Dokter yang Berbudaya Humanis
Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara) Selain cakap dan kompeten dalam bidang medis, para dokter TIMA Indonesia ini juga turut mensosialisasikan budaya humanis Tzu Chi. |
| ||
Delapan tahun silam, tepatnya tanggal 10 November 2002, diresmikanlah sebuah organisasi yang mengumpulkan para dokter dari berbagai spesialisasi di dalamnya. Tzu Chi International Medical Association yang kemudian dikenal dengan singkatan TIMA Indonesia mulai dibentuk saat itu. Dalam aktivitas TIMA, terdapat 3 kategori utama yang dilakukan, yaitu bakti sosial kesehatan, daerah binaan, dan daerah bencana. Pencapaian di tahun 2010, membuat TIMA Indonesia memiliki target yang luar biasa dalam program kerja 2011, yaitu lebih terfokusnya baksos di Jakarta dan sekitarnya, lebih memprioritaskan daerah binaan, melakukan pembinaan personil yang lebih mendalam, ikut berpartisipasi kegiatan di Aula Jing Si, memandirikan baksos di daerah dan lebih berpartisipasi di dalam daerah bencana. Penanganan Pasien Kasus di Medan Dr. Irwanto Phen, Sp.Og dari Medan memulai laporannya dengan menunjukkan angka yang luar biasa dalam peningkatan jumlah dokter yang dengan setia menjadi relawan Tzu Chi. Sebanyak 150 dokter yang tergabung dalam TIMA Medan, dan semuanya memiliki semangat yang sama untuk terus berada di Tzu Chi. “Para relawan memberikan 51% hidupnya untuk Tzu Chi dalam menanam ladang berkahnya,” ujar Mujianto, salah satu relawan Tzu Chi Medan yang mendampingi dr Iwanto memberikan komentarnya. “Banyak pendonor darah yang setia berpartisipasi ketika Tzu Chi mengadakan donor darah. Kebanyakan masyarakat sudah mengetahui bahwa Tzu Chi adalah suatu organisasi yang baik adanya,” ujar dr. Iwanto. Menutup sharingnya, dr. Irwanto mengisahkan 2 orang pasien kasus yang telah selesai dibantu Tzu Chi, yang pertama adalah seorang Nenek Gotati yang berusia 76 tahun dan menderita penyakit katarak. Dengan adanya jodoh yang kuat akhirnya nenek Gotati berhasil dioperasi oleh dokter spesialis bedah mata dan sekarang telah sembuh. Yang kedua adalah seorang remaja berusia 14 tahun bernama Sri Rahayu Lubis dengan penyakit tumor kista seberat 6 kg yang berasal dari keluarga tidak mampu.
Keterangan :
Sri Rahayu adalah sulung dari 9 bersaudara. Ayahnya yang seorang penarik becak, berniat untuk menjual becaknya agar dapat membiayai operasi tumor kistanya. Namun dengan bakti orang tua dan kasih sayangnya yang besar terhadap adik-adiknya, Sri Rahayu menolak untuk dioperasi agar ayahnya tidak menjual becak yang telah menjadi tumpuan hidup mereka sekeluarga. Berjodoh dengan Tzu Chi, Sri Rahayu yakin dan berani memasuki ruang operasi bersama relawan yang menyertainya. Kini, tumor seberat 6 kg pun sudah tak ada di tubuhnya, dan dengan cinta kasih yang besar, Sri Rahayu kini menjadi donatur tetap Tzu Chi Medan agar orang lain yang membutuhkan pertolongan Tzu Chi pun dapat tertolong. Begitu mulia hati seorang Sri Rahayu. Kemudian, seorang dokter yang telah sangat berpengalaman dan datang dari Indonesia Timur, dr gunawan, bercerita tentang mulai tumbuhnya para dokter setempat yang turut membantu ketika bencana Wasior terjadi. Harapan TIMA Indonesia Menyelesaikan rapat tahunannya, para pengurus TIMA berpindah dari gedung Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi ke Aula RSKB untuk merayakan hari ulang tahunnya. Dimulai dengan penghormatan terhadap Master Cheng Yen, para dokter kemudian menyanyikan bersama lagu kebangsaan para dokter TIMA yaitu “Jubah Putih”. Penyuguhan teh pun dilakukan oleh relawan Tzu Chi dengan seorang anggota TIMA kepada para peserta yang hadir. Kilas balik TIMA Indonesia juga dipertontonkan agar para anggota dapat bersama melihat apa saja yang telah dilakukan selama 1 tahun terakhir. Wen Yu, relawan Tzu Chi membagikan pengalaman pertamanya saat mengikuti baksos kesehatan di Serang tahun 2000. Lulu, relawan Tzu Chi yang sering menangani pasien penanganan khusus pun turut berbagi tentang seorang pasien yang ditangani oleh Tzu Chi, yaitu Ibu Enjah dari Tanjung Kait, Tangerang. Ibu Enjah memiliki 3 orang anak yang sangat berbakti ketika ia sakit lumpuh. Berjodoh dengan Tzu Chi, Enjah dirawat sampai sembuh dan sampai akhir hayatnya ia telah turut berpartisipasi menjadi seorang relawan pemerhati di RSKB Cinta Kasih. Ketiga anaknya telah tumbuh dewasa dan dua anaknya kini masih bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.
Keterangan :
Dr Subekti merupakan dr yang sangat tersentuh dengan keberadaan TIMA Indonesia. Beliau berharap bahwa para dokter pun dapat menyembuhkan pasien dengan hati. “Dokter yang bergabung dengan TIMA, bukan hanya canggih ngobatin pasien, tapi juga ngobatin batin,” katanya. Jalan menuju pintu Tzu Chi dibabarkan oleh dr Hengky. Sebelum menjadi komite di tahun 2009 lalu, dr Hengky selalu merasa belum pantas untuk menjadi komite, namun hatinya tergerak untuk menjadi murid Master Cheng Yen ketika sepasang dokter dari Jakarta menyatakan ingin menjadi murid Master ketika berkunjung ke Hualien. “Maka di tahun 2009 pun, saya dilantik menjadi komite. Maka, janganlah tunggu sampai 10 tahun!” ujarnya bersemangat. Mengembangkan Cinta Kasih TIMA Indonesia pun merayakan Ulang Tahun ke-8 nya dengan melantik 40 tenaga medis yang terdiri dari dokter spesialis mata, dokter bedah, dokter gigi, dokter umum, perawat dan apoteker. Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma dan pengurus TIMA pun menyematkan tanda pengenal sebagai simbolis pelantikan anggota baru TIMA dari berbagai daerah di Indonesia. Diharapkan para dokter, perawat, apoteker, dan tenaga medis dapat terus bersumbangsih, karena semakin banyak berbuat kebajikan, semakin banyak pula mereka diberkahi.. | |||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Bertekad Mengembangkan Kebijaksanaan
06 Desember 2012 Bodhisatwa sekalian, kita memiliki jalinan jodoh begitu baik sehingga bisa terlahir sebagai manusia dan berkesempatan untuk mendengar Dharma.Kebahagiaan Nenek Andi dan Sembilan Warga Kamal Muara yang Sebentar Lagi Rumahnya Dibedah
03 Oktober 2023Mata Andi Nurhaya berkaca-kaca usai membubuhkan tanda tangan di surat persetujuan terkait denah rumahnya yang sebentar lagi dibangun Tzu Chi Indonesia. “Alhamdulillah..” ucapnya penuh syukur.