Juniaty (kiri), koordinator pembuatan kue ini sedang menguleni adonan kue kering.
Sebagai wujud kepedulian kepada sesama, khususnya para penerima bantuan Tzu Chi (gan en hu), relawan Tzu Chi Medan dengan semangat luar biasa memproduksi 2.000 kotak kue kering untuk dibagikan kepada mereka pada acara Pemberkahan Akhir Tahun yang akan diselenggarakan pada Desember 2024. Selama 10 hari, dimulai pada 9 November 2024, para relawan bergotong royong di kantor Tzu Chi Medan, Komplek Cemara Asri, untuk membuat kue-kue lezat dalam tiga varian: kue mentega, kue kacang, dan kue coklat.
Gagasan pembuatan kue kering ini bermula dari ide Desnita, seorang relawan komite Tzu Chi Medan, yang teringat pada sebuah panggangan gas besar yang disumbangkan oleh seorang donatur sebelum pandemi Covid-19. Desnita ingin mengajak relawan membuat kue kering sendiri karena, menurutnya, kue buatan tangan dengan bahan berkualitas pasti lebih enak dan dengan harga terjangkau dibandingkan kue yang dibeli di pasar. "Awalnya saya ragu bisa mewujudkan ini, karena saya sendiri tidak pandai membuat kue. Tapi setelah saya ajak beberapa relawan, ide ini didukung penuh, dan kami pun mulai mencari relawan yang ahli dalam pembuatan kue," ujar Desnita.
Desnita (kedua dari kanan) dan Ratna (kedua dari kiri) sedang mencetak kue kering.
Pada hari pertama pembuatan, sekitar 18 orang relawan hadir untuk membantu. Namun, mereka menghadapi tantangan, yaitu kekurangan loyang dan panggangan. Untungnya, masalah ini segera teratasi berkat bantuan dari temannya, Ratna, yang meminjamkan dua panggangan, dan Lina Chandrina yang juga menawarkan panggangan miliknya. "Dengan bantuan ini, semuanya berjalan lancar di hari kedua," tambah Desnita.
Koordinasi pembuatan kue ini dilakukan oleh Juniaty, relawan dengan pengalaman cukup banyak dalam pembuatan kue. Meskipun awalnya khawatir karena harus mengelola kegiatan besar ini dengan melibatkan banyak relawan, Juniaty merasa bersyukur karena hampir 20 hingga 30 relawan datang setiap hari untuk membantu, meski sebagian hanya bisa bergabung dalam waktu singkat. "Kami bekerja dari jam 9 pagi hingga sekitar jam 7 malam, dari mulai membuat adonan, mencetak kue, memanggang, hingga mengemas kue yang sudah jadi ke dalam toples," ujar Juniaty.
Salah satu tantangan terbesar dalam proses pembuatan kue adalah pemanggangan. "Jika tidak hati-hati, kue bisa gosong. Kami sangat beruntung ada Melinda, yang sangat fokus dan teliti menjaga proses pemanggangan, sehingga kue-kue yang dipanggang selalu sempurna," ungkap Juniaty.
Melinda, relawan yang menangani bagian panggangan kue, begitu sepenuh hati menjaga agar panggangan hasilnya bagus.
Melinda menambahkan, "Pemanggangan memang membutuhkan kesabaran dan perhatian penuh, seperti yang selalu diajarkan oleh Master Cheng Yen, kita sedang melakukan meditasi dalam setiap pekerjaan yang kami lakukan."
Selain membuat kue, Juniaty berharap kegiatan ini dapat memberikan pengalaman berharga bagi para relawan dalam mempelajari cara membuat kue kering, khususnya proses pemanggangan yang membutuhkan ketelitian. Ia juga berharap, melalui kegiatan ini, para relawan dapat saling mengenal lebih dekat dan mempererat kekompakan di antara mereka. "Kami ingin memberikan yang terbaik bagi Gan En Hu, dengan kue yang tak hanya enak, tetapi juga menunjukkan cinta kasih Tzu Chi. Semoga mereka merasa seperti bagian dari keluarga besar Tzu Chi," ujar Juniaty.
Inilah ketiga jenis kue kering untuk Gan En Hu: kue mentega, kue kacang, dan kue coklat.
Dalam setiap langkah dan tantangan yang mereka hadapi, relawan Tzu Chi Medan selalu mengingat pesan Master Cheng Yen: "Mampu menjalankan yang sulit dijalankan, mampu mengikhlaskan yang sulit diikhlaskan, serta mampu melakukan yang sulit dilakukan, akan bisa meningkatkan kepribadian diri kita."
Dengan semangat gotong royong dan tekad yang kuat, relawan Tzu Chi Medan berhasil mewujudkan rencana besar ini, memberikan cinta kasih kepada Gan En Hu melalui 2.000 kotak kue kering yang penuh dengan perhatian dan kebaikan.
Editor: Metta Wulandari