang habis daftarin anak kuliah. Karena ada warga saya yang orang tuanya sedang sakit jadi saya bantu selametin dia, baru balik ke rumah selametin barang, tapi ternyata nggak keburu api sudah besar, hawanya pun panas,” kisahnya, “yang penting warga selamat semua, istri dan anak saya selamat.”

Meskipun Buyung merasakan kesedihan akibat kehilangan tempat tinggal dan materi lainnya, namun ia tetap terlihat ceria di depan para warganya. Bahkan ia selalu mengajak bercanda warga di pengungsian dengan banyolan-banyolannya. “Kondisi warga sangat mengenaskan. Saya terlihat ceria, tapi hati ya pedih,” ungkap ayah tiga anak ini. Buyung berharap semua warganya tetap sabar menjalani kehidupan ini. “Ini musibah, nanti akan lebih baik lagi. Mungkin ini cobaan Yang Maha Kuasa,” tuturnya.

Sebagai seorang Ketua RT, ia terus memantau dan mendata warganya agar semua yang menjadi korban mendapatkan bantuan dengan rata. “Saya dan warga sangat bersyukur sekali dapat bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Di sini rata-rata memang di bawah kemiskinan. Bantuan ini sangat penting, meskipun nggak besar tapi perhatiannya sangat besar,” ungkapnya, “terpal ini sangat membantu karena besok sudah harus meninggalkan pengungsian.” Musibah yang dialami Buyung ternyata mengingatkan dirinya akan kejadian setahun lalu. Kiosnya di Pasar Senen yang menjadi sumber penghasilannya juga ludes terbakar. “Tahun lalu kios saya kebakaran dan sekarang rumah saya terbakar. Mungkin ini ujian dari Allah agar lebih hati-hati,” ujar pedagang ayam di Pasar Senen ini. Ia pun mengimbau para warga agar lebih berhati-hati jika ingin bepergian untuk selalu mengecek apa pun terlebih dulu, termasuk listrik.

Artikel Terkait

Manusia tak Luput dari Bencana

Manusia tak Luput dari Bencana

17 Februari 2015 Pada malam itu juga Walikota datang meninjau ke lokasi kebakaran. Tidak ketinggalan juga beberapa relawan Tzu Chi turun ke lokasi kebakaran untuk mendata berapa keluarga yang mengalami musibah dan yang perlu menerima bantuan.
Datang Meringankan Beban

Datang Meringankan Beban

03 Juni 2015 Akibat kebakaran ini ratusan warga harus mengungsi dan hanya bisa bergantung pada uluran cinta kasih para dermawan. Melihat kondisi demikian, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia turut andil mencurahkan perhatian kepada ratusan warga yang terkena musibah ini
Nilai Sebuah Perhatian

Nilai Sebuah Perhatian

15 September 2015
Melihat penderitaan warga yang kehilangan segala yang dimilikinya, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan sebagai wujud rasa sosial kemanusiaan dan merasakan penderitaan mereka. Pada hari Senin, 14 September 2015, sebanyak 30 relawan turun membagikan bantuan paket bantuan kebakaran berupa kebutuhan sehari-hari
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -