Dharma Dalam Tindakan Nyata
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)Wie Sioeng Jong memberikan sharing tentang Misi Amal Tzu Chi pada Pelatihan ke-4 Relawan Abu Putih tahun 2016 yang diadakan pada tanggal 11 September 2016.
Pada hari Minggu, 11 September 2016, relawan Tzu Chi He Qi Pusat kembali berkumpul di kantor Tzu Chi yang terletak di Gedung ITC Mangga Dua lantai 6, Jakarta Pusat menjadi tempat berlangsungnya pelaksanaan Pelatihan ke-4 Relawan Abu Putih tahun 2016. Pelatihan diikuti oleh 33 relawan berseragam abu putih maupun relawan kembang dari wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang bersama 58 relawan Tzu Chi He Qi Pusat. Pelatihan ini mengusung tema “Mendalami dan Menjalani Misi Amal Tzu Chi”, dengan tujuan untuk mengajak insan Tzu Chi berani mengemban tanggung jawab di Tzu Chi.
Mengawali pelatihan, terlebih dahulu melakukan penghormatan kepada Master Cheng Yen dilanjutkan dengan menyanyikan Mars Tzu Chi, dan pembacaan 10 sila Tzu Chi. Metasari membuka acara pelatihan ini sambil memperkenalkan relawan dari masing-masing Hu Ai yang ikut dalam pelatihan.
Pelatihan diikuti oleh 33 relawan berseragam abu putih maupun relawan kembang dari wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang bersama 58 relawan Tzu Chi He Qi Pusat.
Inilah Misi Amal Tzu Chi, Inilah Kisah Saya
Misi Amal adalah akar dari Tzu Chi, sepuluh tahun pertama Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi pada 14 Mei 1966 yang dimulai dari 30 orang ibu rumah tangga yang menyisihkan lima sen uang belanja setiap hari ke dalam celengan bambu. Inilah suatu keteladanan dari relawan senior dan seorang guru, Master Cheng Yen. Dalam Misi Amal Tzu Chi, sepuluh tahun pertama pada awal Tzu Chi Master Cheng Yen melakukan survei kasus, kunjungan kasih, kunjungan pasien di rumah sakit. Master mengajarkan kepada orang yang mampu untuk memberi bantuan kepada orang yang kurang mampu, membimbing orang yang kurang mampu menjadi orang yang mampu membantu orang lain sesuai dengan kemampuannya.
Dalam pelatihan ini, Wie Sioeng Jong (47), ingin membagikan pengalaman menjalani maupun mendampingi pasien dalam misi amal. Setiap kasus beda dalam penanganan dan pemahaman, walaupun penyakitnya sama tetapi latar belakang keluarga beda, latar belakang ekonomi berbeda. Dalam menjalankan misi amal, relawan harus memahami, mendalami apa yang harus akan dilakukan untuk mencari solusi dari masalah pemohon bantuan. “Kita harus bersatu dalam hati, bersatu dalam pikiran, untuk mengerti visi, mengerti makna kehidupan kita, keteladanan dalam menjalankan misi, terutama misi amal,” jelas Wie Sioeng Jong, koordinator Misi Amal He Xin Indonesia. Ia menambahkan bahwa dalam menjalankan misi amal, kita harus mengerti Dharma sesungguhnya, keinginan Master Cheng Yen kepada relawan Tzu Chi untuk memahami Dharma dalam tindakan nyata, memahami bahwa kita sedang melatih diri di Tzu Chi.
Pada pertengahan tahun 2008 adalah titik balik Wie Sioeng Jong menjalankan misi amal Tzu Chi. “Misi amal Tzu Chi berarti menjalankan makna kehidupan, melihat penderitaan orang lain sehingga timbul dalam diri kita untuk memiliki rasa syukur, rasa hormat, dan rasa cinta pada kehidupan kita dan kehidupan orang lain. Misi Amal juga merupakan akar kekuatan Dharma, akar dari semangat insan Tzu Chi. Bila akar kita kuat maka kita tidak akan mudah terluka, kita tidak akan mudah lelah. Setiap manusia pasti bisa terluka, setiap manusia pasti bisa lelah, tetapi kita bisa dengan cepat membangkitkan semangat kita menjalankan misi amal Tzu Chi,” ucapnya.
Keinginan Bersumbangsih Bagi Semua Orang
Dewi Emilia Bahry (tengah) turut mengikuti kegiatan pelatihan ini untuk mengenal lebih dekat Tzu Chi.
Keingintahuan Dewi Emilia Bahry (23) tentang Tzu Chi dan ajakan temannya yang pernah ikut dalam kegiatan Tzu Chi telah membawanya ikut serta dalam follow up pertama bakti sosial kesehatan degeneratif di Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Ia merasa senang dapat berkontribusi dalam kegiatan sosial ini untuk melihat senyuman para pasien usia senja. Kebahagiaan ini juga mengingatkannya untuk memberikan perhatiaan kepada orang-orang terdekatnya terutama orang tuanya. Baginya bila ia bisa memberikan curahan hati kepada orang luar maka ia juga harus lebih memberikan perhatian ke orang-orang terdekatnya. “Seperti yang dijelaskan Wie Sioeng Jong telah membuka mata hati saya. Segala peliknya kehidupan pastilah ada solusi penyelesaian bila disertai tekad (niat) yang tulus. Setiap orang bisa menjalankan misi amal dengan keteguhan hati. Tidak selamanya materi yang menyelesaikan masalah tetapi keteguhan hati kita. Kita harus memiliki semangat cepat, tepat dan langsung dalam menjalankan misi amal,” tutur Dewi Emilia Bahry, relawan kembang asal Depok.
Johannes Subagio (tengah) senang bisa turut serta menyalurkan cinta kasih untuk membantu semua orang yang membutuhkan.
Rasa bahagia juga dirasakan oleh Johannes Subagio (35), relawan asal Tebet, seorang aktivis (volunteer) lingkungan. Kegemarannya menonton DAAI TV dan keinginan menyalurkan jiwa kemanusiaan mengantarnya untuk bergabung di Tzu Chi melalui website “indorelawan.org”. Selain itu, ia senang bisa turut serta menyalurkan cinta kasih untuk membantu semua orang yang membutuhkan karena bantuan tidak hanya dalam bentuk materi. “Pengalaman Wie Sioeng Jong dalam menangani kasus amal merupakan suatu pembelajaran bagi saya. Bila kita ingin membantu orang lain maka bantulah mereka dengan penuh cinta kasih dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga ataupun biaya. Bila terbentur masalah, kita harus cepat mencari solusi agar bantuan kita tepat tersalurkan,” ungkap Johannes Subagio.
Haryo Ksatrio Utomo (36), terinspirasi dari beberapa kisah relawan yang ditayangkan oleh DAAI TV bahwa bila kita ingin mengubah seseorang maka kita harus mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu. “Di Tzu Chi, saya belajar merendahkan ego (diri) saya. Saya mendapat kesempatan belajar untuk menjadi orang baik. Setelah mendengar sharing Wie Sioeng Jong dengan sabar menangani setiap kasus pasien dengan berbagai jenis penyakit seperti tumor. Juga ceramah Master tentang Boddhisattva Dunia bagi Perubahan Dunia, membuat saya ingin menangis dan malu karena keegoisan dan keras kepala saya. Saya harus belajar menangani kasus untuk mengikis keegoisan saya. Saya melihat banyak orang lebih susah daripada saya,” ujar Haryo dengan mata berkaca-kaca.
Artikel Terkait
Dharma Dalam Tindakan Nyata
16 September 2016Pelatihan ke-4 Relawan Abu Putih kembali digelar pada 11 September 2016 di kantor Tzu Chi He Qi Pusat yang diikuti sebanyak 33 relawan berseragam dan 58 relawan Tzu Chi setempat. Dalam pelatihan ini, relawan diajak lebih mendalami Misi Amal Tzu Chi.
Indahnya Berbagi
08 September 2016Relawan He Qi Pusat mengadakan pelatihan untuk Relawan Abu Putih untuk merangkul relawan yang ingin memupuk ladang kebajikan dan memperpanjang barisan relawan Tzu Chi Indonesia.