Doa Seorang Ibu
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto Relawan Tzu Chi datang untuk melihat perkembangan kesehatan Nur dan memberikan susu formula sebagai tambahan asupan gizi untuk Nur. |
| ||
Hari-hari berikutnya adalah masa-masa sibuk yang luar biasa bagi Andi. Selain sibuk sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi anak, Andi juga harus banting tulang bekerja sebagai buruh jahit demi mencari penghasilan keluarga. Hal ini dikarenakan sewaktu Nur masih dalam kandungan, Ade Habanudin, ayah kandung Nur memilih untuk berpisah, sehingga tugas untuk menafkahi keluarga mau tidak mau jatuh ke tangan Andi. Dengan hanya bermodalkan sebuah meja berukuran 1 x 1,5 m, Andi berjualan di depan gang rumahnya, yang mana biasanya dijadikan sebagai pasar malam oleh warga sekitar. Setiap hari Kamis sore Andi berjualan dari pukul 5 sore hingga jam 12 malam. Bila cuaca tidak mendukung, Andi tidak berjualan karena lapak yang digunakannya tidak memiliki tenda penutup untuk menghadang tumpahan rintik air dari langit. Saat bayi yang lain pandai meracau dan memiliki keinginan yang kuat untuk berbicara, Nur tak mampu melakukan semua itu. Hingga akhirnya Andi pun harus ikhlas ketika dokter mangatakan kalau Nur tidak bisa berbicara meskipun Nur tidak Tuli. “Saya terima seluruh kondisi Nur,” kata Andi. Cobaan kedua pun datang, di luar dugaan wajah Nur terlihat lain dari tahun-tahun sebelumnya. Tulang pangkal hidung yang sebelumnya terlihat menonjol, kini perlahan-lahan terbenam ke dalam hingga membuat wajah Nur terlihat datar. Andi pun tetap tak megeluhkan hal itu dan tetap mencintai Nur dengan sepenuh hati. Setelah cobaan kedua, cobaan ketiga datang saat Nur berusia 10 tahun. Nur mengalami demam yang sangat tinggi selama satu bulan. Rasa khawatir akan keselamatan Nur jauh lebih besar dari kesusahan yang ia hadapi. Maka dengan uang seadanya Andi berjalan kaki terhuyung-huyung sambil membopong Nur ke Puskesmas terdekat. Tapi setelah berobat di Puskesmas, penyakit Nur tak kunjung sembuh. Mengingat biaya pengobatan yang cukup mahal, Andi mencoba meminta rujukan untuk berobat di rumah sakit pemerintah, yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta Utara pada bulan Januari 2007.
Keterangan :
Di RSUD setelah menjalani pemeriksaan diketahui jantung Nur mengalami kelainan dan harus dioperasi. Tetapi karena minimnya peralatan medis dan ruang perawatan yang penuh, membuat Andi memilih RSCM (Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo) sebagai rumah sakit yang tepat untuk Nur menjalani operasi. Setelah pulang dari RSUD Tarakan, Andi pun segera ke kelurahan untuk meminta bantuan. Saat itu pihak kelurahan, menyarankan Andi untuk mengajukan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi di Cengkareng. Mendengar kabar baik itu, Andi bergegas kembali ke rumah dan mengambil berkas-berkas SKTM yang ia miliki untuk dibawa ke Yayasan Buddha Tzu Chi. Setibanya di RSKB, Andi menyerahkan berkas-berkas permohonan kepada karyawan di sana. Beberapa hari kemudian Andi disurvei oleh relawan Tzu Chi. Setelah permohonan Andi disetujui, Andi diminta mengurus administrasi untuk pengobatan Nur di RSCM. ”Saya merasa sangat bahagia. Setelah bertemu pak Acun (relawan Tzu Chi yang bertugas di RSCM) ternyata anak saya langsung di tolong pada saat itu juga,” ujar Andi dengan gembira. Di RSCM, Nur ditangani oleh dokter spesialis jantung. Pada bulan Maret 2010 Nur menjalani operasi pertamanya untuk menangani penyakit jantung bocor. Setelah operasi selesai dilakukan, Nur menjalani terapi agar fisiknya yang lemah dan kurus dapat segera pulih. Selama 3 bulan Nur menjalani terapi, selama itu pula Andi dengan setia mendampingi Nur. “ RSCM sudah seperti rumah ke 2 bagi saya, karena segala aktivitas saya dan Nur dihabiskan di RSCM ini,” ujar Andi. Meski Nur belum menjalani operasi ke-2, kini kondisi Nur nampak lebih baik daripada sebelumnya. Aktivitas bersekolah pun telah dapat ia jalani dengan baik. Kini hari-hari Andi diisi dengan mengantar Nur ke sekolah SLB, dan menunggu hingga waktu belajar usai. Dalam setiap kesempatan, Andi selalu berdoa semoga putrinya ini bisa sehat dan mandiri nantinya. “Sebab saya tidak dapat menjaga Nur seterusnya,” ucapnya.
| |||
Artikel Terkait
Para Penjaga Bumi Cilik
13 Maret 2018Semangat Cecil yang Tulus Menjalani Hidup Bersama Sang Buah Hati
03 Maret 2021Adalah suatu kebahagiaan bagi relawan apabila melihat para penerima bantuan bisa menularkan semangatnya kepada sesama, terlebih kepada keluarganya. Itulah yang dirasakan Rita Malia Widjaja, relawan Tzu Chi He Qi Tangerang ketika mengunjungi Cecilia.