Doa Vita

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

foto Vita (kiri) dan Ermando, 2 pasien yang menjalani pengobatan di Jakarta. Vita telah menjalani operasi pembuatan langit-langit di mulutnya pada tanggal 30 November 2010 di RSCM Jakarta.

Bagi Solehatun dan putrinya Vita Agus Triadi, bisa datang ke Jakarta tentunya sebuah hal yang sangat menggembirakan. Terlebih bagi Vita, yang lahir di Biak Numfor Papua 5 tahun lalu, bisa melihat ibukota tentunya sebuah pengalaman yang berharga. Tetapi tunggu dulu, kedatangan Vita dan ibunya bukanlah untuk berwisata, namun untuk menjalani operasi pembuatan langit-langit mulut Vita.

Operasi Pertama
Sejak lahir Vita memang terlahir tak sempurna. Bibir bagian atasnya sumbing dan juga tak memiliki langit-langit di mulutnya. Meski sempat mengalami shock dan tidak bisa menerima kondisi anak keduanya ini, Solehatun (32) dan suaminya Agus Triadi (36) akhirnya dapat berpikir jernih dan menerima kondisi putri mereka apa adanya. “Anak adalah titipan Tuhan, bagaimanapun juga saya harus menerimanya,” kata Solehatun. Dengan segala keterbatasan mereka, akhirnya Vita bisa dioperasi saat berusia 8 bulan. Dengan uang 3 juta rupiah yang dikumpulkan dari hasil berdagang cendol, Agus dan Solehatun yang perantauan dari Jawa ini akhirnya membawa Vita ke RS Angkatan Laut Biak pada Maret 2006 untuk menjalani operasi bibir sumbing. Operasi pun berjalan lancar dan dari luar bibir Vita pun rapat seperti anak-anak bayi lainnya.

Tetapi kondisi sumbing Vita terbilang parah, meski dari luar sudah baik, tetapi sesungguhnya Vita masih belum memiliki langit-langit dan gusi di bagian atas mulutnya. Alhasil meski pertumbuhan fisik Vita normal, namun untuk berbicara gadis kecil ini masih sangat kesulitan. “Suaranya bindeng, kurang jelas,” terang Solehatun. Sebagai orang tua tentunya Agus dan Solehatun ingin menyempurnakan “kekurangan” putrinya, tetapi apa daya kemampuan ekonomi yang terbatas membuat mereka pasrah, sambil tak putus-putusnya berdoa untuk datangnya sebuah harapan. Apalagi pasangan ini juga harus memikirkan pengeluaran untuk anak pertama mereka, Agus Setiawan yang sudah mulai memasuki SMP dan memerlukan biaya yang tak sedikit.

foto    foto

Keterangan :

  • Vita bersama sang ibu, Solehatun yang selalu setia menemaninya selama berobat di Jakarta. Keterbatasan fisik membuat Vita tumbuh menjadi anak yang pemalu. (kiri)
  • Tinggal bersama dalam satu rumah di Jakarta membuat keluarga yang sedang menjalani pengobatan salah satu anggota keluarganya menjadi kompak. (kanan)

Berawal Dari Baksos Kesehatan Tzu Chi
Mengawali tahun 2010, tepatnya bulan Mei 2010, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan baksos kesehatan di Biak, Papua. Ini merupakan kali pertama Tzu Chi mengadakan baksos skala besar di Papua. Baksos ini memberikan pelayanan kepada warga kurang mampu di Biak, mulai dari penyakit katarak, hernia, tumor, dan juga bibir sumbing. Mendengar adanya informasi yang bisa membantu putrinya lebih baik, Agus dan Solehatun kemudian mencoba mendaftarkan Vita sebagai pasien baksos ini. Tetapi karena waktu dan peralatan yang terbatas, maka Vita tak bisa ditangani dalam baksos itu. Beruntung relawan Tzu Chi Biak kemudian mengobati kekecewaan Agus dan Solehatun dengan memasukkan putrinya ke daftar pasien kasus yang ditangani Tzu Chi Biak. Namun karena rumah sakit di Biak belum dapat menjalani operasi pembuatan langit-langit, maka satu-satunya cara adalah dengan mengirim Vita ke Jakarta.

Janji itu pun terealisasi. Pada tanggal 28 Oktober 2010, Vita dan Solehatun berangkat ke Jakarta bersama 2 pasien dari Biak lainnya. Di Jakarta, mereka tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi sambil menjalani pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan praoperasi. Selama kurang lebih 2 bulan Vita menjalani serangkaian tes kesehatan sampai akhirnya pada tanggal 30 November 2010 Vita dioperasi di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Perasaan bahagia menghinggapi Solehatun yang selalu mendampingi putrinya berobat. “Senang, akhirnya putri saya bisa dioperasi. Mudah-mudahan nanti Vita bisa berbicara normal seperti teman-temannya,” ungkap Solehatun yang sebelumnya tidak pernah membayangkan bahwa putrinya bisa dioperasi, apalagi sampai ke Jakarta. “Terima kasih banyak sama relawan Tzu Chi (Biak dan Jakarta-red) yang sudah membantu saya,” ucapnya haru. Kini Solehatun tinggal berharap suatu waktu akan ada lagi bantuan pengobatan lagi untuk menyempurnakan putrinya, yaitu pembuatan gusi di bagian atas mulut Vita. “Yah supaya lebih sempurnalah, biar seperti anak-anak lainnya,” ungkap Solehatun.

foto  foto

Keterangan :

  • Para pasien dari luar kota yang menjalani pengobatan menginap di Perumahan Cinta Kasih Cengkareng hingga pengobatan mereka selesai dilakukan. (kiri)
  • Para keluarga dari Biak dan Kalimantan Barat ini juga sangat antusias untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam, salah satunya melalui media cetak Tzu Chi yang diberikan untuk mereka. (kanan)

Selama tinggal di Perumahan Cinta Kasih, Solehatun dan Vita tinggal bersama pasien-pasien penerima bantuan pengobatan Tzu Chi, yaitu Louisa dengan anaknya Ermando (5) yang sejak lahir tidak memiliki anus. Jika Vita tanggal 25 Desember 2010 ini sudah bisa kembali ke Biak, maka Ermando masih harus menjalani serangkaian tes kesehatan sebelum dioperasi. “Kita sudah seperti saudara, nggak ada jarak lagi,” kata Louisa mengungkapkan hubungan di antara mereka. “Lebih kurang dua bulan kita bersama. Kalau ada apa-apa ya saling cerita dan membantu,” tambah Solehatun. Tak heran jika kebahagiaan Solehatun dan Vita pun menjadi kebahagiaan bagi Louisa dan Ermando. Terlebih Ermando dan Vita kerap bermain bersama. “Mudah-mudahan Ermando juga bisa cepat dioperasi dan sembuh,” kata Solehatun tulus.

  
 

Artikel Terkait

Bantuan, Cinta Kasih, Serta Perhatian untuk Korban Kebakaran Di Plumpang

Bantuan, Cinta Kasih, Serta Perhatian untuk Korban Kebakaran Di Plumpang

10 Maret 2023

Relawan Tzu Chi memberikan bantuan cinta kasih untuk para korban kebakaran di Plumpang, Jakarta Utara, berupa sembako dan beras (5kg) sebanyak 350 paket. 

Memulihkan Kesehatan Gigi Ikbal

Memulihkan Kesehatan Gigi Ikbal

07 Mei 2014 Dengan pengobatan gratis ini, Sanem merasa bersyukur karena Ikbal bisa ditangani masalah giginya yang sering kambuh. “Namanya orangnggak punya, nggak tahu entah akan berobat ke dokter atau tidak.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -