Demi Kelestarian Bumi

Jurnalis : Suyanti Tjiawi (He Qi Utara), Fotografer : Suyanti Tjiawi (He Qi Utara)

fotoSetiap minggu secara rutin relawan dari He Qi Utara melakukan pemilahan sampah daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara.

 

Untuk menghasilkan setiap 32 botol kemasan, dibutuhkan 1 liter minyak bumi. Bila kita membuang sia-sia botol kemasan maka sejumlah 37.500 liter minyak bumi akan terbuang percuma setiap bulannya. Dengan mendaur ulang botol kemasan, maka kita akan menghemat 50 % sumber energi, mengurangi 90 % sampah buangan, mengurangi 60 % polusi udara, dan mengurangi 20 % pencemaran air.

 

Bersahabat dengan  Alam Menciptakan Kehidupan Bebas Bencana
Sampah dalam hitungan detik dapat kita temukan dimana saja. Sampah ini merupakan aktivitas hasil produksi pembuangan limbah dari industri pabrik, hotel, restoran, rumah tangga, perkantoran maupun pusat pembelanjaan dan konsumsi masyarakat lainnya. Kuantitas sampah yang semakin bertambah telah menjadi masalah serius bagi lingkungan. Hal ini membutuhkan kesadaran yang tinggi dari setiap insan masyarakat sekitar dalam menyikapi bertambahnya sampah yang dapat menciptakan peningkatan pemanasan global di dunia.

Di setiap ceramahnya (Lentera Kehidupan), Master Cheng Yen, selalu berpesan “Lai Bu Ji” (tidak ada waktu lagi). Master Cheng Yen melihat bahwa tidak ada waktu lagi, bencana terus menerus terjadi di belahan dunia, bencana tak terhindari, sudah tidak mengenal alam lagi dan alam sudah tidak bersahabat dengan manusia. Bila bencana terus terjadi, dunia ini akan segera mengalami kehancuran. Menyikapi bencana ini, para insan Tzu Chi giat melaksanakan pemilahan daur ulang sampah. Setiap minggu pagi, setiap relawan di wiayah He Qi Utara mendapat giliran memilah sampah di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Muara Karang, Jakarta Utara.

Membangkitkan Kepedulian Lingkungan
Di hari Minggu yang cerah, sinar matahari mulai menyengat. Waktu telah menunjukan pukul 08.00 WIB. Pada tanggal 10 Juli 2011 di depo pelestarian lingkungan Muara Karang terlihat sepi dan hanya ada 6 relawan. Hal ini karena sebagian relawan menghadiri acara Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Walaupun begitu situasinya, hal ini tidak membuat saya patah arang.

Pagi yang subuh, saya telah menyelami “Dharma Pertobatan Air Samadhi Penuh Welas Asih” pada kegiatan Gong Xiu di lantai 2 Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang. Dharma ini menciptakan batin yang tenang dan hati yang damai. Dengan penuh semangat saya mendekati Agus Yatim Shixiong untuk menanyakan pemilahan sampah, dimulai dari mana? Ia pun menjawab, “Shijie, tolong rapikan koran bekas ini, ditumpuk tinggi, diikat rapi baru disisikan di sebelah tumpukan koran ini ya,” jelas Agus Shixiong.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan memilah sampah dan mendaur ulang kembali sampah tersebut maka setiap orang dapat menghemat sumber daya alam. (kiri)
  • Kuantitas sampah yang semakin bertambah telah menjadi masalah serius bagi lingkungan. Hal ini membutuhkan kesadaran yang tinggi dari setiap orang untuk menyikapinya.(kanan)

Beberapa menit berlalu, muncul Yopie Shixiong bersama 5 relawan dari Pademangan lainnya. Mereka mulai memilah botol-botol kemasan, menginjak botol-botol tersebut dan memasukannya ke dalam karung besar.  Sedangkan Aqun Shixiong, mencoba menggepengkan kaleng minuman. Ini merupakan hal yang pertama kali dilakukan. Ia tidak putus asa, terus mencoba mengggepengkan kaleng tersebut. “Saya sudah 2 tahun bekerja di depo ini, banyak sekali hikmah yang saya petik. Orang-orang tidak hanya membuang sampah yang terlihat (sampah fisik), yaitu sampah yang mudah dikerjakan, tetapi juga relawan membuang sampah yang tak terlihat (sampah batin) di depo pelestarian lingkungan ini,” jelas Agus Shixiong.

Ia juga mengajak relawan agar melakukan kegiatan daur ulang ini harus dengan perasaan yang selalu gembira, tidak boleh tegang, dan mengolah sampah batin ini dengan penuh kesabaran, tulus, ikhlas dan tekun dan akan membentuk karakter dalam diri. Pada saat merapikan, menyusun dan menata koran, atau memilah kertas, kita dapat berpikir cara menata diri dan membersihkan hati manusia. “Di samping itu, jangan ragu-ragu, jangan menganggap datang ke depo adalah untuk bekerja, kita harus banyak latihan dan menjadikan depo sebagai ladang amal pahala kita untuk memperbaiki diri, memperbaiki hati terutama membuang sampah batin,” tambah Agus Shixiong.

Tidak Ada Kata Terlambat
Berbeda dengan Linawati Shijie, mengenal dunia Tzu Chi saat melihat seragam relawan. Sejak kecil, Linawati telah memiliki jiwa sosial dan suka menolong orang lain. Di bulan Februari 2011, ia mendengar ada pendaftaran relawan dan Linawati pun segera datang ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi di  Gedung ITC Mangga dua Lt. 6 Jakarta. Ia menghadapi kesulitan saat menemukan Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Saat tiba di kantor, acara sosialisasi sudah berjalan setengah jam, ia sangat sedih, ia hanya meninggalkan data pribadinya dalam form pendaftaran relawan. Kegiatan daur ulang ini di depo ini adalah yang pertama kali ia kerjakan.  Ia bercerita, di masa mudanya tidak ada kegiatan sosial seperti ini. Di usia yang manula ini, ia baru berjodoh, bersumbangsih menolong sesamanya dengan berdana tenaga. Baginya ladang berkah di Tzu Chi adalah ladang pelatihan diri dan mengubah sifat buruknya.

Seperti biasa, Agus Shixiong, selalu menjamu relawan di depo daur ulang dengan teh cinta kasih dan kopi cinta kasih. Pada pukul 09.15 WIB, yopie Shixiong mengajak relawan istirahat menikmati minuman dan makanan kecil. Dengan tenaga relawan yang sedikit tidak mengurangi semangat melakukan daur ulang ini. Seperti kata Master Cheng Yen, “Sertakan saya dalam perbuatan baik, jangan libatkan saya dalam perbuatan jahat.” “Saya belajar dan baru tahu kalau kaleng minuman itu harus digepengkan dengan menggunakan alat yang cukup sederhana, kertas yang berwarna harus dipisahkan dengan kertas putih yang harganya lebih mahal. Terlihat jelas bahwa banyak sekali masyarakat tergerak hatinya untuk menyumbangkan kardus, kertas, buku bekas, koran, kaleng minuman, botol kemasan ke depo ini,” kata Indrawati Shijie, relawan Tzu Chi.

Indrawati Shijie turut bergembira bahwa tumpukan sampah “emas” ini akan segera menjadi uang untuk digunakan membantu orang-orang yang membutuhkan. “Saya berharap akan lebih banyak relawan yang melakukan kegiatan daur ulang dengan hati. Perlu dilakukan sosialisasi di setiap lingkungan masyarakat, dan sekolah-sekolah bahwa tidak hanya mengumpulkan sampah, tetapi mencoba mengurangi membuat sampah  dan pentingnya melestarikan lingkungan,” jelas Indrawati Shijie. 

Menciptakan sebuah dunia yang bersih, misi pelestarian lingkungan harus menjadi jejak langkah insan Tzu Chi, dan dapat menginspirasikan masyarakat bersama-sama menyelamatkan dunia bebas dari segala bencana. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, saatnya istirahat makan siang. Relawan yang berjumlah 17 orang ini dengan gembira mulai bangkit dari tempat duduknya, menggerakkan tubuhnya serta membersihkan tangan sebelum menikmati makan siang.  “Gan en Shixiong Shijie, jangan menjadi beban melakukan daur ulang, datang lagi ya.” pamit penulis kepada insan Tzu Chi.

 


Artikel Terkait

Doa untuk Rumah Insan Tzu Chi Indonesia

Doa untuk Rumah Insan Tzu Chi Indonesia

03 Februari 2010
“Semen untuk bangun Aula Jing Si,” katanya polos. Tak hanya berkata-kata, ia pun menunjukkan letak Aula Jing Si kepada saya. “Kenapa mau bantu Tzu Chi?” tanya saya lagi. “Senang karena Tzu Chi itu suka bantuin orang,” katanya singkat. 
Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

17 April 2013 Bayangkan jika kita sendiri atau ada anggota keluarga kita yang menderita katarak dan kesulitan dalam mendapatkan akses pengobatan, seperti yang dialami oleh Samuti (72), salah satu pasien baksos operasi katarak yang mulai terganggu penglihatannya sejak 2 tahun yang lalu.
Masyarakat Sehat, Negara Kuat

Masyarakat Sehat, Negara Kuat

05 November 2009
Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan bekerja sama dengan TNI melaksanakan kegiatan bakti sosial kesehatan dalam rangka memperingati HUT TNI ke-64 pada Sabtu, 17 Oktober 2009.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -