Viona dan Kusnandar, relawan Tzu Chi kembali berkunjung ke rumah Nurjaya untuk melihat kondisinya. Nurjaya kondisi fisiknya mengalami kemajuan yang sangat baik dibandingkan satu tahun lalu.
Nurjaya (40) adalah anak sulung dari enam bersaudara yang tinggal di Kampung Tanggul Jaya, Kasemen, Serang, Banten. Nurjaya merantau mencari nafkah dengan bekerja di proyek listrik di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada tahun 2022. Di usianya yang masih produktif, ia sedang giat-giatnya mencari nafkah untuk membantu ekonomi keluarga. Namun langkahnya terpaksa harus terhenti karena sakit akibat peradangan usus besar yang dideritanya.
Nurjaya mengungkapkan bahwa ia memang sebelumnya mengidap penyakit Hernia. Namun dengan kondisi itu ia masih bisa bekerja, sampai suatu ketika tiba-tiba ia merasakan sakit perut yang luar biasa. Rekan-rekan kerjanya kemudian membawa Nurjaya ke rumah sakit di Kota Padang. Namun karena tidak ada yang mendampingi, Nurjaya kemudian dibawa ke Jakarta dan diantarkan ke rumahnya di Kota Serang. Setibanya di Serang, Nurjaya langsung dibawa ke Rumah Sakit Sari Asih, Serang, Banten.
“Saya langsung masuk ruang UGD, dan dirawat. Dua hari kemudian saya langsung dioperasi untuk membuat lubang pembuangan tinja karena usus besar saya menurut dokter mengalami peradangan dan harus dioperasi,” jelas Nurjaya.
Ternyata Nurjaya mengidap kolitis ulseratif yang menyerang usus besarnya, dimana dokter terpaksa harus membuat stoma, sebuah lubang di perut (pinggul kanan) untuk mengeluarkan tinjanya. Untuk sementara waktu, Nurjaya harus mengandalkan alat-alat ini untuk buang hajat.
Pada kunjungan ke rumah Nurjaya (23 Juni 2024), relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Tangerang membawakan satu paket sembako, telur, dan beras untuk membantu pemenuhan kebutuhan gizi Nurjaya.
Pascaoperasi Nurjaya harus terus menggunakan kantong kolostomi untuk menampung tinjanya. Beruntung segala biaya pengobatan dan operasi Nurjaya sudah dijamin oleh BPJS Kesehatan. Kondisi Nurjaya pada saat itu sangat memprihatinkan. Badan kurus, pucat, dan hanya bisa terbaring di atas tempat tidur.
Pascaoperasi kolostomi Nurjaya juga harus berobat jalan seminggu sekali selama kurang lebih kurang enam bulan. “Adik saya Ulfa yang antar ke rumah sakit Sari Asih,” ucap Nurjaya. Ketika relawan datang bersama tim medis ke rumah Nurjaya ada rasa kaget dan bingung pada diri Nurjaya. “Waktu itu saya kaget banyak orang datang, terus ada dokter juga yang menanyakan riwayat sakit ini,” ungkap Nurjaya.
Nurjaya merasa sangat terbantu dengan adanya bantuan biaya pengobatan yang tidak di tanggung oleh BPJS oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sebelum dibantu Tzu Chi, beberapa kebutuhan perawatannya seperti kain kassa, alkohol, pasta, lem, dan kantong kolostomi dibeli dengan biaya sendiri. “Dulu itu saya beli sendiri, satu minggu perlu biaya satu juta karena setiap hari harus ganti,” terang Nurjaya.
Dukungan Keluarga Besar
Sarmini, ibu Nurjaya adalah seorang
penjual ikan di Pasar Karangantu. Sarmini harus menanggung biaya transportasi setiap kali Nurjaya harus pergi kontrol ke RS Budi Asih di Kota Serang. Beruntung keluarga dan saudara-saudara Nurjaya bergotong royong membantu biaya transportasi ke rumah sakit.
Sarmini, Ibu Nurjaya secara rutin dengan telaten membersihkan kantong kolostomi Nurjaya agar tidak terjadi iritasi kulit. Sarmini merasa sangat terbantu atas bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi.
“Saya sedih, Pak, saya orang nggak punya, biaya rumah sakit mahal, Alhamdulillah ada BPJS,” ungkap Sarmini. Sarmini sendiri sempat merasa putus asa dalam mendampingi pengobatan Nurjaya. Namun, yang membuat semangat Sarmini kembali muncul adalah Mariyah Ulfa, anak ke-5 Sarmini yang mau membantu merawat Nurjaya. “Ulfa bilang kita lagi dicoba sama Allah, musti sabar Mak, jangan menyerah. Semua ujian pasti ada batasnya,” ucap Ulfa kepada Sarmini. Ulfa sering mengingatkan Sarmini untuk terus berdoa untuk kesembuhan Nurjaya. Kalimat ini yang membuat Sarmini tegar dan kuat merawat dan mendampingi Nurjaya. Ulfa juga yang setiap hari selalu mengganti kantong kolostomi Nurjaya dengan telaten dan penuh kasih sayang. Anggota keluarga yang lain tidak tega dan berani melakukannya.
Nurjaya berharap ia bisa lekas lekas sembuh dan bisa aktivitas kerja kembali. “Saya mau cepat sembuh, mau kerja dan bantu keluarga. Saya bersyukur dan banyak terima kasih sama adik saya, ibu saya, saudara-saudara saya yang sudah merawat dan Yayasan Tzu Chi yang sudah membantu, hanya Tuhan yang bisa membalasnya,” ucap Nurjaya haru.
Jalinan jodoh Nurjaya bertemu dengan Yayasan Buddha Tzu Chi bermula ketika Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan umum di Vihara Avalokitesvara di Kota Serang, Banten pada 2 Juli 2023. Pada saat itu Anggota TNI dari Babinsa Kota Serang memberi informasi bahwa ada warga Kampung Tanggul Jaya, Kec. Kasemen yang mengalami kurang gizi dan harus BAB melalui perut menggunakan kantong kolostomi.
Suster Weni memeragakan cara mengganti kantong kolostomi yang bersih dan benar kepada keluarga Nurjaya. Sementara dr. Luman M. Gizi memeriksa kondisi kesehatan Nurjaya sambil memberikan informasi makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhannya pada Juli 2023 lalu.
Saat itu juga Tim Medis Tzu Chi (TIMA) Indonesia, Suster Weni dan dr. Luman datang langsung ke rumah Nurjaya bersama Viona, relawan Tzu Chi Serang, dan anggota Babinsa untuk memeriksa kondisi kesehatan Nurjaya. Saat itu Suster Weni juga memberi penjelasan bagaimana cara mengganti dan membersihkan kantong kolostomi yang benar dan bersih kepada Ulfa.
Sedangkan dr. Luman memberi penjelasan kepada Nurjaya tentang menu gizi yang harus dimakan dan yang dilarang guna untuk mempercepat penyembuhan. “Dokter saranin Nurjaya harus makan makanan yang berprotein tinggi, contohnya seperti telur,” ujar Viona. Viona juga menjelaskan bantuan yang diberikan Tzu Chi untuk Nurjaya adalah kain kassa, alkohol, pasta, lem, dan kantong kolostomi yang diantarkan langsung setiap bulan oleh relawan Tzu Chi Serang.
Bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi ini juga berkat adanya jalinan jodoh dengan relawan He Qi Tangerang yang kebetulan memang tinggal di Kota Serang. Relawan itu bernama Kusnandar. “Saya dengan Shijie Viona membantu untuk memberikan alat-alat medis. Awal saya datang kesini saya kaget ini sakitnya sangat serius, mudah-mudahan Nurjaya bisa sembuh,” ujar Kusnandar, relawan yang mendampingi Nurjaya selama satu tahun lebih.
Nurjaya sudah mulai makan sendiri dengan makan makanan yang lunak-lunak. Selain itu Nurjaya juga sudah mulai belajar untuk buang air besar seperti biasa.
Nurjaya sangat berterima kasih atas bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kepada ia dan keluarganya. “Saya mau sembuh, mau cepat kerja lagi, (saya) sudah bosan di rumah” ucap Nurjaya yang sudah satu tahun tiga bulan berada di rumah.
Viona, relawan Tzu Chi yang pertama kali menyurvei ke rumah Nurjaya bersama Suster Weni dan dr. Luman mengatakan kondisi Nurjaya saat itu badan kurus, usus keluar sekitar 10 centi meter, dan hanya terbaring di tempat tidur. Viona berharap Nurjaya segera sembuh dan dapat bekerja sesuai harapannya, terlebih karena masih di usia muda dan memiliki semangat luar biasa untuk bekerja. “Saya sangat apresiasi perjuangan ibu (orang tua) Nurjaya yang luar biasa menanggung biaya satu keluarga ditambah merawat anak yang sakit, ini sangat berat,” ujar Viona.
Viaona merasa sangat senang kondisi Nurjaya mengalami kemajuan yang sangat baik. Saat relawan datang berkunjung ke rumahnya pada Senin, 24 Juni 2024, Nurjaya sudah dapat duduk, dan berjalan. Badannya juga sudah sedikit bertambah gemuk. “Saat saya survei badannya kurus sekali, sekarang sedikit berisi badannya, trus mukanya sudah tidak cekung lagi,” jelas Viona.
Editor: Hadi Pranoto