Daur Ulang, Menjaga Kelestarian Bumi

Jurnalis : Purwanto (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Mie Li , Purwanto, Beverly (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)

Salah satu relawan Tzu Chi, Ema Shijie mendampingi dan memberikan arahan kepada Xiao Tai Yang agar memasukkan sampah-sampah daur ulang yang dibawa ke dalam keranjang sesuai jenisnya.

Pagi itu, 19 April 2015, sebuah bus yang sederhana sudah bersiap di depan Kantor Tzu Chi Penghubung Tanjung Balai Karimun. Para Xiao Tai Yang (anak kelas budi pekerti) beserta orang tua masing-masing juga sudah mulai memadati kantor Tzu Chi. Mereka pun menaiki bus sederhana penuh sukacita. Walaupun cuaca pagi itu gerimis, mereka tetap semangat mengikuti kelas budi pekerti. Kali ini anak-anak akan diajak menuju depo pelestarian lingkungan Tzu Chi “Kasih” (Karimun Bersih) di daerah Baran I, Meral, Tanjung Balai Karimun.

Para Xiao Tai Yang juga membawa tentengan berupa sekantong plastik yang di dalamnya terdapat barang daur ulang paling sedikit lima macam barang yang siap dipilah. Sebanyak 63 Xiao Tai Yang turut hadir dalam kegiatan kelas budi pekerti praktik melestarikan bumi yang didampingi 48 relawan Tzu Chi. “Ternyata banyak Xiao Tai Yang yang datang walaupun cuaca gerimis,” tutur Ruxin Shijie tersenyum lebar. Pada praktik pelestarian lingkungan kali ini, para Xiao Tai Yang diharapkan dapat membedakan sampah daur ulang agar dipilah sesuai jenisnya.


Anak-anak diantarkan bus yang sederhana ini menuju depo pelestarian lingkungan Tzu Chi. Walaupun gerimis namun mereka terus bersemangat untuk belajar. wa ke dalam keranjang sesuai jenisnya.

Sebanyak 63 Xiao Tai Yang (anak kelas budi pekerti) begitu tenang dan serius saat mendengarkan Pungki Papa menjelaskan mengenai materi pelestarian lingkungan pada Minggu, 19 April 2015.

Mengenalkan Sampah Daur Ulang

Di depo pelestarian lingkungan Tzu Chi yang sederhana, Pungki Papa menyampaikan materi tentang daur ulang. Selain memberikan materi, dalam kegiatan ini juga diberikan contoh-contoh barang apa saja yang bisa didaur ulang. Disela-sela penyampaian materi, Ruxin Shijie memberikan contoh-contoh dengan menunjukkan barang yang bisa didaur ulang agar mereka dapat mengerti. Anak-anak mengikuti pembelajaran kali ini dengan sangat antusias.

“Saya sebagai orang tua mengikuti kelas budi pekerti pagi ini merasa senang sekali, karena kedua anak saya bisa membedakan sampah organik dan sampah anorganik. Dengan bisa membedakan sampah tersebut, kita dapat melestarikan lingkungan,” aku Susi (33) dengan wajah tersenyum. Susi bersama kedua anaknya, Tcering Zoma Chen dan Tson Rirutolmo Chen sebelumnya belum mengetahui cara membedakan sampah sesuai dengan jenisnya masing-masing. Hal ini membuat anak-anaknya tetap mencampur sampah-sampah di rumahnya meskipun sudah disediakan beberapa tempat untuk sampah yang bisa didaur ulang dengan yang tidak. Dengan demikian sampah yang masuk depo maka relawan harus kerja lebih giat untuk memilah sampah tersebut. “Mulai sekarang ia akan membedakan sampah yang bisa didaur ulang sesuai dengan jenisnya,” tuturnya.

Susi (tengah) merasa senang mengikuti kegiatan ini. Melalui kegiatan seperti ini ia dan anaknya lebih mengerti bagaimana membedakan sampah yang dapat di daur ulang dan sampah yang tidak dapat di daur ulang. 


Leon (tengah) penuh semangat memperhatikan setiap penjelasan materi yang diberikan. Ia mengaku senang bisa mengikuti kegiatan kelas budi pekerti kali ini.

Cuaca pagi yang gerimis berangsur-angsur menjadi cerah. Leon (10 tahun) tertarik dengan kegiatan ini ketika mendapatkan penjelasan yang disampaikan oleh Pungki Papa. “Saya merasa tertarik saat dijelaskan tentang sampah-sampah dapat didaur ulang dan tidak didaur ulang,” tuturnya semangat.  Sekarang ia menjadi lebih tahu cara merawat lingkungan agar tidak merusak lapisan ozon. Jika lapisan ozon ini semakin rusak dampaknya cuaca terasa panas seperti pada saat-saat ini.

Sementara itu, Zoe yang membawa sekantong plastik berisi botol air mineral, selembar plastik, kotak kardus, kardus telur dan kertas mengaku senang saat memasukkan ke dalam keranjang.  Ia tidak bingung memasukkan sampah di keranjang yang telah disediakan relawan Tzu Chi karena sudah tertulis jenis sampah di keranjang tersebut.

Lain halnya dengan Xiao Tai Yang yang masih kecil banyak mengalami kebingungan. Mereka bingung memasukkan sampah daur ulang yang dibawa ke dalam keranjang. Oleh karena itu relawan Tzu Chi membantu dan mendampingi anak-anak. Dengan demikian mereka akan bisa membedakan sampah yang bisa didaur ulang atau tidak bisa.

Di akhir acara ini, AA Shijie memandu permainan tentang pelestarian lingkungan. Permainan yang diberikan diharapkan dapat menumbuhkan kebersamaan, keakraban, rasa percaya diri serta berusaha untuk melestarikan bumi kita. Karena untuk menyelamatkan bumi bisa kita mulai dari hal yang sederhana yaitu tidak membuang sampah di sembarang tempat.


Artikel Terkait

Menanamkan Budi Pekerti Sejak Dini

Menanamkan Budi Pekerti Sejak Dini

28 Desember 2016

Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen menanamkan budi pekerti bagi anak-anak sejak usia dini selama setahun dan ditutup dengan acara gathering penutupan kelas pada 4 Desember 2016 di Depo Pelastarian Lingkungan Mandala diikuti sebanyak 33 murid bersama orang tuanya.

Kelas Budi Pekerti: Belajar Peduli Lingkungan Sejak Dini

Kelas Budi Pekerti: Belajar Peduli Lingkungan Sejak Dini

21 September 2022

Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini sedikit berbeda karena dilaksanakan di Pantai Ketam. Setibanya di lokasi, para Da Ai Mama mengajak siswa-siswi memperagakan isyarat tangan berjudul Ren Ren Zuo Huan Bao.

Bersyukur Atas Budi Orang Tua

Bersyukur Atas Budi Orang Tua

11 Mei 2018

Tim pendidikan komunitas Tzu Chi He Qi Utara 1 mengadakan kelas budi pekerti bertema “Bulan Bakti”. Sebanyak 79 anak melakukan prosesi basuh kaki dan persembahan teh kepada orang tua, serta memberikan ungkapan kasih sayang melalui bunga, kartu, dan surat.


Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -