Date Night ZSM: Mengubah Tugas Menjadi Misi

Jurnalis : Supardi (Tzu Chi Batam), Fotografer : Supardi (Tzu Chi Batam)
Sebelum acara dimulai, para peserta terlebih dahulu menikmati makan malam yang dipersiapkan.

Untuk mempererat hubungan antarrelawan dokumentasi Tzu Chi atau Zhen Shan Mei (ZSM) dari keempat Hu Ai (Batam Center, Basuji, Nagobeng dan Tiban Uma), Tzu Chi Batam menggelar Bonding Time (Waktu Kebersamaan), Sabtu malam, 5 Agustus 2023. Mengusung tema ZSM Date Night,  acara yang berisi makan-makan dan sharing ini berlangsung dengan santai dan sukacita.

Bonding Time malam itu dibuka dengan relawan saling memperkenalkan diri dan bermain game kata berantai. Peserta dibagi menjadi 3 tim yang masing-masing terdiri dari 10 peserta. Kalimat berupa “Saya, kamu, dia bisa menulis sejarah bagi Tzu Chi”, dibisikkan dari relawan pertama ke relawan ke-10. Tim yang memberikan jawaban paling mendekati kalimat awal kemudian mendapatkan suvenir dari panitia.

Kegiatan dimulai dengan perkenalan dan permainan kata berantai.

Pemenang permainan kata berantai dibagikan hadiah berupa kantong dan sendok-garpu kecil.

Bonding kemudian dilanjutkan dengan sharing peserta. Selama 30 menit, beberapa peserta menyampaikan suka dan duka yang mereka rasakan sebagai relawan ZSM. Dari sharing peserta, dapat disimpulkan bahwa relawan ZSM umumnya merasa monoton dengan tanggung jawab dokumentasi karena menyerupai penulisan laporan kantoran. Di sisi lain, ada yang merasa tanggung jawab ZSM sangat menantang karena perlu menyelami hidup para narasumber, layaknya sedang mencari harta karun kebijaksanaan yang tersembunyi.

Relawan komunitas berbagai suka dan duka yang mereka alami sebagai relawan ZSM.

Kegiatan dilanjutkan dengan materi bersifat motivasi oleh Megawati, Wakil Ketua Tzu Chi Batam sekaligus Pemerhati Relawan ZSM Batam. Slide pertama, ia tampilkan gambar pemandangan di hutan tropis yang minim pencahayaan. Slide ke-2, ia tampilkan hutan yang serupa namun dipenuhi dengan kunang-kunang. Lalu Megawati membaca Kata Perenungan Master, “Walau kekuatan kecil, namun jika kumpulan kunang-kunang bersatu maka dapat menerangi tempat yang gelap.”

“Semua orang bisa menjadi Zhen Shan Mei karena bukan suatu keharusan bagi Zhen Shan Mei untuk pakai Bahasa Indonesia keren-keren termasuk aku. Aku juga Bahasa Indonesianya kurang,” tutur Megawati. 

“Kita harus melakukan tahap demi tahap, kecil-kecil, mana tahu suatu hari bisa ada pemberitaan. Shixiong/shijie belajar ambil video, lalu video ini ditayangkan di DAAI TV. Penonton dunia, mungkin di Australia, orang lihat, “Wah! Video ini sangat menyentuh”, sehingga terinspirasi mau menjadi relawan, maka kita sukses menggalang satu hati. Kalau tidak ada tangan shixiong/shijie yang ambil dokumentasi bisa saja mereka tidak berkesempatan bergabung dengan Tzu Chi.” Tambah Megawati.

Megawati menyampaikan walau kekuatan kecil asal bersama dapat memberi dampak besar.

“Kita perlu menjadikan sebuah tugas sebagai sebuah misi kita. Itu bakal beda banget dengan kita hanya jadikan sebatas tugas saja. Kita perlu tahu kita lakukan ini nilainya apa. Saat kita menyadari sumbangsih kita yang kecil ini bisa menjadi kunang-kunang yang bertambah jumlahnya, kita bisa menyebutkan ini adalah misi kita. Kita mau tidak menjadikan ini sebagai misi kita atau sebagai tugas saja? Cuman “Tugas” tentu saja shixiong/shijie tidak akan care untuk dalami lagi Budaya Humanis yang terkandung di dalamnya.” Motivasi Megawati mejadikan tugas sebagai misi.

Sebelum kegiatan ditutup dengan Doa Bersama dan Penghormatan, Suwati selaku Koordinator ZSM He Qi terlebih dahulu memberikan pesan cinta kasih. Dalam pesannya, ia sangat berterima kasih atas kesediaan para peserta untuk bersumbangsih sebagai relawan ZSM. Tanpa sumbangsih tersebut Master Cheng Yen tidak akan bisa mengetahui kesungguhan relawan Batam dalam menjalani misi-misi Tzu Chi. Karena Master Cheng Yen tidak bisa melangkah keluar Taiwan, maka kitalah yang menjadi telinga dan mata beliau di Kota Batam.

Suwati, Koordinator ZSM He Qi, berharap peserta dapat menjadi telinga dan mata Master Cheng Yen di Kota Batam.

Bonding Time ZSM yang berlangsung dari pukul 18.00 hingga 21.20 WIB ini dihadiri sebanyak 32 peserta. Walau mengalami serangkaian masalah teknis seperti kerusakan mixer audio, pemadaman sebagian lampu, dan sebagainya, namun serangkaian masalah ini tidak menjadikan kebersamaan relawan berkurang, sebaliknya malah menjadikan Bonding Time ini Date Night yang sulit dilupakan.

Jika hanya boleh ada satu pembelajaran yang bisa dipetik lewat kegiatan ini, pembelajaran itu mungkin adalah Sikap Hati. Sikap hati kita menentukan apakah menulis itu monoton atau menantang. Sikap hati kita menentukan tanggung jawab kita apakah sekedar tugas atau misi, dan terakhir sikap hati kita yang melihat suatu peristiwa adalah masalah atau pengalaman berkesan. Hidup, baik itu suka ataupun duka, walau bertolak belakang, mungkin hanya sisi berbeda dari koin yang sama, ujung-ujung yang membedakan hanyalah Sikap Hati.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Kamp Zhen Shan Mei: Menjadikan Kelemahan Sebagai Tantangan

Kamp Zhen Shan Mei: Menjadikan Kelemahan Sebagai Tantangan

08 Desember 2015

Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei 2015 dimulai pada Sabtu dan Minggu, 5 dan 6 Desember 2015 di gedung DAAI, Tzu Chi Center. Sebanyak 80 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia ini : Batam, Jambi, Makassar, Manado, Palembang, Pekanbaru, dan Tangerang, datang untuk menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen.

Zhen Shan Mei Award 2022, Ajang Penghargaan Bagi Relawan Dokumentasi Tzu Chi

Zhen Shan Mei Award 2022, Ajang Penghargaan Bagi Relawan Dokumentasi Tzu Chi

30 Januari 2023

Ajang penghargaan bagi relawan dokumentasi (Zhan Shan Mei) Tzu Chi yang mengusung perlombaan Karya Video Iklan Layanan Masyarakat ini, kini telah menemukan pemenangnya. 

Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi

Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi

21 November 2014

Zhen Shan Mei Camp ke-2 (15 - 16/11) bertemakan, “Di Dalam Keindahan Ada Aku, Anda, dan Dia” yang diselenggarakan di Aula Jing Si telah usai. Namun, semangat untuk mencatat sejarah Tzu Chi dan menjadi aliran jernih masih menyelimuti para peserta kamp. Bagaimana tidak? Dalam kamp ini dihadirkan trainertrainer yang sudah lama berkecimpung dalam perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Taiwan. Sebut saja Lai Rui Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, dan Xiao Hui Ru.

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -