Doa Kebersamaan

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 

fotoDengan menyisihkan sebagian uang saku mereka, para siswa dan siswi SD, SMP, SMK, dan SMA Cinta Kasih Tzu Chi berdana bagi para korban topan Morakot dan gempa Tasikmalaya.

 

 

Senin, tanggal 7 September 2009, pukul 06.45, di ruang kantor, para guru SMP Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat tampak sedang melakukan briefing singkat perihal kegiatan yang akan mereka lakukan. Hari itu, setengah hari ke depan, para guru ini akan menyertakan para siswa-siswi dalam acara Doa Bersama bagi para korban topan Morakot di Taiwan dan gempa bumi di Tasikmalaya, Jawa Barat. Tidak saja para murid SMP, murid SD, SMK, dan SMA pun turut berpartisipasi dalam doa ini.

 

 

 

Benih Cinta Kasih Murid Sekolah Dasar
Pukul 07.00, siswa-siswi SD Cinta Kasih dibimbing oleh para guru memasuki aula sekolah. Para murid yang berjumlah 208 ini segera menempati bangku-bangku yang telah disediakan. Acara lantas dibuka dengan cerita singkat terjadinya bencana topan Morakot dan gempa di Tasikmalaya. Guru mereka, Rita lalu berbagi cerita singkat kronologis kedua bencana tersebut. Anak-anak SD ini pun bergumam melihat betapa dahsyatnya akibat bencana yang terjadi, termasuk tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan gempa di Yogyakarta. 

Selesai sharing, para murid ini kemudian melakukan doa bersama untuk para korban topan Morakot dan gempa Tasikmalaya. Selesai berdoa, mereka pun berdiri dan memberikan dana ke dalam kotak yang telah dipegang oleh para guru. Mereka maju satu per satu dan menyisihkan dana dari uang saku mereka. Acara doa bersama untuk siswa-siswi SD pun selesai. Mereka pun kembali ke dalam ruang kelas dan melanjutkan kegiatan belajar.

Murid Sekolah Menengah Pertama

Pukul 08.23, dua guru SMP Cinta Kasih masuk ke ruangan aula bersama dengan 12 murid mereka. Keduabelas murid SMP ini lantas mengambil kursi dan menambahkannya ke dalam deretan. Selesai menyiapkan kursi, mereka pun duduk di deretan paling depan dan menunggu kedatangan teman-teman mereka yang lain. Sepuluh menit berselang, siswa-siswi SMP mulai berdatangan dan segera menempati bangku-bangku tersebut.

 

foto  foto

Ket :- Siswi SMK dan SMA Cinta Kasih ini tak dapat menahan tangis saat mereka mendoakan keselamatan para             korban topan Morakot dan gempa Tasikmalaya beberapa waktu lalu. (kiri)
         - Siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi ini dengan kesungguhan hati memanjatkan doa keselamatan bagi para             korban topan Morakot dan gempa Tasikmalaya.   (kanan)

Saat itu, 16 guru SMP pun hadir dan memimpin acara doa bersama. Acara yang ditampilkan pun sama dengan apa yang sudah saya saksikan saat siswa SD melakukan doa bersama. Yang sedikit berbeda adalah ekspresi para siswa dan siswi ini saat melakukan doa bersama. Jika siswa-siswi SD sebagian besar masih bersikap dan berekspresi biasa-biasa saja saat berdoa, berbeda dengan para siswa-siswi SMP, karena sebagian di antara mereka ada yang menitikkan air mata. Siswa-siswi SD bersikap biasa karena usia mereka yang masih kecil membuat pengalaman hidup yang dijalani belumlah sebanyak siswa-siswi SMP. Apalagi pada saat akan berdoa, Buchori, guru SMP yang memimpin doa mengatakan, “Dengan doa ini, semoga saudara-saudara kita di luar sana akan menjadi lebih kuat.” Hal ini menjadi semacam pemantik dan pengingat, persaudaraan itu tidak terbatas sifatnya. Di akhir acara sebelum penggalangan dana, seorang guru membacakan sebuah kata perenungan yang berbunyi, “Hidup manusia tidak kekal, bersumbangsihlah pada saat Anda dibutuhkan, dan lakukan selama Anda masih bisa melakukannya.”

Penggalangan dana pun dimulai. Siswa-siswi di deretan paling depan berdiri dan segera memasukkan dana ke dalam kotak yang dipegang oleh guru mereka. Selesai berdana, mereka lantas bergerak keluar ruangan dan melanjutkan pelajaran. Usai acara, Umam Nurcholis, murid kelas 9 SMP Cinta Kasih Tzu Chi pun memberikan pendapatnya. “(Saya) kasihan, iba, dan khawatir. Khawatir seandainya terjadi di sini (Jakarta –red),” ujarnya. Baginya, saat menyaksikan cuplikan video gempa yang ditampilkan, ia sangat tergugah, khususnya saat melihat ada dua relawan berjubah putih tampak sedang mengangkat mayat yang ditemukan pasca tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. “Para relawan itu berani sekali karena mau mencari mayat,” ungkapnya. Tayangan lain yang membuatnya tergugah adalah saat relawan Tzu Chi melakukan pembagian makanan hangat untuk para korban topan Morakot yang terisolir dari dunia luar dan saat para korban luka gempa Yogyakarta antri menunggu mendapatkan pengobatan dari tim medis.

 

foto  foto

Ket : - Guru SMP Cinta Kasih Tzu Chi ini sedang menjelaskan secara sekilas akibat tsunami di Aceh tahun 2004             silam kepada para siswa dan siswinya serta mengajak mereka bersumbangsih kepada sesama. (kiri)
         - Membangun kepekaan sosial, itulah yang diharapkan terlahir saat doa bersama ini. Dengan menyaksikan             tayangan bencana topan Morakot ini, para siswa dan siswi akan menyadari betapa pentingnya             bersumbangsih kepada sesama. (kanan)

“Lantas apa yang dapat Umam lakukan untuk membantu mereka?” tanya saya. “Berbagi kepada yang lain. Beramal, semoga dapat meringankan derita para korban. Senang bisa membantu, walaupun sedikit namun membantu dengan ikhlas,” jawabnya lugas.   

Perasaan yang sama dirasakan pula oleh Silvia dan Viona, siswi kelas 8. Menurut Silvia, tayangan video yang ditampilkan baginya sangat memprihatinkan. Jika hal tersebut terjadi kepadanya maka ia akan merasa kehilangan orangtua dan harta benda. Karenanya ia pun turut berdana karena sedih saat melihat tayangan yang ditampilkan. Bagi Viona, ia sangat terharu, sedih, sekaligus prihatin. Karenanya ia pun berharap anak-anak yang kehilangan sekolah dapat belajar kembali dan memiliki tempat tinggal yang layak. Ia pun berharap dengan banyaknya bencana yang terjadi di dunia, kita akan dapat mengambil hikmah dan pelajaran di dalamnya. Doa bersama oleh siswa-siswi SMP pun usai. Aula kembali sunyi, hanya suara riuh rendah anak-anak yang terdengar olehku.

Murid Sekolah Menengah Atas
Pukul 10.00, 529 siswa-siswi SMA dan SMK Cinta Kasih Tzu Chi mulai berdatangan memasuki ruangan. Di sana, mereka segera menempati bangku yang telah disiapkan. Acara yang dilakukan tetap sama, dari awal hingga akhir. Namun yang membuat sesi terakhir ini cukup berbeda adalah saat sesi doa bersama. Sebagian besar siswi SMK dan SMA ini menitikkan air mata. Penderitaan yang mereka saksikan saat penayangan video membuat mereka menerawang masa lalu mereka yang jauh berbeda dengan apa yang mereka rasakan saat ini. Bersyukur atas apa yang telah mereka dapatkan saat ini adalah salah satu pelajaran berharga yang mereka dapatkan. Usai berdoa, mereka pun menutup acara doa bersama ini dengan menggalang dana bagi para korban topan Morakot dan gempa Tasikmalaya. Berdoa bersama mendoakan kesejahteraan dan keselamatan para korban bencana seraya membangun kepekaan sosial itulah tujuan acara setengah hari itu.

 
 

Artikel Terkait

Ujian dari Si Jago Merah

Ujian dari Si Jago Merah

25 Juni 2010
Baru 3 bulan menikmati bahagia dirumahnya yang baru direnovasi Tzu Chi. Kabar buruk yang tak terduga itu langsung membuat Feriningsih panik dan jatuh pingsan di antara orang tua murid lainnya. Feriningsih kembali menyaksikan rumahnya telah hangus dilalap api.
Mewarnai Sanghadana Dengan Pindapata Pada Masa Kathina 2567BE/2023

Mewarnai Sanghadana Dengan Pindapata Pada Masa Kathina 2567BE/2023

01 Desember 2023

Aula Jing Si Tzu Chi kembali menjadi tempat dimulainya acara Sanghadana Kathina Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) 2023. Tradisi ini adalah tahun ketiga setelah dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2019 dan 2022.

Menjadi Penyelamat Hidup Bagi Orang Lain

Menjadi Penyelamat Hidup Bagi Orang Lain

01 Agustus 2012 Melalui training yang bertemakan “Menjadi Penyelamat Hidup Bagi Orang Lain” ini, Prof. Tseng mengajak para relawan untuk menempatkan diri sebagai pribadi yang selalu siap membantu dan berkorban untuk orang lain di sekitarnya.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -