Tiga orang relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 masuk ke Kampung Rawa Melati, RT 006/01, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat untuk berkunjung ke rumah dari Ikhsan Nasrullah (13) salah satu Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) penderita kanker tangan.
Narsa (54), ayah dari Ikhsan Nasrullah (13) salah satu Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) dengan sabar menunggu kedatangan relawan di gapura depan Kampung Rawa Melati, RT 006/01, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Hari itu, Jumat, 14 April 2023, relawan ingin kembali menjenguk dan melihat kondisi Ikhsan yang menderita kanker di lengan kirinya.
Setelah bertemu dengan tiga relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1, Narsa kemudian menemani relawan menyusuri gang sempit menuju rumahnya. Setibanya, Ikhsan yang sudah menunggu langsung menyodorkan tangannya untuk mencium tangan para relawan yang mengunjunginya. Barina (43), ibu dari Ikhsan kemudian mempersilahkan relawan untuk masuk ke rumah.
Sambil duduk lesehan di dalam rumahnya, Narsa kemudian menceritakan awal mula penyakit yang diderita putranya tersebut sejak akhir tahun 2020. “Awalnya ada bengkak sedikit, anaknya ngeluh. Setelah itu diurut, tetapi tidak ada perubahan setelah beberapa bulan,” ungkap laki-laki yang setiap harinya berjualan air keliling tersebut. Melihat kondisi anaknya yang tak kunjung sembuh, Narsa kemudian memutuskan untuk membawa Ikhsan untuk mendapat bantuan medis. Berawal dari Puskesmas, Ikhsan lalu dirujuk ke rumah sakit.
Di dalam rumahnya yang sederhana, relawan bersama Ikhsan dan kedua orang tuanya berbincang-bincang tentang kondisi lengan kiri Ikhsan yang secara medis harus silakukan proses amputasi.
“Tahun 2021 awal masuk RS Dharmais. Sempat Scan MRI dan operasi, dibuang isi yang ada di dalam lengan yang bengkak sedalam 5 cm,” cerita Nasra. Kemudian di akhir Tahun 2021, dilakukan biopsi (tes untuk mendeteksi dan memantapkan diagnosis penyakit kanker) di lengan kiri Ikhsan. Bagaikan tersambar petir di siang bolong, hasil biopsi tersebut membuat Nasra tercengang karena harus ada proses amputasi untuk penyembuhan penyakit anaknya tersebut. “Setelah itu langsung divonis amputasi. Katanya ‘pak ini kalau tidak diamputasi akan menjadi beban’,” kenang Nasra.
Nasra dan Barina pun kebingungan atas keputusan amputasi yang disarankan dokter. Mereka berdua pun langsung menerawang jauh kedepan tentang masa depan anaknya jika harus kehilangan lengan kirinya. Akhirnya orang tua Ikhsan sepakat untuk menghentikan pengobatan medis terlebih jika harus ada proses amputasi pada akhir tahun 2022.
“Enggak (amputasi), karena itu bukan satu-satunya jalan. Kita harus ikhtiar. Masa depannya kan masih panjang, apalagi kalau sampai enggak punya tangan. Kepikiran,” ungkap Nasra.
Sebelum sakit, Ikhsan merupakan anak yang riang dan ceria. Ia juga hobi bermain sepak bola dan bulu tangkis. Namun keceriaan itu lama-lama terkisis, kini setiap hari Ikhsan hanya beraktivitas di sekolah dan di rumah saja. “Sebenernya anaknya ceria tapi minder saja,” kata Barina. “Disuruh ke warung aja enggak mau, malu katanya,” tambah Nasra menceritakan anaknya sekarang.
Nasra dan Barina mendampingi Ikhsan saat sedang belajar. Mereka berharap Ikhsan merajut masa depan yang baik tanpa harus kehilangan tangan kirinya.
Setelah pengobatan medis berhenti, kedua orang tua Ikhsan kemudian rutin membawanya berobat alternatif di wilayah Balaraja, Tangerang hingga saat ini. “Saya berdoa terus, tiap malam doa supaya diberikan kesembuhan,” kata Nasra.
