Di Kelas Budi Pekerti Belajar Tata Krama, dan Menggali Potensi Diri

Jurnalis : Christian (Tzu Chi Palembang), Fotografer : Zhen Shan Mei Palembang

Xiao Pu Sa mencoba jenis topeng dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda seperti marah, murung, dan gembira. Para murid sangat antusias menirukan mimik wajah wajah yang di dapat.


“Prinsip kebenaran terwujud lewat tata krama. Untuk menjadi manusia yang seutuhnya harus dimulai dari menunjukkan tata krama.”
Kata perenungan Master Cheng Yen

Misi pendidikan adalah salah satu misi Tzu Chi untuk membentuk pengembangan karakter anak menjadi lebih baik. Pembukaan kelas budi pekerti ini dibuka kembali pada Minggu, 14 Juli 2024 setelah beberapa tahun terhenti. Relawan membuka kelas budi pekerti ini dalam dua kategori, yaitu kelas Qin Zi Ban Kecil dan Qin Zi Ban Besar.

Pada kelas Qin Zi Ban Kecil ada 11 orang murid dan kelas Qin Zi Ban Besar ada 17 orang murid. Para murid-murid kelas budi pekerti (Xiao Pu Sa) datang dengan sukacita bersama orang tua mereka masing-masing. Para Xiao Pu Sa mendapat name tag, buku, dan absen dengan menggunakan stempel lucu khas kelas Qin Zi Ban yang sudah di siapkan oleh rellawan Tzu Chi. Setiap kelompok didampingi oleh dua orang relawan pendamping (Da Ai Mama) hingga kelas selesai. Kelas dimulai pukul 09.00 WIB, para Xiao Pu Sa di dampingi oleh Da Ai Mama berbaris dengan rapi menuju kelas masing-masing.

Para murid kelas budi pekerti datang bersama orangtua untuk melengkapi data diri untuk kegiatan budi pekerti. Mereka mendapat name tag, buku, dan absen dengan stempel khas kelas Qin Zi Ban yang sudah di siapkan oleh rellawan Tzu Chi.

Menerapkan Tata krama dalam kehidupan sehari-hari
Kelas Qin Zi Ban Kecil dimulai dengan memperkenalkan diri masing-masing Xiao Pu Sa yang dipandu oleh Christine Yuliana. Momen perkenalan diri ini diharapkan bisa menjadi orang yang berperilaku baik terhadap orang-orang di lingkungannya.

Ada games topeng yang memperkenalkan ekspresi wajah yang ramah, dan tidak ramah. Para murid mencoba menggunakan berbagai macam topeng dengan berbagai ekspresi wajah untuk berinteraksi dengan murid-murid  lainnya.

Christine Yuliana relawan pendamping kelas budi pekerti menyapa Nathan Wijaya salah satu murid di kelas Qin Zi Ban Kecil untuk memperkenalkan diri.

Para murid kelas budi pekerti mencoba mengikat tali menjadi simpul pada pensil hanya dengan tangan kiri dengan penuh semangat. Games ini mengajarkan para murid berani menghadapi kesulitan dan belajar mengatasi rintangan.

Selain games para murid diajak untuk menyaksikan tayangan video tentang Petualangan Xiao Li Zi yang mengajarkan untuk selalu membiasakan diri mengucapkan kata Tolong, Maaf dan Terima Kasih (TOMAT) dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berlatih mengucapkan kata TOMAT orang-orang di sekeliling kita akan senang berteman dengan kita.

Di kelas Qin Zi Ban Besar tidak kalah menarik sistem pengajarannya. Salah satunya pada saat murid-murid diajak untuk menyaksikan tayangan video tentang “Berkah Tangan Kanan” yang bercerita tentang kisah anak Gu?n Gé yang terlahir tidak sempurna hanya memiliki satu tangan kiri, namun dia tidak putus asa karena kekurangannya. Setelah menyaksikan tayangan video kisah Gu?n Gé para murid-murid diajak untuk bermain games dengan mengikat tali pada pensil dengan menggunakan satu tangan seperti Gu?n Gé.

Di sini Xiao Pu Sa diajarkan menghadapi rintangan, harus berani untuk menghadapi tantangan, maka pasti bisa mengembangkan potensi diri, dan bisa mengatasi rintangan. Ada sebagian hal yang terlihat sulit untuk dilakukan, namun asalkan terus-menerus berusaha dan belajar, maka akan berhasil. Seperti yang dikatakan oleh Master Cheng Yen, “Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang mempunyai potensi yang tak terhingga”.

Wilbert, salah satu Xiao Pu Sa di Kelas Qin Zi Ban Besar sedang sharing pengalamannya tentang menggali potensi diri. Wilbert mencontohkan bagaimana ia berusaha terus untuk bisa mengendarai sepeda walaupun sering terjatuh pada akhirnya ia berhasil mengendarai sepeda dengan baik.

Wilbert salah satu murid Qin Zi Ban Besar banyak belajar dari tayangan video kisah Gu?n Gé. “Kita harus mensyukuri berkah yang telah diberikan, dari kisah Gu?n Gé, dia (Gu?n Gé) mendapatkan tangan kiri, tetapi tidak mendapatkan tangan kanan, itu termasuk berkah dan kita yang memiliki dua tangan haruslah lebih bersyukur,” ucap Wilbert.

Salah satu orang tua murid dari Nathan Wijaya murid dari kelas Qin Zi Ban kecil  dr. Verawaty Erni, mengungkapkan perasaan terharu dan mendukung anaknya mengikuti kelas budi pekerti ini.

“Kami menyadari bahwa seorang anak tanpa adanya tata krama dan budi pekerti yang baik, mau sepintar apa pun juga tidak berguna. Kami menginginkan seorang anak yang memiliki moral yang baik, serta mengerti apa itu kebaikan dan kejahatan. Itu bagi kami adalah hal yang paling mendasar, itulah kenapa walaupun capek dari Senin hingga Sabtu bekerja, saya tetap mendampingi anak saya untuk mengikuti kelas budi pekerti ini,” ungkap Verawaty dengan bangga.

Perasaan yang sama juga diungkapkan oleh Pendy orang tua dari Wilbert yang sangat senang mendampingi putranya mengikuti kelas budi pekerti. Menurut Pendy pelajaran budi pekerti ini sangat penting untuk pembentukan karakter anak. Di zaman kemajuan teknologi yang begitu pesat Pendy berharap Wilbert dan anak-anak lainnya bisa mengimbangi kemajuan teknologi dengan pendidikan moral yang baik.

“Kelas budi pekerti ini sangat bagus sekali karena ada kalimat renungan dan video dari master Cheng Yen, melatih motorik, dan belajar bahasa isyarat (Shou Yu) jadi anak-anak tidak merasa bosan saat belajar,”ujar Pendy.

Murid-murid dan orang tua sama-sama belajar memperagakan bahasa isyarat tangan dengan tema “Ciak Chai Siong Kai Can” dengan penuh semangat dan gembira.

Dari kelas budi pekerti ini Xiao Pu Sa diharapkan akan menjadi manusia yang seutuhnya, harus dimulai dari menunjukkan tata krama dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal diri sendiri, selalu bersyukur dan berani menghadapi tantangan yang ada serta tidak pernah menyerah dan belajar terus untuk menggali potensi diri.

Pada akhir kelas budi pekerti ini murid-murid dan orang tua masing-masing diajak untuk memperagakan bahasa isyarat tangan dengan lagu Ciak Chai Siong Kai Can yang dibawakan dengan penuh riang gembira. Shou Yi ini mengajarkan Xiao Pu Sa untuk menjalankan gaya hidup vegetaris untuk kesehatan diri, mengurangi pemanasan global di bumi, dan memelihara welas asih terhadap sesama makhluk.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Pentingnya Mengendalikan Kemarahan

Pentingnya Mengendalikan Kemarahan

15 Januari 2016

Minggu, 10 Januari 2016 Kelas budi pekerti Xaio Tai Yang Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali di gelar dengan tema “Tidak Marah-marah.” Sebanyak 42 anak kelas budi pekerti Xiao Tai Yang sangat antusias mengikuti kegiatan yang diadakan di kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun ini.

Menggapai Masa Depan yang Cemerlang

Menggapai Masa Depan yang Cemerlang

29 November 2016
Kelas budi pekerti Tzu Chi kembali menyelenggarakan Kamp Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi yang kali ini diperuntukkan bagi remaja berusia 13-16 tahun atau biasa disebut Tzu Shao. Kegiatan Tzu Shao Ban Angkatan VIII ini merupakan kegiatan penutupan kelas budi pekerti untuk tahun 2016 yang diikuti oleh 150 siswa kelas budi pekerti Tzu Shao.
Merentangkan Jalan Yang Bajik

Merentangkan Jalan Yang Bajik

04 Desember 2018

Tanpa terasa perjalanan kelas bimbingan budi pekerti di Tzu Chi Tebing Tinggi sudah berjalan hampir satu tahun. Pada Minggu, 25 November 2018 diadakan penutupannya. Kegiatan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB ini diikuti oleh 41 Bodhisatwa cilik dan juga 40 relawan dari Tebing Tinggi dan Laut Tador.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -