Dukungan Moril Saat Duka Merundung

Jurnalis : Stefanny Doddy, Fotografer : Metta Wulandari

Relawan Tzu Chi menggelar doa bersama di Rumah Duka Boen Tek Bio, Tangerang untuk mengenang Almarhum WS. Teguh Soetrisno.

Setelah Lombok, Palu, dan Donggala, Indonesia kembali dilanda bencana tsunami di Selat Sunda. Bencana ini menghantam wilayah Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu, 22 Desember 2018. Air laut yang tingginya diperkirakan mencapai 5 meter itu membuat pemukiman penduduk rusak parah dan menimbulkan banyaknya korban jiwa. Dengan sekejap, suasana dukacita kembali melanda indonesia.

Kejadian tsunami yang terjadi pada momen liburan dan akhir pekan semakin menambah banyaknya korban. Pasalnya banyak warga masyarakat setempat maupun luar wilayah memilih menghabiskan waktu liburannya di pinggir pantai. Begitu pula dengan seorang guru Budaya Humanis SD Cinta Kasih Tzu Chi, Teguh Ika Rohyani dan saudaranya Teguh Rachmawati, relawan Tzu Chi, yang membawa keluarganya untuk berlibur ke Pantai Carita, Banten.

Malang tidak dapat ditolak. Pilihannya menginap di resort pinggir pantai dengan pemandangan yang sangat indah ternyata berakhir dengan duka. Sang ayah, WS. Teguh Soetrisno (81) menjadi satu dari ratusan korban tsunami.


Teguh Ika Rohyani (baju putih) berbincang dengan relawan di rumah duka. Ia berbahagia karena dukungan dan semangat yang diberikan oleh kerabat maupun relawan sangat berharga baginya.

Berawal dari suara gemuruh yang terdengar oleh ayah Ika, WS. Teguh Soetrisno (81). Ayahnya pun berlari keluar hotel karena ia merasa suara ombak tersebut terdengar lebih besar dan lain dari biasanya. Belakangan suara gemuruh tersebut diketahui adalah suara erupsi Gunung Anak Krakatau. Ika yang saat itu masih terjaga mencoba menyusul ayahnya. Namun tak lama setelah itu, ombak tinggi pun datang menerjang. Ika dan sang ayah terbawa arus. mereka terpisah.

“Waktu itu, saya sudah mau menolong papa, cuman nggak sempat ketangkep tangannya, sudah terbawa arus. Andai papa nggak keluar dari hotel,” ungkap Ika. Air mata Ika pun spontan mengalir dan membasahi pipinya ketika ia mengucapkan kata ‘papa’.

Ika selamat walaupun sempat tidak sadarkan diri. Ia pingsan dan kemudian sadar dengan sendirinya di tengah pepohonan kelapa. Sementara itu, keluarganya yang selamat dari tsunami langsung dirawat di Puskesmas Cimangu. Anaknya yang mengalami luka yang lebih parah lantas dibawa ke Puskesmas Cibaliung. Jenasah Teguh Soetrisno ditemukan keesokan harinya.

Kesempatan Kedua

Keluarga besar Tzu Chi turut berduka atas kehilangan yang dirasakan oleh Ika. Rabu, 26 Desember 2018, relawan Tzu Chi wilayah Jakarta dan Tangerang mengadakan doa bersama yang ditujukan pada Almarhum WS. Teguh Soetrisno yang disemayamkan di Rumah Duka Boen Tek Bio, Tangerang. Sekitar 40 relawan Tzu Chi hadir untuk memberikan doa mereka kepada Almarhum Teguh dan keluarga Ika.

Ika yang melihat kedatangan teman-temannya dari sekolah maupun relawan dari Tzu Chi pun tersenyum bahagia atas kepedulian serta semangat yang telah mereka berikan. “Hari ini saya bahagia karena banyak teman-teman dan relawan yang datang. Perhatian mereka benar-benar memberikan saya dukungan. Sekecil apapun itu yang mereka berikan, bagi saya itu sangatlah berarti,” ujar Ika.

“Saya sudah merasakan sendiri bagaimana menjadi korban tsunami dan selamat. Ini juga merupakan kehidupan yang kedua bagi saya. Harapan saya cuma agar papa saya lancar jalannya,” tambah Ika.

Relawan menyampaikan ungkapan duka yang mendalam kepada pihak keluarga Teguh Ika Rohyani.

Tak hanya perhatian yang diberikan relawan di rumah duka, namun Ika juga berterima kasih atas perhatian yang diberikan para warga masyarakat ketika ia masih di lokasi tsunami. Dimana banyak sekali orang yang baik hatinya, yang membantu Ika untuk menghubungi keluarga. Di lokasi bencana, masyarakat sekitar juga memberikan pakaian dan perhatian yang menghangatkan hati Ika saat itu. Begitu pula saat ia mencari keluarganya yang terpisah darinya akibat tsunami.

“Saya benar-benar gan en kepada para relawan,” pungkas Ika, sambil menahan air matanya.

Cinta Kasih Sebuah Keluarga

Bao Bing, relawan Tzu Chi He Qi Barat 1 yang aktif di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, juga turut hadir untuk memberikan doanya kepada keluarga Ika. “Saya berdoa semoga mereka jauh dari bencana dan mereka juga bisa tetap tenang dalam menghadapi musibah ini. Saya juga berharap ini akan menjadi yang terakir kalinya dan semua makhluk dapat jauh dari bencana,” ungkap Bao Bing.


Relawan berdoa dengan tulus agar melapangkan jalan Almarhum Teguh Soetrisno. Mereka juga berdoa semoga keluarga dapat kuat menghadapi cobaan.

Tak hanya Bao Bing, Tan Soei Tjoe Ketua komunitas relawan He Qi Barat 1 juga menyampaikan ungkapan duka citanya. “Saya ingin Shijie Ika tahu bahwa kita keluarga besar Cinta Kasih Tzu Chi penuh perhatian. Kita bersama dalam suka maupun duka dan akan terus memberi semangat kepada Shijie Ika. Semoga kita semua terbebas dari bencana,” ujarnya.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

 Berdoa Bersama dan Bermaaf-Maafan di Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah

Berdoa Bersama dan Bermaaf-Maafan di Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah

08 Agustus 2014 Perbuatan mulia dilakukan relawan Tzu Chi usai hari raya lebaran dengan mengadakan acara Gathering Gan En Hu. Para penerima bantuan antusias untuk melakukan isyarat tangan dan bernyanyi bersama.
PAT 2023: Doa Bersama Pemberkahan Awal Tahun 2023 Bersama para donator dan Penerima Bantuan Tzu Chi.

PAT 2023: Doa Bersama Pemberkahan Awal Tahun 2023 Bersama para donator dan Penerima Bantuan Tzu Chi.

16 Februari 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi kantor cabang Medan mengadakan Pemberkahan Awal Tahun 2023 bersama para donator dan masyarakat umum. 

Menghimpun Niat Kebajikan Melalui Doa Bersama Waisak

Menghimpun Niat Kebajikan Melalui Doa Bersama Waisak

30 Mei 2024

Sebanyak 500 peserta turut serta dalam membentuk formasi daun bodhi dengan aksara “Fo” di dalamnya pada peringatan tiga hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia di Tzu Chi Pekanbaru.

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -