Dimulai dari Kita
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto Para relawan Tzu Chi bersama dengan Kepala Sekolah Dinamika Indonesia, disaksikan anak-anak Sekolah Dinamika Indonesia melakukan peletakan batu pertama pemasangan paving blok di area bermain sekolah mereka. |
| ||
Air itu Penting Hari itu, relawan Tzu Chi hendak memberikan bantuan pemasangan paving block untuk halaman di depan gedung sekolah. Jika biasanya para guru khawatir dengan keamanan anak-anak saat bermain kini dengan adanya paving block rasa khawatir mereka sedikit berkurang. Apalagi di dekat tembok juga nantinya akan ditanami pepohonan bambu agar daerah itu makin hijau, dan burung-burung pun tak sungkan hinggap di dahan-dahannya. Tepat pukul 09.00 WIB, acara simbolis pemasangan paving block dimulai. Nasrudin, Kepala Sekolah Dinamika Indonesia dalam kesempatan itu mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah membantu pemasangan paving block sehingga anak-anak dapat bermain dengan aman di sekolah. Sementara itu, Agus Rijanto mewakili relawan Tzu Chi yang hadir mengatakan kepada para hadirin bahwa digunakannya paving block untuk menutup tanah lahan bermain anak-anak karena air hujan yang turun nantinya tidak akan kemana-mana. “Air akan masuk ke dalam tanah ini dan itu adalah salah satu praktik nyata pelestarian lingkungan. Air menjadi terserap dan dapat dipakai lagi. Tahu adik-adik?” tanyanya. “Tahu,” jawab anak-anak serentak. Dalam kesempatan itu, Agus Rijanto juga berharap mudah-mudahan ke depan kita semua mempunyai masa depan yang lebih baik. “Rajin-rajin sekolah dan berbakti kepada orang tua. Sekolah ini maju terus dan sejahtera semuanya,” Agus Rijanto berharap.
Keterangan :
Rohman, siswa kelas 5 yang ayah dan ibunya berprofesi sebagai pemulung, mengaku senang dengan adanya acara ini. Apalagi pada saat itu Paman Dongeng dari DAAI TV juga sempat menghibur mereka. “Rame. Dapet pulpen dari mbak (staff DAAI TV). Paman Dongengnya lucu, nyanyi-nyanyi,“ kata Rohman yang ikut terus melanjutkan sekolah ini. Meski ayah dan ibunya pemulung, Rohman ternyata tidak mengikuti jejak kedua orang tuanya. “Pengen sekolah terus dan jadi pemadam kebakaran. Mau nolongin orang. Sekolah enak, mulung ngga mau, lebih penting sekolah,” pungkasnya polos. Bukan untuk Diwariskan Sekilas Yayasan Dinamika Indonesia
Keterangan :
Beragam tantangan dihadapi YDI di awal-awal berdirinya, dari anak-anak yang malas bersekolah, tidak ingin belajar, dan hanya mau bermain saja hingga tidak adanya motivasi dari para orang tua murid akan pentingnya pendidikan bagi anak. Maka YDI pun terus-menerus membangun paradigma bahwa sekolah itu penting. Pendidikan itu penting untuk masa depan dan investasi mereka. Tahun 2010, YDI kemudian mendapatkan bantuan dari Kedutaan Jepang berupa pembangunan gedung sekolah di tanah seluas 410 m2 dari lahar seluas 1.116 m2 yang dimilikinya. Kini 262 anak yang terbagi dalam 6 tingkatan bersekolah di YDI. Tidak hanya itu, YDI juga telah memiliki Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang terletak di lokasi yang berbeda. Meski berstatus sekolah gratis, lulusan dari YDI diakui secara resmi oleh Departemen Pendidikan Nasional. “Resmi diakui dan berkoordinasi dengan Diknas Pendidikan Bekasi,” pungkas Nasrudin. Bagaimana dengan lulusannya? Ternyata mereka tidak kalah dengan anak-anak dari sekolah umum lainnya. “Untuk masuk ke SMP lain mereka juga mampu bersaing,” tuturnya bangga. | |||