Eco Enzyme, Kebaikan Bumi

Jurnalis : Leo Rianto (Tzu Chi Medan), Fotografer : Gunawan Halim, Leo Rianto, Liani Oei (Tzu Chi Medan)
Koordinator kegiatan, Budi Dharmawan berharap bahan-bahan organik seperti kulit buah dan sisa sayur dari setiap rumah tangga bisa dibuat dan dimanfaatkan menjadi eco enzyme sebagai bagian gerakan dari upaya pelestarian lingkungan.

Relawan dari komunitas Perintis di Medan mengadakan kegiatan sosialisasi dan tata cara pembuatan Eco Enzyme di Gedung Tzu Chi, Komplek Jati Junction Medan. Kegiatan yang merupakan bagian dari gerakan pentingnya pelestarian lingkungan diikuti oleh 30 orang peserta pada Minggu, 22 Oktober 2023.

Dalam sambutannya, Budi Dharmawan selaku koordinator kegiatan merasakan pentingnya bukan hanya meningkatkan kesadaran umum tentang (bahaya) pencemaran lingkungan, tetapi juga tata cara yang bisa terus kita tempuh untuk melindungi bumi, tempat tinggal kita semuanya. “Pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. Bertambahnya populasi manusia tentu saja menambah beban bumi. Yang sudah sering kita lakukan adalah sosialisasi tentang pentingnya mengubah pola hidup sehingga kita semua bisa mengurangi pemakaian benda-benda non organik sekali pakai, mencegah sampah-sampah tidak tidak pada di tempat semestinya, serta tata cara mencegah terus bertambahnya lahan yang akan diperuntukan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” kata Budi dengan penuh semangat.

“Hari ini kita akan mengulas tata cara pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi Eco Enzyme. Eco Enzyme mempunyai banyak manfaat yang masih belum banyak diketahui. Sebagai wujud dari cinta kasih dan kepedulian kita terhadap sesama, Eco Enzyme dan hasil panennya akan kita perkenalkan dan bagikan di acara kepulangan Gan En Hu (para penerima bantuan) mendatang,” kata Budi menjelaskan, “salah satu manfaat Eco Enzyme yaitu bisa dipergunakan untuk menjernihkan air serta mengatasi iritasi kulit yang timbul dari akibat kondisi air tanah yang kurang memadai. Harapannya semoga semakin banyak yang akan merasakan manfaat dan peran serta dalam pelestarian lingkungan.”

Karena pernah mendapatkan 1 botol eco enzyme dari temannya dan merasakan manfaatnya seperti penyubur tanaman dan pembasmi kuman, Sumiaty (kanan) merasakan sukacita dapat mengikuti kegiatan hari ini dan bertekad untuk mulai membuatnya sendiri.

Lina Lumbini memperlihatkan keadaan bekas luka tangannya yang akhirnya pulih berkat menggunakan cairan eco enzyme sebagai sarana pertolongan pertama ketika terkena musibah percikan minyak goreng panas.

Sebelum sesi praktik, para hadirin diajak untuk mendengarkan ulasan serta kesaksian dari beberapa relawan yang sudah berpengalaman membuat Eco Enzyme dan mendapatkan banyak manfaat di kehidupan sehari-hari.

Di sesi teori tata cara pembuatan eco enzyme, Lina Lumbini berbagi resep serta dorongan sehingga semua yang hadir nantinya mampu membuat eco enzyme sendiri di rumah dan menjadi teladan di kemudian hari. “Pada intinya, yang perlu kita siapkan adalah wadah tabung plastik tebal bermulut lebar guna memperlancar luapan aliran gas yang dihasilkan pada tahap awal. Bahan-bahan yang akan kita gunakan adalah air bersih, gula (molase atau gula merah) serta bahan-bahan organik yaitu dari beragam kulit buah dan sisa sayur yang masih layak dan tidak terpakai. Perbandingan bahan-bahan tersebut adalah 50:10:30, berbanding dengan ketinggian wadah,” tutur Lina.

“Semua bahan-bahan diaduk merata, ditutup rapat guna menghindari kontaminasi, kemudian diletakan di tempat yang teduh dan bersih hingga sampai masa panennya nanti, yaitu tiga bulan. Cara pembuatannya sangat mudah dan sudah berhasil dipraktikan oleh ibu-ibu rumah tangga hingga anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Untuk lebih jelasnya, panduan lengkap tata-cara pembuatan Eco Enzyme juga tersedia di YouTube channel Enzim Bakti Indonesia.” Lanjut Lina menambahkan.

Semakin beragam kulit buah yang digunakan, semakin bagus kualitas eco enzyme yang dihasilkan. Biasanya Huey Mei mempergunakan minimum 8 jenis kulit buah dan juga menambahkan 1 ikat serei (diluar timbangan) untuk memperharum aroma yang dihasilkan nantinya.

Elisa Intan menjelaskan tentang perbandingan porsi tiap-tiap bahan pembuatan eco enzyme. Untuk ukuran wadah 10 liter dibutuhkan 6 liter air, 600 gram molase, dan 1,8 kg bahan organik (BO).

Huey Mei dan Elisa Intan yang sudah lebih dari 10 tahun membuat dan mempergunakan eco enzyme dalam sehari-hari merasakan sukacita berkesempatan untuk berbagi pengalaman dan kesaksian kepada para hadirin. “Pada awalnya, saya hanya menggunakan campuran cairan hasil panen tersebut untuk mencuci piring, membersihkan buah-buahan dan sayur dari bahaya kontaminasi dan juga untuk mengepel lantai. Seiring dengan waktu, pengetahuan saya bertambah, ternyata semua hasil panen eco enzyme mengandung unsur-unsur yang bisa digunakan untuk mengurai kotoran yang ada di septik tank, menjernihkan air kolam, menetralisir bau tidak sedap di ruangan, serta menyuburkan tanaman,” terang Huey Mei dengan sukacita.

Elisa Intan yang juga sudah lama mengenal eco enzyme merasakan kesan batin yang mendalam sehingga terdorong untuk terus giat menyebar segala kebaikan yang ada secara meluas ke depannya. “Master Cheng Yen selalu berpesan pelestarian batin sama pentingnya juga dengan pelestarian lingkungan. Eco Enzyme mempunyai sejuta manfaat yang bisa kita gunakan untuk diri kita dan juga orang lain. Ketika kita menyebar cinta kasih dan kebaikan kepada sesama, yang akan kita terima kembali adalah dalam bentuk berkah,” pesan Elisa.

Peserta lainnya Eddy Halim (kanan) sangat terkesan dengan begitu banyak manfaat eco enzyme. Eddy juga merasakan sukacita bisa turut mengurangi sampah-sampah organik yang ada serta andil dalam menyebar kebaikan dan pelestarian lingkungkan.

Master Cheng Yen selalu berpesan, “Tekad selalu membuahkan kekuatan dan kekuatan selalu membuahkan hasil.” Semoga semakin banyak orang yang tergerak untuk melindungi bumi dan melestarikan lingkungan.

Eddy Halim, salah satu hadirin juga ingin berbagi pesan dan kesannya setelah mengikuti kegiatan hari ini. “Sangat bersyukur dapat meluangkan waktu belajar sesuatu yang bermanfaat dan menambah wawasan. Hari ini saya bukan hanya mendengar ulasan, tetapi turut mempraktikkan tata cara pembuatan eco enzyme bersama dengan para relawan. Tentunya apa yang diupayakan akan mendorong dan menambah semangat serta keyakinan untuk saya praktikkan sendiri ke depannya. Seperti yang dikatakan Budi, semoga segala kebaikan yang kita perbuat untuk bumi ini akan terpulang kepada diri kita sendiri juga nantinya. Master Cheng Yen selalu berpesan jika semua orang turut berbuat satu kebaikan, semoga kita senantiasa dihindari dari bencana,” terang Eddy di akhir kegiatan.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Tzu Chi Ikut Sosialisasikan Pembuatan Eco Enzyme di Kemenko PMK

Tzu Chi Ikut Sosialisasikan Pembuatan Eco Enzyme di Kemenko PMK

05 September 2023

Tzu Chi Indonesia menjadi salah satu pengisi demonstrasi pembuatan eco enzyme dalam acara yang digagas Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). 

Lestari Lingkunganku Dengan Eco Enzyme

Lestari Lingkunganku Dengan Eco Enzyme

07 Juni 2021

Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni, relawan Tzu Chi di Xie Li Cikarang melakukan penuangan eco enzyme ke Danau Vassa.

Eco Enzyme untuk Lingkungan Sekitar

Eco Enzyme untuk Lingkungan Sekitar

02 November 2020

Untuk kedua kalinya, relawan Tzu Chi menuangkan cairan Eco Enzyme di Danau Kenari Hijau, BGM, PIK, Jakarta Utara, Minggu 1 November 2020. Total ada 40 liter eco enzyme yang dituang di danau tersebut.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -