Ehipassiko Bedah Buku

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Ridwan (He Qi Utara), Teddy Lianto

fotoSalah satu tim relawan bedah buku juga menyampaikan sharingnya mengenai komunitas bedah buku yang diikutinya.

Jam menunjukkan pukul 08.10 WIB ketika acara sosialisasi bedah buku yang bertema “Menyelami dan Mewariskan Ajaran Jing Si” dibuka pada tanggal 13 November 2011 dengan total peserta sebanyak 95 orang. Hari itu menjadi acara bersejarah bagi komunitas bedah buku, sebab pertama kalinya acara seperti ini diselenggarakan. 

 

 

Setelah beberapa orang pembicara memberikan sharingnya, tibalah giliran saya sebagai pembicara memberikan presentasi tentang “Ehipassiko Bedah Buku”. Ehipassiko berasal dari bahasa Pali yang secara harafiah berarti “Datang, lihat, rasakan, dan buktikan sendiri. Istilah Ehipassiko ini dipakai dalam Dharma. Dharma adalah kebenaran dan bukan suatu dogma yang diterima hanya sekadar percaya, tetapi harus dipraktikkan dan dibuktikan kebenarannya. Paham ini bertolak belakang dengan paham lain yang berpatokan pada “percaya” guna tumbuhnya “iman”. Ehipassiko menumbuhkan “keyakinan” (saddha), sehingga timbul pañña (kebijaksanaan).

Inti dari ajaran Ehipassiko adalah pada saat kita datang atau hadir di suatu acara maka kita dapat melihat, mendengar, dan turut merasakan kemudian merenungkan kembali materi yang dibahas, sehingga menimbulkan pemahaman dan akhirnya membangkitkan semangat kita untuk mempraktikkannya secara nyata guna mendapatkan pembuktiannya. Penghayatan dan pendalaman Dharma ini kemudian tumbuh keyakinan yang kuat dan menambah jiwa kebijaksanaan kita. Dan  Ehipassiko adalah memiliki esensi khusus untuk dipraktikkan secara nyata. Adapun kaitan Bedah Buku dengan Ehipassiko adalah pada persepsi yang seimbang yaitu adanya pemahaman dan praktik.

Pelatihan Diri
Tzu Chi adalah sarana untuk pelatihan diri. Kegiatan-kegiatan  atau aktivitas Tzu Chi seperti membagikan kupon beras, mengadakan kunjungan kasih, dan lainnya merupakan pelatihan diri di luar, sedangkan bedah buku adalah pelatihan diri ke dalam diri. Bedah buku yang mengupas Dharma dapat mengikis  tiga racun: Keserakahan, Kebencian, dan Kebodohan. Atasi keserakahan dengan berdana, atasi kebencian dengan cinta kasih dan atasi kebodohan (kegelapan batin) dengan kebijaksanaan.

Dengan mengikuti Bedah Buku, akan diperoleh 3 manfaat utama sebagai berikut :
1. Memperluas sudut pandang, menambah pengetahuan, dan wawasan;
2. Belajar teladan, Dharma dan Semangat Master Cheng Yen yang berguna untuk memotivasi semangat kita, senantiasa bersyukur, menghormati dan penuh Cinta kasih, serta dapat meningkatkan kebijaksanaan;
3. Belajar mengeluarkan pendapat atau ide, artinya belajar lagi untuk diri sendiri. Selain itu juga lebih efektif dan dapat lebih cepat belajar dari pengalaman orang lain daripada mengalaminya sendiri.

foto  foto

Keterangan :

  • Salah satu manfaat bedah buku yaitu dapat memperluas sudut pandang, menambah pengetahuan, dan wawasan. (kiri)
  • Diharapkan melalui sosialisasi ini maka dapat semakin bertambah banyak orang yang akan berpartisipasi dalam acara bedah buku.(kanan)

Esensi terpenting dari bedah buku adalah mendalami Dharma. Dharma bagaikan air yang dapat membersihkan kekotoran batin. Batin yang bersih dapat menyerap Dharma dengan baik dan menjadi lahan untuk pembinaan diri agar menjadi lebih baik. Dengan melakukan bedah buku secara rutin maka akan diperoleh peningkatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk, sedangkan kepintaran adalah kemampuan untuk membedakan untung dan rugi.

Mempraktikkan Secara Nyata
Ehipassiko Dharma bedah buku harus dipraktikkan secara nyata agar dapat meningkatkan kebijaksanaan. Dengan adanya kebijaksanaan maka hati akan dipenuhi oleh welas asih sehingga dapat menebarkan cinta kasih universal yang tak membeda-bedakan ke seluruh dunia. Manfaat Ehipassiko Dharma adalah menambah jiwa welas asih, mengubah pola pikir negatif menjadi positif dan meningkatkan kebijaksanaan. Jika dapat dipraktikkan secara nyata maka kehidupan manusia dapat menjadi aman tentram dan dunia damai sejahtera. Jadi mempraktikkan welas asih dalam Ehipassiko juga   sesuai dengan visi Tzu Chi. Adapun musuh kita untuk mencapai kemajuan adalah diri kita sendiri.  Oleh karena itu, kita harus mengalahkan semua hambatan yang ada, senantiasa membina diri dengan terus belajar dan berintrospeksi diri .

Penjelasan umum yang mudah dipahami adalah sebagai berikut: tubuh perlu makanan untuk kelangsungan hidup,  jiwa (batin) perlu nutrisi untuk mengatasi masalah hidup, bedah buku adalah nutrisi dan vitamin batin sedangkan Ehipassiko adalah pusat penggerak nutrisi agar menjadi saripati (zat yang bermanfaat dan sangat diperlukan ) untuk tubuh dan jiwa.

 Akhirnya, kita harus senantiasa menanam Ehipassiko di dalam lahan bedah buku agar dapat menghasilkan buah teladan dan bisa memberikan karma baik, menciptakan ladang berkah dan menjalin jodoh baik dengan orang lain. Dengan menghadiri secara rutin bedah buku dan Jing Si Talk, dan berpartisipasi secara proaktif, mempraktikkan secara nyata Dharma yang dibahas maka akan didapat kebijaksanaan kontemplatif yaitu kebijaksanaan dari pemahaman yang sama dengan fakta pada saat dipraktikkan.  

Di akhir acara, Liu Siu Mei Shijie, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan tanda kenangan kepada masing-masing peserta yaitu berupa pembatas buku yang terdapat 2 biji saga. Semoga acara yang sangat bermanfaat ini dapat diadakan lagi, sehingga semakin banyak orang yang akan berpartisipasi dalam acara bedah buku.  Terus lakukanlah hal-hal yang bermanfaat sebab apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.

  
 

Artikel Terkait

Pelestarian Lingkungan dimulai dari kita sendiri

Pelestarian Lingkungan dimulai dari kita sendiri

20 Mei 2022

Tzu Chi Medan meresmikan Titik Green Point yang ke 30 pada Minggu, 15 Mei 2022. Titik green point ini berada di Komplek River View di Kota Medan.

Saling Mengenal dan Belajar

Saling Mengenal dan Belajar

29 April 2013 Pada awal pembukaan acara, teman-teman Binus diajak untuk menonton video langkah awal Yayasan Buddha Tzu Chi yang didirikan oleh Master Cheng Yen di Hualien dan penyebaran cinta kasih Tzu Chi yang menyebar hingga ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -