Dibalik Tzu Ching Camp 2008

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
foto

* Susah dan senang bersama-sama hal ini terlihat jelas dari kerja sama yang dilakukan oleh para anggota Tzu Ching dalam mempersiapkan kegiatan ini. Peluh yang bercucuran tidak menghambat besarnya semangat mereka untuk menebarkan kebajikan di hati semua orang.

Jam menunjukkan pukul 12.00 siang. Seharusnya saat ini Dewi Sisilia, salah satu karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, tengah rehat sejenak untuk makan siang dan mengendurkan urat syaraf, setelah lebih kurang tiga jam berkelut dengan rutinitas pekerjaan.

Namun kali ini Dewi, tidak beranjak dari tempat duduknya. Bahkan ia terlihat semakin serius menatap rentetan kalimat yang terdapat pada layar komputernya. Tidak lama kemudian, tangannya menyambar telepon di sebelahnya dan dalam sekejap saja ia terlarut dalam pembicaraan serius mengenai keperluan kegiatan Tzu Ching Camp 2008.

Masih dengan menggunakan seragam kantor, Dewi yang resmi bergabung dengan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching -red) lebih kurang empat tahun lalu ini, tidak segan-segan mengangkat beberapa dus barang dengan tangannya. “Sebenarnya bekerja dan berkarya di bidang sosial dan amal merupakan hobi saya, maka saya tidak pernah merasa terbebani menjalaninya,” tuturnya sambil tersenyum.

Sejak dulu, putri ke-3 dari tiga bersaudara ini memang sudah aktif dalam kegiatan sosial. “Dulu sebelum ini saya sudah aktif di organisasi Himanda (Himpunan Mahasiswa Mandarin) Universitas Bina Nusantara. Tapi setelah saya mengenal Tzu Chi, dan bergabung dengan Tzu Ching, saya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan organisasi kemanusiaan ini,” jelas Dewi.

Kerja sama yang baik dan rasa kekeluargaan yang erat adalah salah satu alasan Dewi mengapa hingga saat ini, ia masih bergabung dengan Tzu Chi. “Susah dan senang selalu kami rasakan bersama-sama.”

Setelah menyelesaikan makan siangnya, Dewi pun mengganti seragamnya dengan seragam Tzu Ching dan bergegas menuju Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Sesampainya di sana, ia langsung bergabung dengan beberapa anak-anak Tzu Ching yang sudah datang lebih awal untuk mengerjakan persiapan Tzu Ching Camp yang rencananya akan berlangsung mulai dari 16-18 Agustus 2008.

“Saya beruntung karena bekerja di Yayasan Tzu Chi Indonesia, sehingga masih ada sedikit kelonggaran untuk turut serta dalam kegiatan seperti ini,” ucap Dewi, yang mengaku divisi tempatnya bekerja juga menaungi kegiatan serupa.

Tidak hanya Dewi, beberapa anggota Tzu Ching juga ada yang berstatus sebagai karyawan. Namun seperti yang pernah diucapkan oleh Master Cheng Yen, “Apabila ada niat yang tulus, maka pasti ada jalan untuk melakukannya.” Buktinya, hingga saat ini para anggota Tzu Ching yang bekerja pun masih bisa membagi waktu mereka untuk tetap eksis melakukan kebajikan.

foto   foto

Ket : - Sejak pukul 09.00 pagi, para anggota Tzu Ching, dan panitia Tzu Ching Camp, sudah terlihat sibuk
           mempersiapkan aula lantai RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, sebagai salah satu tempat penyelenggaraan
           Tzu Ching Camp 2008. (kiri)
         - Setelah menyelesaikan tanggung jawabnya di kantor, tanpa mengenal lelah Dewi Sisilia pun kembali larut
           dalam kontribusinya di acara Tzu Ching Camp 2008. (kanan)

Saatnya Meredam Emosi
Berbeda dengan kehidupan sehari-hari, menjadi relawan maupun anggota Tzu Ching bukanlah hal yang mudah. Di sini kita belajar untuk lebih rendah hati dan bertoleransi terhadap beragam karakter yang ada. ”Menjadi seorang relawan, kita harus berjiwa besar,” tegas Dewi.

Tidak hanya Dewi, hal yang sama juga dituturkan oleh Ruslina. Gadis berumur 19 tahun ini, baru pertama bergabung dengan Tzu Ching. ”Awalnya saya hanya mengetahui tentang Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui siaran DAAI TV Indonesia. Melihat kegiatan yang dilakukan oleh yayasan ini membuat saya tertarik untuk turut serta di dalamnya.”

Bagi Ruslina, yang langsung mendapatkan pekerjaan membersihkan Aula Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, bekerja untuk kegiatan kemanusiaan memang membutuhkan kesabaran lebih. ”Semua berawal dari niat dalam hati. Apabila niat kita tulus, pekerjaan apapun tidak akan terasa berat, bahkan sebaliknya semuanya akan terasa menyenangkan,” ungkap Ruslina sambil menyeka peluh yang mulai jatuh di dahinya.

Persiapan Tzu Ching Camp 2008 sendiri sudah dimulai lebih kurang tiga bulan yang lalu. ”Kami mulai meeting materi Tzu Ching Camp pada bulan Mei 2008,” tutur Indra Wijaya. Tidak hanya materi, lebih kurang 20 panitia pun mulai dibentuk untuk pembagian tugas.

Tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, kali ini Tzu Ching Camp 2008 menitikberatkan pada tiga point yakni, menghargai kehidupan, berbakti kepada orangtua, serta pelestarian lingkungan. Dan dalam rangka memperkenalkan Tzu Ching serta menyebarkan kebajikan di seluruh penjuru, Tzu Ching Camp juga memberikan kesempatan kepada teman-teman mahasiswa yang berada di luar kota untuk turut serta dalam kegiatan ini.

foto  foto

Ket : - Selain aula RSKB Tzu Chi, para panitia Tzu Ching Camp juga terjun langsung untuk merapikan dan br>             mempersiapkan lebih kurang 30 di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi sebagai tempat peristirahatan para br>             peserta Tzu Ching Camp. (kiri)
         - Tidak hanya belajar untuk bekerja sama dengan orang lain, bekerja sosial Tzu Chi juga mengasah kita
            menjadi manusia yang menghargai kehidupan dan penuh cinta kasih. (kanan)

”Menurut data yang telah kami terima, lebih kurang terdapat 100 peserta. Kali ini tidak hanya dari Jakarta, beberapa mahasiswa dari Bandung, Pati, Pekanbaru, serta Medan, pun turut meramaikan Tzu Ching Camp 2008,” tambah Indra.

Perjalanan pesiapan Tzu Ching Camp tidak semudah yang dibayangkan. Banyak kendala yang harus dihadapi oleh para panitia hingga menuntut kesabaran ekstra. ”Kami melakukan re-schedule berulang-ulang, hal ini dikarenakan beberapa acara dadakan yang harus disesuaikan dengan kegiatan kami,” jelas Indra.

Belum lagi sulitnya sumber daya manusia yang bisa siap sedia ketika dibutuhkan, juga menjadi kendala klasik dalam setiap kegiatan. ”Kami mencoba untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dengan sikap saling bertoleransi. Salah satunya dengan mengatur jadwal pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah disepakati,” ucap ketua pelaksana Tzu Ching Camp 2008 ini.

Indra mengaku memiliki strategi sendiri dalam memotivasi teman-teman yang lain dalam bekerja. ”Terkadang kita sungkan untuk menyuruh teman-teman dalam mengerjakan sesuatu, terlebih menegur mereka yang terlihat santai dan tidak bekerja. Sulitnya karena posisi kita semua ini adalah sukarelawan. Makanya untuk mengatasinya saya cenderung mengerjakan sebuah pekerjaan di depan mereka terlebih dahulu, agar mereka dapat mencontoh apa yang kita kerjakan.”

Seperti yang pernah Master Cheng Yen katakan, Tzu Chi merupakan salah satu tempat belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik.

 

Artikel Terkait

Memberi Perhatian, Bukan Hukuman

Memberi Perhatian, Bukan Hukuman

08 Februari 2009 Tanpa ada yang terlewati, satu persatu rumah murid didatangi. Dengan ramah relawan bertanya langsung kepada anak-anak serta orangtuanya untuk mengetahui alasan dari ketidakhadiran mereka pada kelas budi pekerti sebelumnya. Perhatian dan bimbingan yang ramah menjadi ciri khas dari sikap relawan Tzu Chi yang mencerminkan kedisiplinan dan kasih sayang.
Melukiskan Setiap Masalah dari Sudut Kebijaksanaan

Melukiskan Setiap Masalah dari Sudut Kebijaksanaan

17 April 2014 Bijaksana berarti mampu membedakan mana yang salah dan mana yang benar. “Kemudian bagaimana membedakan mana yang benar dan salah?” tanya Ji Shou. “Untuk mampu membedakannya kita harus benar-benar mendalami diri kita sendiri, apa yang kita mau, apa yang kita lihat.
Mengenal Tzu Chi Hospital Secara Langsung

Mengenal Tzu Chi Hospital Secara Langsung

13 September 2021

Relawan Tzu Chi yang berkomitmen untuk menjadi software Tzu Chi Hospital atau relawan pemehati rumah sakit mengikuti pelatihan on site yang berlangsung selama tiga hari, 11, 18, dan 25 September 2021.

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -