Dunia Itu Kecil
Jurnalis : Erich Kusuma (He Qi Barat), Fotografer : Erich Kusuma, Feranika Husodo (He Qi Utara) Suasana hikmat selalu ada dan terasa di setiap acara yang dilakukan oleh insan Tzu Chi. |
| ||
Jodoh Tak Lari Kemana Pertemuanku dengan Tzu Chi pertama kali ketika aku melakukan perjalanan ke kota Beijing, di Tiongkok. Saat itu aku masih belum mengenal apa itu Tzu Chi, yang aku tahu Tzu Chi adalah yayasan sosial dari Taiwan. Taiwan Buddhist Tzu Chi Foundation, begitulah tulisan pada spanduk yang kubaca saat diriku berada di kota Beijing. Yayasan sosial Taiwan berada di Tiongkok? Hal ini membuatku bertanya–tanya sekaligus kagum. Karena setahuku, China dan Taiwan memiliki hubungan yang kurang harmonis, tetapi kenapa saat itu di Tiongkok bisa masuk sebuah yayasan sosial dari Taiwan, dan begitu banyak orang yang terlihat tertarik terhadapnya. Tampaknya saat itu diriku mulai penasaran dengan Tzu Chi dan kegiatannya. Tahun demi tahun berlalu, dan tepatnya pada tahun 2008, tiba–tiba aku dikagetkan dengan kabar bahwa pada bulan Mei nanti Tzu Chi ingin membagikan 40.000 ton beras kepada masyarakat kurang mampu di Jayapura. Berkat shijie Silva Olivia relawan dari Jakarta yang datang ke Jayapura, jodohku dengan Tzu Chi kali ini benar–benar terjalin. Dia menjelaskan apa itu Tzu Chi dan memberikan kita baju seragam abu dan celana putih Tzu Chi. Shijie Silva menjelaskan proses bagaimana Tzu Chi memberikan bantuan agar bantuan yang diberikan kepada masyarakat bisa langsung diterima oleh mereka yang membutuhkan. Setelah mendengarkan informasi sekilas tentang Tzu Chi aku jadi bersemangat dan langsung mendaftarkan diri sebagai anggota relawan Tzu Chi. Terlebih lagi istriku, dia benar–benar antusias menyambut Tzu Chi di Jayapura, bahkan dia langsung mengikuti aktivitas relawan Tzu Chi bersama shijie Silva dalam kegiatan kunjungan kasih dan survei ke masyarakat.
Keterangan :
Kunjunganku Yang Kedua Pesawat mendarat di Jakarta pukul empat sore, dan dengan menggunakan taksi aku langsung melaju ke apartemenku di Kelapa Gading. Tidak seperti di Jayapura, di sini begitu macet dan sesak. Bahkan perjalananku menuju apartemen membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Capek dan lelah kini begitu terasa di kaki dan badanku. Telebih lagi terkadang aku sering mengalami kram pada tubuhku yang menurut dokter dikarenakan ada satu saraf di punggung yang terjepit. Dokter menganjurkan agar aku tidak terlalu capek dan harus banyak melakukan aktivitas berenang. Tetapi mengikuti kegiatan Tzu Chi kan tidak ada kegiatan berenang? No Problem. Bagiku yang sudah berumur 74 tahun, masih memiliki semangat itu sudah cukup. Karena di Taiwan sana juga banyak relawan–relawan yang berusia lanjut dan masih aktif sebagai relawan Tzu Chi. “Sisa hidupku akan aku sumbangsihkan untuk Tzu Chi,” Itulah tekadku sejak mengenal Tzu Chi. Jadi perjalanan jauh seperti apapun pasti akan aku tempuh. Apalagi perjalanan kali ini begitu penting karena hari Minggu besok aku akan dilantik menjadi relawan biru putih.
Keterangan :
Tzu Chi Selalu di Hati Kegiatan Tzu Chi hari itu dimulai dengan program pendalaman kasus. Di sini kami diajarkan dan diberi contoh tentang bagaimana kita menghadapi berbagai macam-macam karakter pasien, bagaimana sikap kita terhadap pasien, dan yang terpenting bagaimana tanggapan kita terhadap pasien. Selain itu, relawan Tzu Chi Jakarta juga menunjukkan beberapa pasien kasus yang pernah Tzu Chi pernah bantu, dan hebatnya pasien yang dibantu oleh Tzu Chi pun kini ikut membantu orang lain. Program ini benar–benar membuka mataku, bahwa Tzu Chi memiliki cakupan bantuan yang begitu luas dan langsung pada sasaran, terlebih lagi Tzu Chi tidak hanya mengobati luka fisik akan tetapi Tzu Chi juga mengobati batin pasien agar kembali menemukan kepercayaan diri. Kisah ini membuatku semakin bersemangat mengikuti Tzu Chi. Tanpa terasa matahari sudah mulai terbenam. Program berikutnya akan dilakukan di lantai 3 RSKB. Ruangan yang begitu luas dan lapang, sambutan hangat dari relawan, dan menu makanan vegetarian yang lezat, semua itu membuat semakin lengkap mewarnai program Tzu Chi di sore itu. Relawan Tzu Chi di Jakarta menyambut kami bak menyambut seorang raja. Aku jadi merasa tersentuh. Kemudian acara makanpun dilakukan dengan penuh hikmat dan rapi. Semua relawan Tzu Chi berbaris rapi dan teratur. Rasa kagumku tidak berhenti di sini saja. Setelah acara makan bersama selesai, kami diajak berkumpul dan membentuk sebuah barisan–barisan rapi di tengah ruangan. Awalnya aku berpikir akan melakukan apa. Ternyata relawan mengajak kita bermain dan berkenalan dengan relawan baru lainnya yang juga berasal dari lokasi yang tidak dekat. Permainannya seru dan menyenangkan. Aku sampai tidak ingat apa yang dikatakan dokterku sebelumnya tentang fisikku yang tidak boleh capek. Yang ada dibenakku hanyalah, ini benar–benar menyenangkan. Selain mengajak kita bermain, relawan Jakarta juga mengajak kita menonton video Ceramah Master yang ditampilkan di sebuah layar dengan menggunakan proyektor. Satu hari bersama Tzu Chi terasa begitu cepat. Seakan tubuhku yang tua ini kembali muda. Setelah mengenal Tzu Chi lebih dalam, tekadku untuk Tzu Chi semakin kuat. Besok adalah hari yang penting, karena besok aku akan dilantik menjadi relawan biru putih yang mana berarti tanggung jawabku untuk Tzu Chi juga akan semakin bertambah. Tetapi tak apa, apapun untuk Tzu Chi aku akan mendukungnya. Meskipun aku sudah tua, tetapi semangatku untuk bersumbangsih di Tzu Chi tak akan pudar. | |||
Artikel Terkait
Makin Semangat Belajar dengan Bantuan Alat Tulis dari Tzu Chi
28 Mei 2018Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun membagikan alat tulis di Sekolah 012 Bina Bangsa Meral pada Sabtu, 26 Mei 2018. Pemberian bantuan ini diharapkan dapat membuat para siswa semakin giat belajar dalam mencapai cita-cita mereka.
Waspada Silent Killer Hipertensi
07 Juni 2024Tzu Chi Batam mengundang para Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) untuk "pulang" ke Aula Jing Si, dan membawa pulang bekal ilmu dan wawasan yang bermanfaat dari materi yang dibawakan oleh dokter dari TIMA Batam.