Hingga pada September 2022, Nasra diberikan informasi oleh salah satu guru sekolahnya Ikhsan tentang pengajuan bantuan ke Tzu Chi. Setelah mengajukan proposal pengajuan bantuan, relawan Tzu Chi melakukan survei ke rumah Ikhsan pada Oktober 2022. Dari hasil survei tersebut, pengajuan bantuan bagi IKhsan pun disetujui berupa bantuan biaya pengobatan dari Tzu Chi. “Ya membantu, untuk tambah-tambah beli obat herbal dan ongkos,” jelas Nasra kepada relawan.
Kehadiran dan pendampingan relawan kepada Ikhsan sekan menjadi obat pelipur lara bagi Nasra dan istri. Sudah genap empat kali relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 mengunjungi Ikhsan dalam kesempatan ini. “Ramah (relawan), bisa saling berkomunikasi. Saya orang tua juga senang, ada yang perhatian, bisa curhat, tukar pikiran, semangat enggak terlalu jadi beban pikiran,” ungkap Nasra.
Terus Memberi Dukungan dan Semangat
Saat dikunjungi relawan, Barina juga sempat menangis. Ia tak kuasa membendung air mata saat bercerita mengurus lengan kiri buah hatinya tersebut. “Saya sedih, paling saya kompres saja. Sabar aja, ikhtiar untuk kesembuhan,” ungkapnya. Ia pun berharap kedepannya Ikhsan bisa segera sembuh seperti sedia kala. “Supaya sehat seperti semula saja,” kata Barina.
Ai Phing Ong, relawan pendamping Gan En Hu Ikhsan dari komunitas He Qi Barat 1 memberikan semangat kepada Ikhsan yang sedang tersenyum simpul.
Barian juga bersyukur bisa bertemu dengan relawan Tzu Chi saat ini. “Iya Alhamdulillah, ada Buddha Tzu Chi. Semoga yang mengurus Buddha Tzu Chi sehat selalu, berkah dalam membagikan rejekinya. Alhamdulillah, bantuannya buat Ikhsan, buat perkembangan Ikhsan, terima kasih banyak,” ujar Barina penuh haru.
Dalam kesempatan ini, Ikhsan pun tak lupa mengucapkan rasa syukurnya. Walaupun dengan sedikit malu-malu, ia tetap memberikan senyum simpul kepada para relawan yang mengunjugi sekaligus menyemangatinya. “Terima kasih, buat cici sudah kasih semangat terus. Senang diperhatiin (relawan),” kata Ikhsan sambil tersenyum.
Dalam kunjungan ini, relawan juga memberikan bingkisan sembako dari Tzu Chi kepada Ikhsan dan keluarga untuk merayakan Lebaran 2023.
Ai Phing Ong, relawan pendamping Ikhsan juga sempat dilema. Awalnya relawan menganjurkan untuk mengikuti saran dokter untuk penanganan medis. Tetapi melihat keyakinan dan hal-hal yang mendasari penolakan orang tua Ikhsan untuk proses amputasi, relawan pun tetap memberikan support.
“Kami relawan akhirnya juga melihat dari sisi yang berbeda. Saya juga melihat kalau kita berada di posisi sebagai orang tuanya mungkin akan merasakan hal yang sama, karena kita melihat masa dengan anak ini bagaimana. Jadi kita sebagai relawan harus tetap men-support keputusan dari mereka,” ungkap Ai Phing Ong.
Merasa senang diperhatikan relawan, Ikhsan pun melambaikan tangan saat relawan Tzu Chi pamit pulang dari rumahnya.
Mendampingi Ikhsan dan keluarga, Ai Phing Ong pun teringat kembali dengan pengalaman Master Cheng Yen saat berusia 15 tahun. Saat itu ibu Master Cheng Yen memiliki penyakit kronis dan harus dioperasi, tetapi Master Cheng Yen saat itu dengan tekad yang bulat selalu berdoa bahwa tanpa proses operasi penyakit ibunya pasti sembuh. “Saya berpegang dan berkaca kepada pengalaman Master Cheng Yen tersebut,” jelas Ai Phing Ong.
Ai Phing Ong pun berharap penyakit yang diderita Ikhsan di lengan kirinya supaya lekas sembuh dengan pengobatan yang dilakukan saat ini. “Harapannya Ikhsan harus sembuh, apapun yang ditempuh baik medis atau alternatif, kita harus yakin pasti sembuh. Dengan kekuatan kasih, doa, dan keyakinan, Ikhsan pasti bisa,” kata Ai Phing Ong di akhir kunjungan.
Editor: Khusnul Khotimah