Dharma dalam Budaya

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando, Himawan Susanto
 
 

foto Para hadirin seketika tertegun saat mendengarkan sharing yang disampaikan oleh Dessy dan Hasan Basri usai pementasan drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak. "Segeralah berbakti sebelum terlambat," itulah pesan yang disampaikan oleh Dessy.

“Selamat tahun baru dan terima kasih kepada para hadirin yang telah datang dalam acara ini,” demikian kata pembuka dari Wen Yu Shijie, pembawa acara Pemberkahan Akhir Tahun Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia 2010. Pemberkahan yang dihadiri ribuan hadirin itu diadakan pada hari Sabtu, 29 Januari 2011 bertempat di JITEC Lt 8, Mangga Dua Square, Jakarta. Sebagai pembuka, para hadirin disuguhkan isyarat tangan “Bumi yang Berwarna Biru” dibawakan oleh siswa-siswi Sekolah Dasar Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.

 

Mengembangkan Pelestarian Lingkungan
Untuk makin mempertegas tema pemberkahan kali ini yang mengenai pelestarian lingkungan, maka sebuah tayangan tentang sampah di Bantar Gebang juga disuguhkan. Dalam tayangan singkat tersebut, dikisahkan bagaimana akhir dari perjalanan sampah yang kebanyakan dihasilkan oleh penduduk Jakarta. Usai tayangan, relawan Tzu Chi dari Tangerang juga tidak mau ketinggalan. Saat itu mereka membawakan sebuah drama pendek berjudul “Setiap orang melakukan pelestarian lingkungan” dan pameran produk-produk dari Da Ai Technology berupa pakaian, kemeja, baju, dan celana yang dihasilkan dari daur ulang botol plastik bekas air mineral.

Selesai dengan pertunjukkan Da Ai Technology, hadirin kembali disuguhi tayangan kilas balik kegiatan Tzu Chi di tahun 2010. Dalam tayangan ini, para hadirin dapat melihat berbagai kegiatan Tzu Chi dari awal hingga akhir tahun, salah satunya kegiatan tanggap darurat Tzu Chi saat Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus hebat. Usai tayangan itu, para hadirin disuguhi sebuah drama musikal yang tidak biasa. Dikatakan tidak biasa karena drama musikal ini berjudul Sutra Bakti Seorang Anak.

Dalam pementasan drama yang berdurasi sekitar 60 menit ini tidak sedikit para hadirin yang terharu dan kemudian menitikkan air mata. Salah satunya adalah Lim Fung Ing dari Cawang Kapling, Jatinegara. Ia datang ke JITEC karena anaknya Deni Winata mengajaknya untuk ikut. Awalnya Lim Fung Ing hanya mengetahui bahwa acara ini adalah dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek. Ia tidak mengetahui jika ada pementasan drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Saat menyaksikan drama musikal tersebut ia menjadi terharu. “Kalau begini jadi inget mama dan papa (keduanya sudah tiada). Sembahyang terus ya agar tetap berbakti,” ujarnya memberikan kesan. Saat itu, ia pun berharap putranya Deni Winata dapat lebih hormat kepada orang tua. Sebuah permohonan yang sepertinya akan coba dijalankan oleh Deni. “Ya, kurang lebih di coba lah,” pungkas Deni.

 

foto   foto

Keterangan :

  • Suster Andreas Lemmers melihat pementasan Drama Musikal Isyarat Tangan Sutra Bakti Seorang Anak kali ini berbeda karena dibawakan oleh anak-anak muda yang memang saat ini memerlukan panduan moral yang baik, khususnya ajaran tentang berbakti kepada orang tua. (kiri)
  • "Tzu Chi itu melakukan karya nyata cinta kasih dan kasih sayang tidak hanya sebatas anjuran. Tidak hanya dikemas dalam sajian budaya yang baik tetapi juga dibuktikan dalam karya nyata yang bisa dirasakan semua umat beragama," demikian kata bikkhu Pannavaro Mahathera. (kanan)

Orang Tua Tetap yang Utama
Kesan yang sama juga dirasakan oleh Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta yang turut hadir menyaksikan drama musikal ini. “Drama musikal ini memberikan kesan sendiri. Kesan yang begitu mendalam karena tadi kita mendengar berbagai cerita mengenai perlunya kita menghormati orang tua. Saya kira dalam setiap ajaran apapun kita paham bahwa keberadaan kita tidak bisa dilepaskan dari keberadaan orang tua kita. Sukses kita banyak disebabkan oleh karena orang tua kita,” kata Fauzi Bowo.

Fauzi juga mengatakan ia bisa berdiri di panggung ini (menjadi gubernur DKI-red) juga karena jasa, kerja keras, dan peran serta orang tua. “Saya tidak akan pernah melupakan orang tua saya, kapan dan sampai kapan pun. Orang tua telah begitu banyak memberikan dorongan, motivasi, serta begitu banyak fasilitas kepada kita semua, hingga kita bisa menjadi seperti sekarang ini. Demikian pula saya yakin dengan seluruh hadirin yang hadir saat ini,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, Fauzi juga mengucapkan terima kasih kepada Tzu Chi yang telah mensosialisasikan nilai-nilai yang sangat mendalam, dan juga kepada para dermawan di Tzu Chi. “Tzu Chi telah membuktikan sumbangan yang didapat telah dirasakan oleh begitu banyak orang, tidak hanya di Jakarta namun juga di seluruh tanah air,” pungkasnya.

Kesan Para Pemuka Agama
Dalam pemberkahan ini tampak hadir juga Bhiksu Pannavaro Mahathera. Dalam wawancara seusai pementasan, Bhiksu Pannavaro mengatakan bahwa pementasan drama musikal ini sangat efektif, mengajarkan moraliltas melalui media seni dan budaya. Karena seni dan budaya itu menyentuh emosi dan nurani setiap orang. “Akan berbeda kalau ajaran itu disampaikan lewat ceramah dan seminar. Hanya intelektual yang bekerja emosi justru diabaikan. Tetapi kalau moralitas atau ajakan untuk berperilaku baik itu disampaikan dengan bahasa budaya dan bahasa seni maka menyentuh nurani. Karena menyentuh nurani serta menyentuh emosi maka sulit dilupakan. Ya dampaknya tidak akan begitu saja dilupakan,” jelasnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Lim Fung Ing (berbaju hijau) berharap anaknya, Deni Winata (berkacamata) dapat lebih berbakti kepadanya usai menyaksikan Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak. (kiri)
  • Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tampak sedang memberikan penghargaan kepada para komite kehormatan Tzu Chi yang baru saja dilantik. (kanan)

Bikkhu Pannavaro juga mengatakan ia melihat Tzu Chi itu melakukan karya nyata cinta kasih dan kasih sayang tidak hanya sebatas anjuran. Tidak hanya dikemas dalam sajian budaya yang baik tetapi juga dibuktikan dalam karya nyata yang bisa dirasakan semua umat beragama. Itulah inti dari Dharma Buddha, bahwa cinta kasih itu untuk semua bahkan jika kita bisa melakukan cinta kasih untuk semua pun kita jangan merasa bangga. ”Kebanggaan melakukan sesuatu yang tulus itu juga kekotoran batin,” pesannya. Saat itu, Bikkhu Pannavaro juga berharap, “Tzu Chi ke depan maju terus, harus dijaga ketulusan dalam melakukan kebajikan dan mengajak sebanyak mungkin orang melakukan kebajikan.”

Selain pemuka agama Buddha, tampak hadir pula Suster Andreas Lemmerrs dari Yayasan Sinar Pelangi Jatibening. Jika 3 tahun yang lalu ia turut ambil bagian dalam drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak, untuk yang kali ini ia berperan sebagai penonton semata. Berikut ini adalah kesan-kesannya seusai menyaksikan drama musikal tersebut. “Yang membedakan Sutra Bakti Seorang Anak saat ini dengan 3 tahun yang lalu adalah saat ini pertunjukkan dilakukan oleh begitu banyak anak-anak muda. Saya melihat ada kemajuan besar di Tzu Chi. Mereka bisa mempengaruhi dengan karya dan perbuatan yang nyata, sehingga bisa menggugah anak-anak sekolah dan remaja. Itu yang paling penting,” katanya.

Beliau menambahkan, “Kegiatan ini sangat baik, terutama karena orang-orang muda saat ini (maaf) menurun moralitasnya di dunia. Mereka tahu di dalam hati namun tidak dilakukan di perilaku sehari-hari. Segelintir anak muda saja yang masih mempraktikkan perilaku baik. Maka sering-seringlah pementasan drama ini dilakukan agar semakin banyak orang yang sadar,” pesan Suster Andreas yang begitu peduli terhadap anak-anak penyandang cacat fisik ini.

Sementara itu, pemuka agama Buddha lainnya, Thengchok Rinpoche yang diwakili oleh Lama Jigme dalam bahasa Inggris mengatakan bahwa pertunjukan itu bagus sekali karena memang Dharma Buddha tidak hanya bisa didapatkan dari meditasi atau upacara saja namun juga dari pertunjukan seperti ini. Apalagi dalam acara ini juga setiap orang dianjurkan untuk peduli kepada lingkungan. Maka ia pun berpesan, “Para hadirin seharusnya meresapi setiap makna yang terkandung di dalamnya dan melakukan hal tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.”

  
 

Artikel Terkait

Selalu Ada Cinta Kasih untuk Semua

Selalu Ada Cinta Kasih untuk Semua

01 Juli 2016 Sabtu 25 Juni 2016, 74 relawan berkumpul di Sekolah Al Mutaqin, Kapuk Muara untuk melakukan pembagian kupon bingkisan bagi lansia.
Rumah Baru Insan Tzu Chi Lampung

Rumah Baru Insan Tzu Chi Lampung

13 Juni 2022

Minggu, 12 Juni 2022 menjadi hari istimewa bagi relawan Tzu Chi Lampung dan seluruh relawan Tzu Chi Indonesia karena hari ini adalah hari Peresmian Kantor Penghubung Tzu Chi Lampung. Suasana bahagia meliputi seluruh relawan yang hadir di kantor baru Tzu Chi Lampung.

Berbagi Bacang Cinta Kasih

Berbagi Bacang Cinta Kasih

23 Juni 2011
Minggu 5 Juni 2011 ini bertepatan dengan perayaan Hari Bacang sehingga membuat kegiatan kunjungan kasih ini menjadi tampak berbeda dari biasanya karena para relawan membagikan bacang yang telah mereka buat kepada para Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi).
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -