Demi Ajaran Buddha, Demi Semua Mahluk Hidup
Jurnalis : Joliana (He Qi Barat), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara), Metta Wulandari, Teddy Lianto
|
| ||
Dengan mengenakan seragam, celana warna hitam dan baju relawan, semua peserta baik muda maupun tua semua terlihat antusias mengikuti acara pagi ini. Kami semua bergegas masuk ke dalam alur barisan untuk mengikuti kegiatan Chao San ini. Terdengar alunan Sutra Sakyamuni “Namo Ben Shi, Shi Zia Mo Ni Fo” berkumandang, menambah suasana khidmat di pagi hari dengan semilir angin yang lembut membelai wajah. Kegiatan tiga langkah satu sujud (Chao San) ini diadakan setiap setahun sekali pada bulan Mei (bulan Waisak), kami semua para relawan bersama-sama berdoa dengan tulus, semoga dunia damai sejahtera bebas dari bencana. Acara ini pun bertujuan untuk menumbuhkan keyakinan dan kegigihan umat Buddha untuk selalu ingat berjalan di jalan yang benar, dapat merendahkan hati dan menenangkan diri, serta batin yang seimbang, mengingat dan membalas jasa orang tua. Demi agama Buddha dan seluruh mahluk hidup, kita bersama-sama berdoa agar dunia terbebas dari bencana, agar Master Chen Yen selalu sehat sehingga dapat terus membimbing kami melepas kekeruhan noda batin.
Keterangan :
Sebanyak 290 peserta mengikuti upacara tiga langkah satu sujud ini, kebanyakan peserta dari relawan tetapi ada juga masyarakat umum. Masyarakat umum datang ingin mengetahui seperti apa kegiatan Chao San ini dan ada pula yang ikut serta karena diajak oleh teman atau saudara. Terlihat semua peserta dengan khidmat mengikuti ritual ini. Kami mengelilingi satu putaran halaman Aula Jing Si, dengan langkah teratur dan rapi sembari melafal sutra kami semua terus maju melangkah. Semua terlihat tenang, berkonsentrasi tiada yang berkeluh kesah terus bergerak maju dengan tekad di hati. Terlihat dari beberapa peserta adalah para lansia, walau secara fisik terlihat rapuh dan ada keterbatasan tapi dengan ketekunan dan semangat tekad yang kuat mereka mampu mengikuti Chao San sampai selesai. Sungguh pemandangan yang indah dan luar biasa. Mereka adalah contoh teladan bagi kami relawan muda yang harus mempunyai kekuatan tekad terus maju demi agama Budha dan semua mahluk hidup. Setelah melakukan Chao Shan, kami semua diarahkan menuju ruang Fu Hui Ding (Ruang untuk kebaktian) untuk melakukan meditasi (menenangkan diri) selama 5 menit lalu diikuti dengan mendengarkan Lentera Kehidupan (ceramah Master Cheng Yen) dan doa bersama. Tak terasa jam menunjukkan pukul 08.10 kegiatan pun sudah usai. Kami semua keluar dengan tertib dari ruang Fu Hui Ding dengan senyum bahagia, hati tenang dan penuh sukacita. Seperti kata Master Cheng Yen bahwa “Setiap menit dan setiap detik sangatlah berharga karena dalam kehidupan ini, pikiran dan waktu adalah tak terpisahkan, sebersit niat yang timbul pada detik ini mungkin bisa menjadi penuntun kita seumur hidup. Semoga setiap niat yang terbangkitkan bisa membimbing kita kearah yang benar”. | |||
Artikel Terkait
Sentuhan Hati untuk Sumedang
07 Oktober 2016Katarak Tak Menghalangi Kho Kim Kwe Merawat Tiga Anaknya
21 April 2022Meski ditinggal istri pergi entah kemana, Kho Kim Kwe (68) tetap bekerja keras menghidupi tiga anaknya walaupun kedua matanya sudah tidak dapat melihat akibat katarak.