Demi Cucu

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya
 
 

fotoRelawan Tzu Chi Singkawang mendampingi Farida (60) yang baru selesai dioperasi kataraknya. Tujuh tahun lamanya Farida terkena katarak dan karena keterbatasan biaya ia baru bisa dioperasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-71.

”Bapak jangan menunduk, tidak boleh,” tegur Lili Susanti ramah. Mengenakan rompi relawan Tzu Chi, mahasiswi STIE Mulia Singkawang ini mengingatkan Lu Liong Khim, pasien katarak yang baru selesai dioperasi. Lili dengan ditemani temannya, Eko memang bertugas sebagai relawan di bagian obat.

Tugas mereka tidak hanya memberikan obat yang memang sudah dikemas sesuai dengan kebutuhan pasien pascaoperasi katarak, namun mereka juga harus menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan pasien setelah dioperasi katarak, seperti tidak menggosok-gosok mata yang dioperasi, menghindari asap dan debu, tidak boleh menundukkan kepala  selama 2 minggu, dan tidak boleh mengangkat beban melebihi 10 kg selama 1 bulan. ”Bapak juga kalau terkena batuk harus segera berobat ya,” kata Eko dalam bahasa Mandarin. Lu Liong Khim yang ditemani anaknya pun mengangguk pelan. Mayoritas pasien yang berusia lanjut ini memang menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa percakapan sehari-hari. ”Kita menerangkannya juga dalam bahasa Mandarin,” jelas Lili.

Kehadiran Lili dan Eko serta 10 rekan kuliahnya ini memang sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-71 yang dilaksanakan di Rumah Sakit Tentara Singkawang, Kalimantan Barat. ”Sebagai anak muda, kita yang memiliki waktu dan tenaga, harus disalurkan untuk dapat menolong orang lain,” terang Lili, tentang alasannya menjadi relawan Tzu Chi kali ini. Sementara Eko mengaku bahagia bisa membantu orang lain.

Data pasien yang tercatat berhasil dioperasi pada tanggal 29 Oktober 2010 adalah sebanyak 67 pasien. Meski baru resmi dimulai pada tanggal 30 Oktober 2010, namun proses operasi sudah dimulai sejak pukul 13.00 WIB hari sebelumnya. Sebanyak 27 orang dokter dan perawat yang datang dari Jakarta, setibanya di Singkawang – lokasi baksos kesehatan – langsung melakukan operasi.

foto  foto

Keterangan :

  • Samsuri (67), suami Farida tengah mendapatkan penjelasan dari Eko, relawan Tzu Chi Singkawang tentang pemakaian obat dan hal-hal yang belum boleh dilakukan pascaoperasi. (kiri)
  • Sebanyak 27 orang dokter dan perawat yang datang dari Jakarta, setibanya di Singkawang – lokasi baksos kesehatan – pukul 13.00 WIB langsung melakukan operasi di RS Detasemen Kesehatan Tentara (DKT) Singkawang. (kanan)

Tujuh Tahun Katarak
Wajah Samsuri tampak cerah saat melihat istrinya, Farida, keluar dari ruang operasi. Pria berumur 67 tahun ini tak kuasa menahan rasa bahagianya melihat Farida (60) yang telah 7 tahun menderita katarak akhirnya bisa dioperasi. Selama ini Farida tak berani memeriksakan diri ke dokter maupun rumah sakit. ”Kami takut nggak ada uang,” kata Farida dan diamini Samsuri.

Sebagai purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Sersan Satu, sebenarnya bisa saja Samsuri menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk menabung biaya berobat istrinya, tetapi hal itu tidak mereka lakukan karena mereka harus menanggung 2 cucu dari putri keduanya yang meninggal dunia. ”Makanya kehidupan kami cukup berat, kami harus memikirkan kehidupan dan masa depan cucu kami,” ungkap Samsuri. Putri kedua mereka, Sri Wahyuni, meninggal dunia karena terkena leukimia. ”Suaminya sekarang nggak tahu kemana? Jadi kami yang merawat anak-anaknya,” terang Farida getir.

Menikah pada tahun 1968, Samsuri yang asal Jawa Timur dan Farida warga asli Singkawang dikaruniai 4 orang anak: Nanik Susilawati, Sri Wahyuni (alm), Urip Santoso, dan Bari-Bariyanti (alm).  Dari 4 orang anak, 2 orang meninggal dunia, Sri Wahyuni dan Baribariyanti. Keduanya meninggal akibat terkena kanker: darah (leukimia) dan kelenjar. Sejak Sri wafat, maka kehidupan Nurul Anjani (11) dan Ria Dwi Nur Azizah (8) menjadi tanggung jawab kakek dan neneknya. Dua anak lainnya masing-masing telah berumah tangga dan mengurusi keluarganya masing-masing. ”Sakitnya berat, kami tidak punya biaya untuk berobat,” ungkap Samsuri. Meski begitu, Samsuri dan Farida bisa menerima takdir yang menimpa kedua anaknya tersebut.

foto  foto

Keterangan :

  • Lili Susanti, dan 11 Mahasiswi STIE Mulia Singkawang turut berpartisipasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-71 yang dilaksanakan pada tanggal 29-30 Oktober 2010 di RS DKT Singkawang, Kalimantan Barat. (kiri)
  • Tim Medis Tzu Chi yang memang sudah berpengalaman mengadakan baksos di luar kota dengan cepat dapat beradaptasi dan bekerja di lingkungan rumah sakit yang baru. (kanan)

Bersyukur
Karena keterbatasan biaya, Farida pun tak menyia-nyiakan kesempatan saat mendengar akan adanya Baksos Kesehatan Tzu Chi di Singkawang. Informasi ini ia peroleh dari kakaknya. ”Begitu dikasih tahu langsung saya daftarkan,” kata Samsuri bersemangat. Setelah 7 tahun tidak dapat melihat dengan jelas, akhirnya pada Jumat, 29 Oktober 2010, mata kanan Farida pun berhasil dioperasi. ”Mata saya harus            pulih (sehat -red), soalnya saya masih punya tanggunggan cucu. Kalau mata saya nggak awas, gimana bisa merawat dan memperhatikan mereka,” ungkap Farida, ”kami dititipin cucu, jadi kami harus memikirkan masa depan mereka.”

Dengan uang pensiunannya, Samsuri harus dapat menghidupi istri dan kedua cucunya. Jangankan untuk berobat, untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari saja ia dan istri harus pandai-pandai mengatur pengeluaran agar mencukupi kebutuhan. ”Makanya kami bersyukur sekali ada yayasan (Tzu Chi) yang mengadakan baksos seperti ini,” ungkap Samsuri. ”Masih ada orang yang peduli,” sambung Farida yang terharu dengan pelayanan yang diberikan oleh para tim medis Tzu Chi dan juga relawan. ”Bagus, tidak memandang suku, ras, agama, dan golongan, semua yang butuh bantuan dibantu,” kata Samsuri.  ”Walaupun gratis, tetapi penanganan dan pelayanannya sangat baik,” puji Farida.

  
 

Artikel Terkait

Tzu Chi Bersama Pemprov DKI Jakarta Bantu Korban Gempa Cianjur

Tzu Chi Bersama Pemprov DKI Jakarta Bantu Korban Gempa Cianjur

15 Desember 2022
Bantuan bagi korban gempa di Cianjur terus dilakukan oleh Tzu Chi Indonesia. Kali ini, Tzu Chi bersama Pemprov DKI Jakarta mengirimkan 6 ribu karung beras (@ 5 Kg) dan 1.500 dus Mi DAAI kepada Pemkab Cianjur. 
Mengenggam Jalinan Jodoh

Mengenggam Jalinan Jodoh

07 November 2013 Demi tercapainya tujuan tersebut, mengadakan pelatihan relawan baru secara rutin merupakan salah satu upaya yang penting. Melalui pelatihan rutin, diharapkan para peserta akan semakin mengerti tentang Tzu Chi beserta misi-misinya.
Doa Jutaan Insan dalam Suasana yang Berbeda

Doa Jutaan Insan dalam Suasana yang Berbeda

12 Mei 2020

Peringatan tiga hari besar; Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia pada Minggu 10 Mei 2020 berlangsung dalam suasana yang berbeda dari biasanya. Karena wabah virus corona, peringatan tiga hari besar ini pun dilakukan secara Live Streaming di media sosial (YouTube, Facebook, dan Instagram Tzu Chi Indonesia).

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -