Dukungan Tzu Chi untuk Pak Rojali

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Setelah sekian lama ditiadakan akibat pandemi Covid-19, Gathering Penerima Bantuan Tzu Chi di komunitas He Qi Pusat kembali digelar, Sabtu 31 Oktober 2021. Gathering berlangsung dengan sangat mentaati protokol kesehatan, menghindari kerumunan, dan dengan durasi sebentar.

Agenda gathering kali ini terkait sosialisasi penggantian ATM bagi para penerima bantuan Tzu Chi berupa biaya hidup. Karena itu para peserta gathering ini hanya yang menerima bantuan biaya hidup saja. Salah satunya Rizal Rojali (48), penyandang tunanetra yang telah dibantu Tzu Chi sejak tahun 2011.

Pagi itu, Pak Rojali dan beberapa penerima bantuan Tzu Chi lainnya menghadiri gathering penerima bantuan Tzu Chi.

“Saya senang banget, jadi bisa ketemu lagi, kayak menghibur hati lagi,” katanya.

Meski gathering berlangsung singkat, Rojali senang dapat bertemu lagi dengan para relawan Tzu Chi yang begitu ramah padanya. Selain itu, dengan bertemu para penerima bantuan Tzu Chi lainnya, ia juga seperti diingatkan bahwa di luar sana masih banyak orang lain yang berjuang ekstra keras, karena itu ia tetap harus banyak bersyukur.

Lie San Ying, Ketua Misi Amal di He Qi Pusat menanyakan kabar Pak Rojali.

Hidup Rojali memang tidak mudah terutama di masa pandemi saat ini. Rojali yang mencari nafkah sebagai tukang pijit dan urut ini kehilangan banyak pelanggan yang praktis menyebabkan penghasilannya merosot. Apalagi dua anaknya masih usia sekolah, yang sulung duduk di bangku SMP dan si bungsu masih TK. Namun Rojali tak putus asa. Ia tetap berusaha dan berdoa.

“Saya bersyukur kalau tanpa bantuan Tzu Chi, mungkin saya tidak bisa bayar kos karena Tzu Chi membantu jadi saya bisa bayar kos,” ujarnya.

Jie Tju Foeng atau akrab disapa Cucu, membantu Pak Rojali saat sosialisasi ATM baru bagi para penerima bantuan Tzu Chi.

Rojali sendiri tahu tentang Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dari seorang teman ketika ia ingin menjalani operasi mata saat itu di RSCM Jakarta. Ia pun mengajukan bantuan ke Tzu Chi. Namun pemeriksaan demi pemeriksaan dilakukan, ia tetap gagal menjalani operasi, dan akhirnya ia mengajukan bantuan berupa biaya hidup.

“Saya berterima kasih kepada Tzu Chi karena membantu saya dengan perekonomian saya. Mudah-mudahan relawan pada sehat semua di masa Covid-19 ini jadi bisa komunikasi dengan para penerima bantuan seperti saya begini, saya doakan,” kata Rojali.

Pak Rojali bersama Nita, istrinya dan anak bungsunya membuka paket bantuan sembako dari Tzu Chi.

Lie San Ying, Ketua Misi Amal di He Qi Pusat punya penilaian sendiri tentang Pak Rojali, terutama ia yang sangat murah senyum meski tak bisa melihat lawan bicaranya. Pak Rojali juga sangat menghargai bantuan Tzu Chi yang diterimanya. Lie San Ying berharap, Pak Rojali terus semangat dalam menjalani hari-harinya dan suatu hari ia bisa hidup mandiri.

“Sebetulnya untuk semua Gan En Hu kami harapkan bisa berdiri sendiri ya. Mudah-mudahan anak Pak Rojali sehat dan punya pendidikan yang baik dan bisa berbakti kepada orang tua,” harap Lie San Ying.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Perhatian Untuk Tasya yang Tak Patah Semangat Belajar dan Mandiri

Perhatian Untuk Tasya yang Tak Patah Semangat Belajar dan Mandiri

24 Juni 2022

Tasya Laura Apriliawati (18) hidup mandiri di sebuah kamar kontrakan kecil seorang diri. Tasya masih sekolah di SMK Puja Bangsa Kota Cikarang kelas 10. Tasya anak Keluarga Ali Susanto penerima bantuan hidup Tzu Chi sejak tahun 2017.

Aaron yang Kini Sudah Dapat Berkomunikasi dengan Sempurna

Aaron yang Kini Sudah Dapat Berkomunikasi dengan Sempurna

13 Mei 2024

Jie Tju Foeng, Denasari, juga Lie San Ying begitu gembira saat bertemu Aaron, penerima bantuan Tzu Chi berupa biaya implan koklea tahun 2014 dan 2017. Ketiga relawan senior ini sekaligus takjub karena Aaron dapat berkomunikasi dengan sempurna.

Semangat Bisa Kembali Bersekolah

Semangat Bisa Kembali Bersekolah

03 Agustus 2018
Beby Ananda Rosaldi (8) telah duduk di bangku kelas 1 SD pada tahun ajaran ini. Sebelumnya, ia tidak bisa bersekolah karena penyakit yang diidapnya, yakni kaki bengkok (Congenital Talipes Equinus Varus Bilateral). Sudah lebih dua minggu ia bersekolah, Beby kini ceria, aktif, dan mudah berteman dengan siapa saja.
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -