Dunia Menjadi Terang Kembali

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Rusli Chen, Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoAma Gotati telah menyakinkan dirinya untuk mengisi celengan Tzu Chi dan berfoto bersama dengan relawan Tzu Chi

Tanggal 13 Juli 2010, seusai menjalani profesi mereka masing-masing, beberapa relawan Tzu Chi Medan melakukan survei pasien penanganan khusus dan setelah itu memutuskan untuk berkunjung ke salah satu pasien yang mengikuti bakti sosial operasi katarak yang bernama Gotati. Karena usianya yang sudah di angka 74 tahun, semua relawan Tzu Chi yang masih muda memanggilnya Ama (nenek -red) Gotati. Sewaktu tiba di rumah Ama Gotati, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Yang membukakan pintu rumah bagi relawan adalah Ahin, anak laki-laki Ama. “Apa kabarnya, Ko? Gimana kabar Ama?” Rusli Shixiong menyapa ramah. “Baik-baik saja. Ama juga baik-baik aja. Itu ada di dalam,” jawab Ahin sembari mempersilahkan relawan untuk masuk.

Setibanya di ruang tamu, Rewi Shijie menyapa Ama Gotati, ”Ama, kerensekali, pakai kacamata hitam.” “Yah, dokter yang suruh pakai, makanya pakai terus,” jawab Ama sambil membetulkan letak kacamata hitamnya. Ama Gotati agak kebingungan untuk menebak siapa yang datang. Sebelum kedua matanya dioperasi pada bakti sosial tanggal 3 Juli 2010 lalu, semua yang dilihat Ama hanyalah kabut putih. “Kami ini relawan Tzu Chi, Ama. Masih ingat suara kami?” tanya Rusli Shixiong. “Ehm….lupa-lupa ingat. Ha..ha..ha…,” jawab Ama sambil tertawa. Ani, anak perempuan Ama menambahkan, ”Mak (Ibu –red), ini mereka yang menemani Mamak sewaktu dioperasi.” Barulah Ama Gotati mengingatnya. “Saya ingat, ada yang namanya Luli,” tambahnya. Semua relawan saling memandang dan akhirnya tertawa, karena Luli yang dimaksud adalah Rusli Shixiong. RusliShixiong menghampirinya dan mengatakan “Ama, ini lho, Rusli. Ama buka dulu kacamatanya, kami ingin melihat mata Ama.” Mendengar ini Ama Gotati pun membuka kacamatanya. Terlihat bola mata Ama yang sangat jernih dan bersinar. Para relawan pun bertanya bagaimana penglihatannya sekarang dan Ama menjawab semuanya sekarang sudah jelas.

foto  foto

Ket : - Ditemani putrinya Ani, Ama Gotati yang mengalami kesulitan dalam melihat dan berjalan, perlahan-lahan             menuju ke ruang tunggu pasien.(kiri)
         - Kedua mata Ama Gotati sudah selesai dioperasi dan para relawan membantunya untuk menuju ruang            pemulihan (kanan)

Kekuatan Jodoh
Dengan kemauan untuk sembuh dan ingin melihat kembali yang tinggi, Ama Gotati yang ditemani Ani, pada tanggal 28 Juni 2010 lalu menuju ke BKIM (Balai Kesehatan Indera Masyarakat) untuk dilakukan screening (pemeriksaan kesehatan -red) dan dinyatakan dapat mengikuti operasi. Ama Gotati yang bahagia mendengar kabar tersebut tidak sabar menunggu hari H untuk dioperasi.
Akhirnya hari yang ditunggu tiba, 3 Juli 2010. Di tempat yang sama, Ama yang kali ini ditemani kedua anaknya tiba di BKIM pukul 08.00 Wib. Ama sekali lagi harus menjalani pemeriksaan fisik untuk menjamin semuanya berjalan lancar. Rupanya, hari itu, tekanan darah Ama cukup tinggi sehingga operasinya pun harus ditunda. Tetapi dokter tidak pasrah dan memberikannya obat agar tekanan darahnya kembali normal. “Ama, semuanya tergantung jodoh. Ama jangan khawatir. Saya lihat Ama membawa tasbih. Coba Ama lafalkan nama Buddha, biar hati tenang,” ujar Leo shixiong sembari menenangkan hati Ama.

Setelah menunggu hampir 3 jam, akhirnya dokter memperbolehkan Ama untuk dioperasi. Semua relawan mengucapkan selamat kepadanya dan berdoa, semoga semuanya berjalan lancar. Hati Ani pun bahagia, akhirnya kedua mata ibunya dapat dioperasi. Waktu terus berjalan, dan proses operasi kedua mata Ama tergolong lama membuat hati Ani menjadi khawatir. “Kok lama sekali ya, Shixiong ?” tanyanya kepada Leo. “Shijie tenang saja, semuanya masih berjalan lancar. Terus berdoa semoga semuanya baik-baik saja,” jawab Leo.

“Keluarga Ibu Gotati!” relawan ruang operasi memanggil. Dengan cepat Ani menjawab dan menuju ke depan pintu ruang operasi. Perasaan bahagia meliputi hati Ani. Para relawan membantu Ama menuju ke ruang pemulihan agar bisa beristirahat. Di sana, relawan pemerhati terus menghiburnya agar Ama dapat melupakan sejenak rasa sakit pascaoperasi. Setelah semuanya pulih, Ama diperbolehkan untuk pulang. Hari berganti dengan cepat, Ama dan Ani kembali lagi ke BKIM untuk pemeriksaan pascaoperasi. Setelah dibuka perban di kedua matanya, Ama Gotati terkejut karena semuanya menjadi terang dan jelas. Dokter memeriksa kondisi kedua matanya dan menyatakan operasi berhasil.

foto  foto

Ket : - Rusli Shixiong terus menghibur Ama Gotati sehingga Ama Gotati bisa melupakan sejenak rasa sakit             pasca operasi (kiri)
         - Ama Gotati akhirnya bisa melihat dengan jelas wjah-wajah relawan yang menemani dan menghiburnya             sewaktu baksos katarak. (kanan)

Ingin Segera Beraktivitas
Ama Gotati yang sehari-harinya hanya ditemani oleh sepasang anaknya, dulunya tidak bisa kemana-mana karena penglihatannya yang terbatas. Semenjak 6 tahun yang lalu, mata sebelah kirinya sudah terkena katarak sehingga tidak bisa melihat dan setahun belakangan ini, mata kanannya pun tidak bisa melihat karena katarak juga. Pendapatan kedua anaknya yang pas-pasan, tidak memungkinkan kedua mata Ama dioperasi. Sehari-harinya, dari pagi sampai sore, Ama hanya sendirian di rumah karena kedua anaknya harus bekerja. Setelah Ani memasak untuk ibunya, dia berangkat kerja. Pada siang hari, sekilas terkesan rumah tersebut tidak berpenghuni, karena tidak akan ada orang yang akan membukakan pintu. Ama tidak berani membukakan pintu karena tidak tahu siapa yang datang. Setelah anak-anaknya pulang, barulah suasana rumah lebih ramai.

“Mamak saya ini, selalu aktif. Meskipun tidak dapat melihat, Mamak selalu ingin mengerjakan sesuatu di rumah. Pernah satu kali, Mamak jatuh sewaktu mengepel lantai sehingga sekarang Mamak jadi agak kesulitan berjalan,” ujar Ani kepada relawan. Semenjak Ama jatuh, jalannya jadi agak kewalahan dan tubuhnya menjadi bongkok. Ama Gotati sendiri pernah menjalani terapi fisik tetapi dihentikan karena ia tidak mau membebani anak-anaknya dengan biaya yang tinggi. Ama sudah lama tidak bisa melakukan aktivitasnya dulu seperti berbelanja di pasar dan bercengkerama dengan tetangga-tetangganya. Yang paling ingin dilakukan oleh Ama adalah memasak untuk anak-anaknya. Karena kondisi fisiknya yang kurang baik, Ama tidur di ruang tamu agar tidak perlu naik turun tangga dan lebih leluasa ke kamar mandi. “Sekarang Mamak sudah bisa mandi sendiri meskipun kami harus membantunya berjalan ke kamar mandi,” ujar Ahin dengan bangga.

Hari itu, Ama Gotati terus tersenyum dan tak henti-hentinya berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah membantunya sehingga sekarang bisa melihat kembali. Para relawan terus berbicara dan bercanda dengan Ama, membuat suasana rumah menjadi hangat. Sewaktu melihat air mata kebahagiaan mengalir di wajah Ama, Rusli Shixiong secara spontan mengusapnya. Melihat Ama begitu bahagia, anak-anaknya dan para relawan menjadi ikut bahagia.
Rusli Shixiong menceritakan asal muasal Tzu Chi kepada Ama dan menceritakan juga mengenai kisah celengan bambu. Ama mendengarkan dengan serius dan akhirnya mengerti dari mana dana-dana kemanusiaan itu berasal. Rusli Shixiong rupanya juga membawa satu celengan bambu dan memberikannya kepada Ama. “Master Cheng Yen menginginkan kita semua agar dapat berbuat baik setiap harinya dengan mengisi celengan bambu ini. Tidak peduli berapa dananya, yang terpenting niat baiknya. Dengan mengisi celengan ini, Ama juga bisa membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan,” terang Rusli. Ama menyatakan tekadnya untuk menabung setiap hari.

  
 
 

Artikel Terkait

Pelayanan Kesehatan Tzu Chi di Kabupaten Subang

Pelayanan Kesehatan Tzu Chi di Kabupaten Subang

02 Desember 2015
Minggu, 29 November 2015, Tzu Chi Bandung mengadakan bakti sosial pelayanan kesehatan umum dan gigi yang berlangsung di Kantor Kecamatan Cijambe, Jl. Raya Cirangkong KM 6, Kab. Subang. Pada baksos kesehatan ini, tim dokter berhasil menangani 464 pasien.
Bersungguh Hati Melayani Akong dan Amah

Bersungguh Hati Melayani Akong dan Amah

07 Juli 2017

Kunjungan kasih ini merupakan kunjungan ke panti jompo perdana yang dilakukan oleh Tzu Ching Batam sejak berdiri pada tahun 2010. Awalnya para Tzu Ching merasa tertantang dan sangat khawatir, namun kegiatan dapat berlangsung dengan lancar.

Kehangatan untuk Korban Topan Fanapi

Kehangatan untuk Korban Topan Fanapi

04 Oktober 2010 Yayasan Buddha Tzu Chi mengerahkan para relawan di seluruh Taiwan untuk membantu warga yang menjadi korban Topan Fanapi, yang membawa banjir besar di sebelah selatan Pulau Taiwan.
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -