Suasana prosesi perayaan Waisak 2023 644 orang relawan dan tamu undangan dengan ketulusan hati berjalan beriringan menuju altar Buddha yang dihiasi bunga wangi dan air suci.
Setelah tiga tahun Aula Jing Si sempat terhenti menyambut masyarakat umum kali ini pada 14 Mei 2023 kembali menyambut masyarakat umum. Pada kesempatan ini, relawan menyambut masyarakat umum untuk berdoa bersama di hari waisak.
Rasa khidmat begitu terasa ketika sebanyak 644 tamu hadir untuk melakukan doa bersama waisak di Aula Jing Si Tzu Chi Bandung, Sekaligus untuk memperingati tiga hari besar selain waisak, yakni hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi sedunia serta 30 tahun Tzu Chi Indonesia yang telah bersumbangsih untuk bumi nusantara.
“Setelah tiga tahun kita tidak menyambut masyarakat, sekarang kita menyambut masyarakat umum dalam perayaan Waisak. Sangat baik banyak yang datang dan sangat meriah sekali. Ini membuktikan bahwa Tzu Chi sangat universal dan diterima banyak orang” ujar Ruchijat Kurniadi Relawan Tzu Chi Bandung.
Suasana prosesi perayaan Waisak 2023 644 orang relawan dan tamu undangan dengan ketulusan hati berjalan beriringan menuju altar Buddha yang dihisi bunga wangi dan air suci.
Pada prosesi Waisak ini, para peserta dan tamu undangan dengan ketulusan hati berjalan beriringan menuju altar Buddha yang dihisi bunga wangi. Di sini para peserta menjalankan prosesi pemandian rupang Buddha dengan membungkukkan badan dan menyentuh air wangi. Hal ini bermakna dengan memandikan rupang Buddha sama artinya dengan menyucikan batin, merefleksikan diri, dan melenyapkan kegelapan batin.
Makna doa besama ini merupakan doa yang tulus dari Insan Tzu Chi di seluruh dunia dan tamu undangan yang hadir agar benih cinta kasih terus tumbuh dan berkembang. “Jadi, ternyata kita punya kebersamaan, ini makna yang paling penting karena Tzu Chi tidak membeda-bedakan agama. Jadi makna perayaaan Wasak 2023 adalah cinta kasih kepada sesama,“ lanjut Ruchijat.
Kehangatan waisak juga di rasakan oleh Rosselyn Tirta penanggung jawab acara perayaan Waisak 2023. Bagi Rosselyn perayaan Waisak dimaknai sebagi menyucikan hati agar bisa menjadi Bodhisattva yang baik. "Perayaan Waisak ini untuk membersihkan hati kita agar bisa menolong mereka yang membutuhkan, menjadi Bhodisattva yang bisa bermanfaat bagi orang banyak,"ucap Roselyn.
Perayaan Waisak 2023 ini turut dihadiri oleh 10 orang Bhante dari vihara yang berada di Jawa Barat.
Persiapan perayaan Waisak 2023 ini dilakukan sejak akhir Februari lalu, mulai dari mempersiapkan konsep acara, penjadwalan Nien Cing (membaca parita/sutra) hingga persiapan logistik dan dekorasi. Ida Ratna relawan senior Tzu Chi Bandung ditunjuk sebagai penanggung jawab dekorasi mengaku ini merupakan sebuah kesempatan baik.
“Kesempatan yang baik untuk saya karena bisa bersumbangsih untuk mempercatik perayaan Waisak yang kita tau ini hari besar dan penting,” ucap Ida tegas.
Hampir tiap hari Ida datang ke Jing Si untuk memastikan logistik dan dekorasi penunjang lainnya. Mulai dari menyiapkan meja, piring, mangkuk hingga dekorasi. “Awalnya bingung saya harus gimana awalnya karena sudah tiga tahun tidak merayakan Waisak di Jing Si. Jadi, saya buka foto-foto dokumentasi gimana dekorasi dan tata letaknya,” cerita Ida Ratna.
Membalas Budi Orang Tua
Perayaan dalam memperingati Hari Ibu Internasional relawan muda mudi (Tzu Ching) dan anak-anak dari kelas budi pekerti menampilkan drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Sutra ini menceritakan tentang kebaikan hati orang tua dan bagaimana sulitnya untuk membalas budi baik orang tua.
Murid kelas budi pekerti memperagakan bahasa isyarat tangan dengan lagu Lukisan Anak Kambing Berlutut. Untaian lagu yang begitu haru biru berpadu dengan musik kontemporer menjadikan bahasa isyarat tangan ini mudah di diterima oleh para tamu undangan.
Drama Sutra Bakti Seorang Anak diawali dengan penampilan bahasa isyarat tangan yang dibawakan oleh 41 orang anak kelas budi pekerti dengan lagu Lukisan Anak Kambing Berlutut. Untaian lagu yang begitu haru biru berpadu dengan musik kontemporer menjadikan bahasa isyarat tangan ini mudah di diterima oleh para tamu undangan. Pementasan bahasa isyarat tangan yang menyentuh telah mengilhami khalayak untuk menghayati dan bersyukur sedalam-dalamnya terhadap budi luhur orang tua.
Eric Chandra dan Harianto salahsatu peserta yang hadir sangat terharu dengan drama musikal yang dibawakan oleh para Tzu Ching. Mereka merasa diingatkan kembali harus berbakti kepada orang tua “Bagus sekali tadi dramanya mengingatkan saya pengorbanan orang tua apalagi Ibu ya, sudah mengandung hingga bulan ke-10 kita harus membalas kebaikannya,”tutur Harianto.
Frans Yavega (tengah) yang berperan sebagai Ayah yang baru memiliki anak. Namun ketika dewasa anak tersebut lupa akan kebaikan orang tuannya.
Eric Chandra juga tersentuh dengan penampilan drama Sutra Bakti Seorang Anak. “Makna Waisak untuk menyucikan hati hati dan harus membalas budi baik seorang ibu terutama yang sudah mengandung dan melahirkan hingga mengurus kita sampai sekarang,” lanjut Eric.
Makna drama Sutra Bakti Seorang Anak juga dirasakan oleh Frans Yavega yang berperan sebagai seorang ayah yang baru memiliki anak. Namun ketika dewasa anak lupa akan kebaikan orang tuan. “senang bisa ikut drama ini, ceritanya juga mengingatkan akan kebaikan orang tua apalagi seorang Ibu yang mengandung, Ayah yang bekerja keras untuk menghidupi anak hingga dewasa. Buat saya ibu itu segalanya,” ucap Frans.
Ida Ratna relawan senior Tzu Chi Bandung penangung jawab derkorasi perayaan Waisak sedang menata meja altar Rupang Buddha dengan bunga-bunga wangi dan anggun.
Pengalaman lain juga diceritakan Genecia Gienka Kaylie murid kelas budi pekerti, Ia bisa memahami pesan yang disampaikan dalam drama ini. Genecia menjadi bagian dari drama dalam bahasa isyarat tangan.
“Tadi aku dedegkan pas mau tampil, tetapi pas udah tampil seneng banget. Kita itu harus baik sama Mamah Papah, Mama baik suka siapin makan buat aku dan Kokoh,” seru genecia.
Perayaan Waisak 2023 yang diselenggarakan oleh Yayasan Tzu Chi ini dengan memandikan Rupang Buddha bermakna menyucikan batin, merefleksikan diri, dan melenyapkan kegelapan batin.
Editor: Anand Yahya