Demi Kelestarian Bumi
Jurnalis : Suyanti Tjiawi (He Qi Utara), Fotografer : Suyanti Tjiawi (He Qi Utara)Setiap minggu secara rutin relawan dari He Qi Utara melakukan pemilahan sampah daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara. |
| |
Bersahabat dengan Alam Menciptakan Kehidupan Bebas Bencana Di setiap ceramahnya (Lentera Kehidupan), Master Cheng Yen, selalu berpesan “Lai Bu Ji” (tidak ada waktu lagi). Master Cheng Yen melihat bahwa tidak ada waktu lagi, bencana terus menerus terjadi di belahan dunia, bencana tak terhindari, sudah tidak mengenal alam lagi dan alam sudah tidak bersahabat dengan manusia. Bila bencana terus terjadi, dunia ini akan segera mengalami kehancuran. Menyikapi bencana ini, para insan Tzu Chi giat melaksanakan pemilahan daur ulang sampah. Setiap minggu pagi, setiap relawan di wiayah He Qi Utara mendapat giliran memilah sampah di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Muara Karang, Jakarta Utara. Membangkitkan Kepedulian Lingkungan Pagi yang subuh, saya telah menyelami “Dharma Pertobatan Air Samadhi Penuh Welas Asih” pada kegiatan Gong Xiu di lantai 2 Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang. Dharma ini menciptakan batin yang tenang dan hati yang damai. Dengan penuh semangat saya mendekati Agus Yatim Shixiong untuk menanyakan pemilahan sampah, dimulai dari mana? Ia pun menjawab, “Shijie, tolong rapikan koran bekas ini, ditumpuk tinggi, diikat rapi baru disisikan di sebelah tumpukan koran ini ya,” jelas Agus Shixiong.
Keterangan :
Beberapa menit berlalu, muncul Yopie Shixiong bersama 5 relawan dari Pademangan lainnya. Mereka mulai memilah botol-botol kemasan, menginjak botol-botol tersebut dan memasukannya ke dalam karung besar. Sedangkan Aqun Shixiong, mencoba menggepengkan kaleng minuman. Ini merupakan hal yang pertama kali dilakukan. Ia tidak putus asa, terus mencoba mengggepengkan kaleng tersebut. “Saya sudah 2 tahun bekerja di depo ini, banyak sekali hikmah yang saya petik. Orang-orang tidak hanya membuang sampah yang terlihat (sampah fisik), yaitu sampah yang mudah dikerjakan, tetapi juga relawan membuang sampah yang tak terlihat (sampah batin) di depo pelestarian lingkungan ini,” jelas Agus Shixiong. Ia juga mengajak relawan agar melakukan kegiatan daur ulang ini harus dengan perasaan yang selalu gembira, tidak boleh tegang, dan mengolah sampah batin ini dengan penuh kesabaran, tulus, ikhlas dan tekun dan akan membentuk karakter dalam diri. Pada saat merapikan, menyusun dan menata koran, atau memilah kertas, kita dapat berpikir cara menata diri dan membersihkan hati manusia. “Di samping itu, jangan ragu-ragu, jangan menganggap datang ke depo adalah untuk bekerja, kita harus banyak latihan dan menjadikan depo sebagai ladang amal pahala kita untuk memperbaiki diri, memperbaiki hati terutama membuang sampah batin,” tambah Agus Shixiong. Tidak Ada Kata Terlambat Seperti biasa, Agus Shixiong, selalu menjamu relawan di depo daur ulang dengan teh cinta kasih dan kopi cinta kasih. Pada pukul 09.15 WIB, yopie Shixiong mengajak relawan istirahat menikmati minuman dan makanan kecil. Dengan tenaga relawan yang sedikit tidak mengurangi semangat melakukan daur ulang ini. Seperti kata Master Cheng Yen, “Sertakan saya dalam perbuatan baik, jangan libatkan saya dalam perbuatan jahat.” “Saya belajar dan baru tahu kalau kaleng minuman itu harus digepengkan dengan menggunakan alat yang cukup sederhana, kertas yang berwarna harus dipisahkan dengan kertas putih yang harganya lebih mahal. Terlihat jelas bahwa banyak sekali masyarakat tergerak hatinya untuk menyumbangkan kardus, kertas, buku bekas, koran, kaleng minuman, botol kemasan ke depo ini,” kata Indrawati Shijie, relawan Tzu Chi. Indrawati Shijie turut bergembira bahwa tumpukan sampah “emas” ini akan segera menjadi uang untuk digunakan membantu orang-orang yang membutuhkan. “Saya berharap akan lebih banyak relawan yang melakukan kegiatan daur ulang dengan hati. Perlu dilakukan sosialisasi di setiap lingkungan masyarakat, dan sekolah-sekolah bahwa tidak hanya mengumpulkan sampah, tetapi mencoba mengurangi membuat sampah dan pentingnya melestarikan lingkungan,” jelas Indrawati Shijie. Menciptakan sebuah dunia yang bersih, misi pelestarian lingkungan harus menjadi jejak langkah insan Tzu Chi, dan dapat menginspirasikan masyarakat bersama-sama menyelamatkan dunia bebas dari segala bencana. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, saatnya istirahat makan siang. Relawan yang berjumlah 17 orang ini dengan gembira mulai bangkit dari tempat duduknya, menggerakkan tubuhnya serta membersihkan tangan sebelum menikmati makan siang. “Gan en Shixiong Shijie, jangan menjadi beban melakukan daur ulang, datang lagi ya.” pamit penulis kepada insan Tzu Chi.
|