Doa untuk Rumah Insan Tzu Chi Indonesia
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto, Eric YudhoSekitar 650 relawan Tzu Chi berbaris rapi menuju gedung Aula Jing Si. Di dalam bangunan yang sudah hampir selesai ini, relawan berdoa agar pembangunan dapat segera selesai dan difungsikan. |
| ||
Doa di Pagi Hari Di sana, sekitar 650 relawan Tzu Chi telah berbaris dengan rapi dan bersiap diri memulai acara prosesi Beribu Berkah dan Doa Aula Jing Si. Sekitar pukul 6.15, prosesi yang dipimpin oleh Rosvita Wijaya pun dimulai. Seraya melantunkan doa, ke-650 relawan ini berputar rapi dan teratur. Prosesi yang khusyuk dan khikmad ini berlangsung hingga hampir 30 menit. Saat lantunan doa selesai, barisan relawan Tzu Chi pun sudah kembali kepada posisi semula. Saat itu, baik Widarsono maupun Henry tampak dengan serius mengabadikan momen-momen yang indah. Rosvita lantas mengajak para relawan untuk berbaris dengan rapi menuju ke dalam gedung Aula Jing Si. Iring-iringan relawan yang berjumlah ratusan orang ini pun terlihat berjalan memanjang rapi dan teratur. Tiba di depan Aula Jing Si yang masih dalam proses pembangunan, para relawan ini lantas dibagi menjadi 9 kelompok kecil. Setiap kelompok kecil ini terdiri dari 10 relawan dan didampingi oleh 2 anggota Tzu Ching yang bertugas menjadi pemandu.
Ket : - Jika dahulu relawan Tzu Chi melakukan doa di depan gambar Aula Jing Si, kini relawan Tzu Chi melakukannya tepat di depan proyek pembangunan Aula Jing Si yang makin tampak nyata bentuknya. (kiri) Doa dan berkah untuk Aula Jing Si Kantin yang biasanya dipenuhi meja-meja makan, berubah menjadi lapang dan dipenuhi deretan bangku-bangku yang terbuat dari plastik. Setibanya di pintu masuk kantin, para relawan ini diberikan sehelai kertas berbentuk daun bodhi dan sebuah stiker kata perenungan dari Master Cheng Yen yang bertuliskan “Lebih baik melayani daripada dilayani”. Relawan yang telah tiba, lantas duduk di bangku dan menunggu kedatangan relawan lainnya. Sembari menunggu, para relawan pun menyanyikan lagu-lagu Tzu Chi bersama-sama. Saat semua relawan telah terkumpul acara pun segera dimulai.
Ket : - Berbekal pena di tangan, relawan Tzu Chi menggoreskan tekad dan doa di salah satu pilar bangunan Aula Jing Si. (kiri). Rumah Insan Tzu Chi Indonesia “Sejak dibangun di bulan Mei 2009 silam, Aula Jing Si setiap hari semakin lama semakin cepat dibangun. Tetapi apakah shixiong shijie sudah siap untuk menumbuhkan jiwa kerohanian kita? Dan apakah pada saat Aula Jing Si selesai dibangun kita juga sudah siap untuk pindah ke dalam rumah kita?” tanyanya. Di saat yang sama, Liu Su-mei juga mengucapkan terima kasih kepada para pekerja yang telah turut bersumbangsih membangun Aula Jing Si, serta mengajak para relawan bersatu hati supaya rumah tersebut menjadi lebih bagus. Usai kata-kata pembuka dari Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi, Rosvita yang hari itu bertugas membawakan acara mengatakan bahwa saat shixiong shijie berada di dalam Aula Jing si, shixiong shijie sudah menorehkan jejak berkah di Aula Jing Si. “Di dalam Aula Jing Si sudah ada jiwanya shixiong shijie. Dan saya percaya di dalam hati shixiong shijie sudah ada Aula Jing Si,” katanya. Rosvita juga menjelaskan bahwa Aula Jing Si memiliki ciri khas yang sangat special -sangat sederhana- tetapi tidak mengurangi kehidmatannya. Dengan ciri khas inilah membuat setiap orang yang masuk ke dalam ruangan akan merasa sangat tenang dan mengheningkan diri. “Dan semua yang dilihat adalah Dharma dari Tzu Chi. Sebuah gedung yang bermakna tanpa suara,” kata dia. Bagi insan Tzu Chi, selain berfungsi sebagai rumah, Aula Jing Si juga tempat untuk menggalang Bodhisatwa dunia, sarana untuk mendidik dan sarana pelatihan para Bodhisatwa serta sarana pendidikan masyarakat. Sumbangsih Seniman Bangunan Tak lupa, dia juga mengucapkan terima kasih kepada shixiong shijie dari tim pembanguna yang telah banyak melakukan pengorbanan, baik waktu maupun keringat untuk membangun Aula Jing Si agar menjadi kokoh. “Seperti menjadi ayah dan ibu yang bisa memberikan kehangatan bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada shixiong shijie yang setiap pagi telah menyiapkan makan siang vegetarian, setiap hari dengan tidak lelah-lelahnya. Yang lezat dan dengan harga yang sangat terjangkau,” katanya. Selama pembangunan ini, dia juga mengatakan banyak belajar dari apa yang menjadi budaya Tzu Chi. Hal kecil tetapi sangat berati, contohnya tidak merokok. “80 % dari seniman bangunan merokok, jadi tidak mudah, tetapi sampai saat ini kami cukup berhasil untuk menerapkan budaya itu kepada para seniman bangunan. Jadi uang yang dibawa pulang untuk belanja ibu-ibu lebih lagi,” katanya. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa para staf juga mencoba untuk memberikan sumbangsih dari apa yang mereka peroleh. “Hati dulu ya baru setelah itu jumlahnya,” katanya saat menyerahkan 2 buah celengan bambu kepada Liu Su-mei.
Ket : - Wendy Kuncoro mewakili staf dan para seniman bangunan menyerahkan 2 buah celengan bambu kepada Liu Su-mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. (kiri). Dana Kecil Amal Besar “Semen untuk bangun Aula Jing Si,” katanya polos. Tak hanya berkata-kata, ia pun menunjukkan letak Aula Jing Si kepada saya. “Kenapa mau bantu Tzu Chi?” tanya saya lagi. “Senang karena Tzu Chi itu suka bantuin orang,” katanya singkat. Wynnie sendiri datang ke Aula Jing Si ini bersama dengan kedua orangtuanya yang telah menjadi relawan Tzu Chi dari Hu Ai Jelambar. Oleh papanya, ia dikenalkan Tzu Chi sejak tahun 2009. Saat saya tanya kegiatan apa saja yang pernah diikuti, ia menjawab, “Ikut sama papa ke panti jompo, bantuin kakek-kakek dan nenek-nenek. Kasihan karena ga ada keluarganya lagi.” Menyatukan Tekad Bagi Rosvita, jika sebelumnya bangunan Aula Jing Si hanya terlihat jelas di dalam gambar, kini ia sudah menjelma semakin nyata. “Relawan responnya sangat antusias untuk datang walau saat itu hujan deras. Hari ini pada saat menyanyikan lagu mars Tzu Chi kita langsung berhadapan dengan gedungnya, jika dahulu dengan gambarnya saja. Saat menyanyikan marsnya, kita merasa sudah bersatu dengan gedungnya,” katanya. Di sudut-sudut ruangan, Widarsono dan Henry shixiong masih tampak asyik mengabadikan setiap momen yang terjadi. Berkat mereka dan relawan dokumentasi Tzu Chi lainnya, kebenaran, kebajikan, dan keindahan yang menjadi prinsip dasar jejak sejarah cinta kasih pun tercipta. | |||
Artikel Terkait
Sentuhan Hati Dalam Kunjungan Kasih
26 April 2012 Untuk kali ini, pada tanggal 26 April 2012, para relawan Tzu Chi Bandung melakukan kunjungan kasih ke Panti Wreda Senjarawi yang berlokasi di Jl. Jeruk, no. 7, Bandung.Tzu Ching Camp 2015: Sekaranglah Saatnya
25 Agustus 2015Pertama kali mengikuti Tzu Ching Camp, Fatah dipenuhi dengan semangat. Setelah camp ini, ia ingin menerapkan apa yang sudah ia pelajari selama camp dan bergabung dalam barisan relawan Tzu Ching.
Agatta Kini Jadi Relawan Tzu Chi
06 April 2022Keinginan Agatta untuk menjadi relawan Tzu Chi akhirnya terlaksana pada Minggu 3 April 2022. Kegiatan pertama yang ia ikuti adalah Gathering Penerima Bantuan Tzu Chi di Komunitas He Qi Timur yang dilaksanakan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading.