Dua Hal Yang Tidak Bisa Ditunda

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Erli Tan, Johnsen, Tan Surianto (He Qi Utara)
 
 

foto
Dengan sikap hormat dan menghargai disertai rasa syukur, relawan menyerahkan langsung kupon yang akan dibawa warga untuk ditukar dengan bingkisan.

Merupakan agenda rutin bagi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk mengadakan bakti sosial pembagian bingkisan bagi warga yang membutuhkan. Menjelang lebaran, tanggal 3 Agustus 2013, warga Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara mendapat giliran menerima bingkisan tersebut. Bingkisan lebaran yang dititik beratkan untuk kaum lansia (lanjut usia) itu tercatat sebanyak 933 paket. Tanggal 2 Agustus 2013, berdasarkan data yang dihimpun dari Ketua RT/RW setempat, 33 relawan Tzu Chi turun ke lokasi, menyerahkan kupon yang akan digunakan warga untuk ditukarkan dengan bingkisan.

Saat mencari rumah warga untuk menyerahkan kupon secara langsung, tak jarang relawan harus melewati gang-gang sempit nan gelap, kadang-kadang tercium bau tak nyaman dari tumpukan sampah dan got sekitar. Namun kondisi lingkungan dan akses jalan yang sulit dilewati, tidak menyurutkan semangat relawan untuk menjangkau warga yang layak mendapat bingkisan. Relawan tidak merasa sulit sedikitpun, sebaliknya penuh dengan rasa bahagia karena merasa diri sendiri mampu melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain.

Dengan wajah penuh senyum, relawan selalu menyerahkan kupon dengan kedua tangan, mengatupkan kedua tangan mengucapkan terima kasih, bersikap rendah hati dan tidak ragu membungkukkan badan. Bukan hanya itu, relawan juga mendoakan penerima kupon yang kebanyakan lansia itu melalui kata-kata yang baik seperti “Semoga Ibu selalu berbahagia”, “Semoga pemberian ini bermanfaat”, “Semoga sehat selalu ya Pak”. Membuat para lansia yang mendengarnya merasakan kebahagiaan, seolah-olah mendengar ucapan doa dari anak cucu sendiri. Sikap Gan En (bersyukur), Zhun Zhong (menghargai), dan Ai (Cinta Kasih) yang terpancar dari relawan saat berinteraksi, membuat warga merasakan ketulusan dan perhatian. Mereka juga membalas dengan sikap yang sama seraya berucap “Terima kasih...terima kasih....” Hubungan seperti ini sungguh indah, seperti yang dikatakan Master Cheng Yen melalui Kata Perenungan: “Yang membuat langit indah adalah bintang-bintang, yang membuat dunia ini indah adalah kehangatan antarsesama.”

foto  foto

Keterangan :

  • Bu Budeg saat mendapat kunjungan dari relawan dan menerima kupon bingkisan di rumahnya (kiri).
  • Bu Runi (70) dan cucunya Samsyul (14) setelah menerima bingkisan lebaran dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, hendak berjalan pulang (kanan).

Para lansia yang ditemui relawan, tidak sedikit di antara mereka yang hidup sebatang kara, sakit, dan berbaring tak berdaya. Salah satunya adalah Bu Budeg, ia diberi panggilan seperti itu oleh warga setempat karena memang mengalami kesulitan mendengar, Ketua RT-nya bahkan tidak mengetahui namanya. Menurut penuturan warga sekitar, Bu Budeg selain mengalami kesulitan mendengar, juga tidak bisa berjalan, hanya terbaring dan mengandalkan bantuan tetangga untuk kebutuhan makan, minum, dan aktifitas sehari-hari. Mendengar itu, relawan berinisiatif masuk ke dalam rumah kemudian menghampirinya. Walau ucapan relawan tidak terdengar jelas olehnya, namun ketulusan relawan dapat dirasakannya, sehingga ia pun menerima dengan baik kupon yang diberikan.
 
Berbakti Kepada Orang Tua dan Berbuat Kebajikan
Esoknya, saat pembagian bingkisan yang bertempat di SMP Islam Al Muttaqin, warga yang memegang kupon pun berdatangan. Di antara kerumunan warga yang datang dan pergi membawa bingkisan, terlihat Runi (70) dan cucunya, Samsyul (14). Runi dengan perawakan yang kurus dan mungil agak kesusahan berjalan sambil memegang tangan cucunya, tidak heran bila bingkisan seberat 7 kg harus dibawa oleh Samsyul. Melihat kakinya yang tidak leluasa berjalan, relawan pun mendekat dan bertanya dengan ramah, “Kakinya kenapa Bu?” Ternyata bukan hanya kaki kirinya saja yang bermasalah, tangan kiri juga kurang leluasa akibat stroke yang sudah membuntutinya selama 6 tahun. “Dulu pertama kena stroke itu jatoh (karena jatuh), tidak bisa bicara, sekarang udah bisa. Kaki aja dan tangan (yang bermasalah),” ia pun memperlihatkan tangan kirinya kepada relawan, jari-jari tangannya terlihat tidak bisa diluruskan. “Tapi saya bersyukur masih bisa jalan, walau agak payah,” ujar Runi yang rumahnya ada di RT 005/RW 05. Kepada relawan, Runi sempat mengeluh, anaknya yang tinggal serumah tidak mau menemaninya datang. Untung ada Samsyul, sang cucu yang tinggal di Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng khusus datang pagi itu untuk menemaninya.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan dengan senang hati membantu Bu Erma (69) membawakan bingkisannya (kiri).
  • Melalui kegiatan bakti sosial, relawan dapat berinteraksi langsung dengan warga. Terlihat relawan sedang menghibur Bu Ani (62) yang sedang menangis akibat terjatuh saat berjalan (kanan).

Dengan adanya kegiatan bakti sosial, melalui interaksi relawan dengan warga, seringkali ditemui beragam kehidupan yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan sesama. Selain Bu Budeg dan Runi, ada juga Erma (69) yang mata kanannya sudah tidak dapat melihat dengan jelas, kemungkinan adalah katarak. Relawan pun menganjurkan Erma yang juga menderita tekanan darah tinggi, untuk mengikuti bakti sosial kesehatan yang akan diadakan Tzu Chi dalam waktu dekat.

Sumbangsih yang relawan berikan adalah sebuah bentuk kebajikan. Baik itu berupa materi, waktu, tenaga, sebuah senyuman, sebuah sentuhan, sebuah ucapan baik, seberkas perhatian dan kepedulian, semuanya adalah wujud dari kebajikan yang membawa kebahagiaan bagi warga yang membutuhkan. Melalui kegiatan ini juga, kita dapat merasakan suka duka kehidupan para lansia yang membuat kita teringat pada ayah ibu ataupun kakek nenek kita yang ada di rumah. Bagaimana bila saat ini yang menjadi orang tua kita adalah Bu Budeg, Bu Runi, atau Bu Erma, apa yang harus kita perbuat untuk mereka? Pentingnya berbakti dan berbuat kebajikan kembali mengingatkan kita. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi: “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda, yaitu berbuat kebajikan dan berbakti kepada orang tua.”

  
 

Artikel Terkait

Mensosialisasikan Daur Ulang

Mensosialisasikan Daur Ulang

22 Oktober 2015

Di hari Minggu, 18 Oktober 2015 atau pekan ke-3 setiap bulannya, relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Pluit mengadakan kegiatan memilah barang daur ulang di depo mini, lapangan tenis Komplek Pluit Sakti, Jakarta Utara. Kali ini para peserta yang hadir sebanyak 55 orang relawan.

Membantu Korban Kebakaran di Sungai Lakam

Membantu Korban Kebakaran di Sungai Lakam

18 April 2022

Pada Selasa, 12 April 2022, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun memberikan bantuan bagi korban kebakaran di Sungai Lakam, Kabupaten Karimun. Bantuan yang diberikan berupa sembako, 1 unit penanak nasi, dan uang pemerhati.

Menggapai Cita–cita

Menggapai Cita–cita

28 Oktober 2011 Yuniarti selain aktif di sekolah ternyata juga sangat aktif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Tzu Chi. Beberapa kali gathering anak asuh penerima beasiswa Tzu Chi diikutinya.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -